jama'ah wahidiyah

JAMA'AH WAHIDIYAH

Monday, 27 February 2012

Hati-hati dengan Hatimu


HAL MENJERNIHKAN HATI

Alloh SWT Tuhan Maha Pencipta dan Maha Pengatur, menciptakan manusia dengan memberinya dua macam kekuatan. Yaitu kekuatan jasmani dan kekuatan rohani, atau kemampuan yang bersifat lahiriyah dan kemampuan yang bersifat batiniyah. Manusia terdiri dari dua macam badan, badan jasmani atau badan wadag dan badan rohani atau roh atau jiwa. Dan masing-masing badan itu oleh Alloh SWT di berikan kekuatan atau kemampuan yang berbeda-beda sifat dan dayanya. Hanya manusia yang diberi dua macam kekuatan seperti itu. Makhluq-makhluq selain manusia baik itu golongan Malaikat ataupun bangsa Jin dan makhluq jenis halus lainnya lebih-lebih makhluq jenis kasar, tidak diberi dua macam kekuatan seperti yang diberikan kepada manusia. Bangsa Jin mungkin memiliki dua kekuatan seperti itu akan tetapi terbatas, tidak seluas yang dimiliki oleh manusia. Buktinya yaitu bahwa Nabi Sulaiman pernah merajai manusia dan sekaligus bangsa Jin dan makhluq-makhluq lain, sedangkan belum pernah kita mendengar ada bangsa Jin yang membawahi manusia. Malaikat dalam beberapa hal menempati tingkatan yang lebih tinggi dari pada manusia akan tetapi terba­tas. Terbatas mengerjakan tugas-tugas tertentu. Ada yang membaca tasbih saja, ada yang bertakbir saja, ada yang hanya bertahmid saja, ada yang terus menerus membaca sholawat kepada Nabi SAW saja, ada yang terus menerus ruku', ada yang tiada henti-henti sujud dan sebagainya. Bahkan banyak tugas-tugas yang dijalankan oleh para Malaikat justru diperuntukkan bagi umat manusia. Bahkan lebih lagi dari pada itu. Segala apa yang di langit dan di bumi ini oleh Alloh dibikin tunduk kepa­da manusia, diperuntukkan bagi umat manusia supaya sebaik-baiknya dimanfaatkan bagi kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirot. firmanNya

"Tidak kamu perhatikan sesungguhnya Alloh telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-NYA lahir dan batin". (31-Luqman:20)

Demikian kasih sayang Alloh SWT kepada manusia hamba-NYA. lni perlu kita renungkan sebagai mendahului pembahasan Masalah menjernihkan hati dan agar supaya kita manyadari tempat kedudukan kita manusia di antara makhluq-makhluq lain ciptaan Tuhan, sehingga kita dapat teras senantiasa meningkatkan syukur terima kasih kita kepada-NYA.
Kedua kekuatan, kekuatan lahir dan kekuatan batin yang dimiliki oleh manusia itu tadi tidak lain agar supaya dipergunakan untuk mendatangkan sebesar-besarnya manfaat guna memperoleh dan membina hidup selamat sejahtera dan bahagia materiil dan spirituil, lahir dan batin di dunia dan di akhiratnya kelak. Dan sebagai insan sosial, kekuatan lahir dan kekuatan batin manusia merupakan perangkat pemberian Tuhan baginya untuk mengemban tugas sebagai "kholifah" atau "wakil" Alloh SWT di bumi. Tugas mulia yang dipercayakan Alloh SWT kepada manu­sia untuk mengatur kehidupan di dunia menurut konsepsi yang digariskan Alloh SWT. Sebagaimana firman-NYA di dalam Al Qur'an:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku berhak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (2-Al Baqoroh : 30)

Kekuatan lahiriyah, seperti kita maklumi adalah daya kemampuan yang kelihatan mata lahir atau yang dapat diperhitungkan oleh akal fikiran atau rasio, Akal fikiran atau rasio itu sendiripun tergolong ke­kuatan lahir. Betapapun besarnya kemampuan lahiriyah manusia, akan tetapi masih terbatas sekali apabila dibandingkan dengan kemampuan batin atau kemampaan jiwa manusia, Kekuatan lahir hanya bisa berhubungaa dengan alam lahir alam nyata, sedangkan kekuatan jiwa manu­sia dapat menembus alam ghaib, dapat menjelajahi alam metafisika, bahkan  dapat mengadakan  komunikasi dengan  alam luar  manusia, dengan alam Jin dan alam Malaikat bahkan dapat beraudensi dengan Tuhan pencipta seluruh alam.
Pusat segala kegiatan manusia baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani terletak di dalam hatinya. Hati merupakan "Pusat Komando" dari segala macam gerak dan laku manusia. Bahkan di samping sebagai Pusat Komando, sekaligus merupakan "motor penggerak" yang menggerakkan segala perilaku dan perbuatan manusia, Perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat, perbuatan yang menguntungkan ataupun perbuatan yang merugikan, semuanya itu dikomando dan digerakkan oleh hati.
Di dalam hati manusia sama-sama bermarkas dua macam "dewan" yang berlainan pengaruh dan arahnya satu sama lain. Bahkan saling bertolak belakang dan saling berlawanan. Yang satu "Dewan Perancang Kebaikan", dan satunya lagi "Dewan Perancang Kejahatan". Siapa diantara dua dewan itu yang dominan (berkuasa) di dalam hati, dialah yang memegang komando segala gerak dan perbuatan atau tindakan manusia. Adapun faktor fikiran, sekalipun dipenuhi dengan berbagai macam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan hikmah kebijaksanaan, namun fungsinya hanya sebagai "Dewan Pertimbangan", dan tidak memegang peranan yang menentukan.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat atau mendengar, atau mungkin pernah bahkan sering mengalami sendiri bahwa akal fikiran dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, dapat membedakan antara yang benar dan yang batal, dapat mengetahui mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, mengerti itu halal ini haram, mengerti itu boleh dikerjakan dan ini tidak, dan sebagainya, akan tetapi di dalam prakteknya justru sebaliknya. Yang baik ditinggalkan, yang buruk dikerjakan. Yang menguntungkan malah dihindari, yang merugikan justru dimasuki yang haram dikejar-kejar, yang halal tidak dihiraukan, yang benar tidak diikuti, yang batal dipergauli.
Hal tersebut disebabkan oleh karena yang menguasai hati pada waktu itu  adalah  "Dewan Perancang. Kejahatan".  Ilmu pengetahuan yang berada di dalam otak fikiran manusia tidak mampu mengendalikannya, tidak mampu mengarahkan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan ilmu dan pengertian yang dimilikinya. Jika seorang pencuri ditanya, apakah perbuatan mencuri itu baik ?. Pasti menjawab tidak baik. Siapapun jika ditanya apakah perbuatan menipu, korupsi, merugikan atau menyakiti orang lain itu diperbolehkan ?. Semua akan menjawab, tidak!, Bahkan semua orang mengerti bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan tercela dan sangat terkecam. Tetapi nengapa toh terjadi dilakukan oleh sebagian orang bahkan oleh banyak orang ?. Tidak lain karena didorong oleh keinginan nuruti nafsu yang bersarang di dalam hati yang sudah dikuasai olen "Dewan Perancang Kejahatan" tersebut.
Jelasnya, manusia akan menjerumus kepada kejahatan dan kehancuran apabila hatinya penuh dengan kotoran-kotoran nafsu yang berkuasa dan memerintah sebagai "Dewan Perancang Kejahatan". Dan manusia dikatakan baik, baik budinya, baik akhlaqnya, baik perangai dan pekertinya, baik perbuatannya, apabila hatinya dipimpin oleh "Dewan Perancang Kebaikan", dan bersih dari kotoran-kotoran nafsu. Oleh karena itu maka hati manusia harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari hama penyakitnya hati dengan menempatkan "Dewan Perancang Kebaikan" sebagai pimpinan yang bijaksana di dalam dirinya !.
Betapa tepat dan bijaksananya Rosuululloh SAW telah memberikan peringatan kepada kita dengan sabda-Nya :

اِنَّ فِى الْجَسَدِ لَمُضْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلَّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلَّهُ الاَزَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخارى)
"Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal daging; apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad, dan apabila rusak atau kotor, menjadi rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah, yaitu hati". (Hadits riwayat Imam Bukhori).

Atas dasar hadits. Hadits tersebut antara lain maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan sebagai berikut:
تَزْكِيَةُ النَّفْسِى عَنِ الرَّذَائِلِ وَجِبَةٌ (كفاية الاتقياء)

“Membersihkan jiwa (hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib". (Kitab Kifayatul Atqiya).


Wajib di sini dalam arti harus diusahakan oleh setiap orang dalam rangka upaya mencapai hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir batin dunia dan akhirat. "Tazkiyatunnafsi" atau membersihkan hati maksudnya membebaskan hati dari pengaruh-pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk menguasai hati manusia. Di dalam Kitab Suci Al Qur'an diterangkan pernyataan Nabi Yusuf 'alaihissalam tentang tekad Beliau yang senantiasa waspada terhadap tipu daya nafsu sebagai berikut:

وَمَا اُبَرِّىءُ نَفْسِي اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ بِالسُّؤِ اِلاَّمَارَحِمَ رَبِّيْ (١٢-يوسف: ۵٣)

"Dan tidaklah aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rohmat oleh Tuhanku". (12 Yusuf: 53).

Membersihkan hati, istilah yang populer sekarang disebut operasi mental.

"Operasi mental" yang dialami oleh Rosuululloh SAW ketika akan menjalani Isrok Mi'roj merupakan tuntunan nyata yang harus diikuti oleh para ummat. Bahkan oleh setiap insan yang hidup di dunia ini. Berkat adanya operasi tersebut, di mana kotoran-kotoran yang terdapat di dalam hati Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam dikeluarkan dan kemudian dimasukkan iman, islam, ihsan, amanah dan kejujuran, maka segala gangguan dan godaan yang dialami dalam perjalanan Isrok dan Mi'roj, semua dapat diatasi dengan sempurna dan sukses menghadap ke hadirot Alloh SWT untuk menerima tugas-tugas yang harus dilaksanakan para ummat, antara lain sholat lima waktu dalam sehari semalam.
Bermacam-macam cara telah banyak ditempuh orang/masyarakat dalam melaksanakan operasi mental. Melalui pelajaran dan pendidikan, lewat sistim da’wah dan penerangan-penerangan agama, menggunakan mass media surat-surat kabar, majalah, radio, TV dan buku-buku, melalui perkumpulan atau organisasi-organisasi sosial dan bermacam-macam bentuk pergaulan hidup lain-lain. Bahkan ada yang menempuhnya dengan riyadloh-riyadloh badaniyah dan latihan-latihan kejiwaan. Masing-masing dengan methoda dan sistimatika yang berbeda-beda.
Secara umum, cara operasi mental seperti tersebut di atas dalam garis besarnya dititik beratkan pada prinsip penanaman pengertian dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan bisa tumbuh suatu kesadaran. Akan tetapi kenyataan di dalam praktek tidak semudah itu. Pengertian dan ilmu pengetahuan masih belum memberi jaminan akan tercapainya kondisi hati yang bersih dan jernih terbebas dari pengaruh-pengaruh nafsu yang menjadi sarang yang subur bagi bercokolnya "Dewan Perancang Kejahatan" seperti tersebut di atas.
Mengingat makin menghebatnya pengaruh-pengaruh dari berbagai jurusan yang merangsang hati manusia, yakni pengaruh negatif yang menyuburkan tumbuhnya "Dewan Perancang Kejahatan", maka operasi mental atau membersihkan dan menjernihkan hati harus secara terus menerus diusahakan oleh setiap orang. Di samping dengan cara-cara operasi mental seperti di atas dan yang sudah banyak dijalankan oleh masyarakat selama ini, masih ada satu cara yang belum banyak dilakukan orang. Yaitu pendaya gunaan kekuatan atau potensi batiniyah dalam bentuk do’a permohonan kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengatur, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Do’a memohon HIDAYAH, memohon petunjuk dan pertolongan-Nya.
Pendaya gunaan potensi batiniyah dalam bentuk do’a permohonan kepada Alloh SWT baik yang dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok (berjama’ah bersama-sama), jika dibandingkan dengan pendaya gunaan potensi lahiriyah dalam bentuk bekerja, berkarya dan bentuk-bentuk aktifitas atau kegiatan lahiriyah lainnya, adalah masih sangat tidak seimbang. Masih banyak peluang kesempatan dan sisa kekuatan yang belum dimanfaatkan untuk berdo’a memohon kepada Alloh SWT. Pada hal seperti disebutkan di muka, kedua kekuatan, ke­kuatan lahir dan kekuatan batin yang sama-sama anugerah pemberian Tuhan itu harus dimanfaatkan secara harmonis dan berkeseimbangan dengan kebutuhan hidup serta saling isi mengisi. Lebih-lebih jika diingat bahwa HIDAYAH Alloh SWT adalah "mutlak dibutuhkan oleh setiap insan. Tanpa HIDAYAH dan PETUNJU'K! Alloh, manusia pasti sesat dan menjerumus kepada kehancuran dan kesengsaraan.
Bertambahnya ilmiah atau ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum lainnya apabila tidak disertai memperoleh HIDAYAH dari Alloh SWT, maka ilmu-ilmu itu tidak akan mampu meletakkan benih yang menumbuhkan kejernihan hati, ketentraman jiwa dan kesehatan mental, Bahkan boleh jadi justru ilmu-ilmu yang tidak disertai HIDAYAH Alloh itu malah menyuburkan bercokolnya "IMPRIALIS NAFSU" sebagai "Dewan Perancang Kejahatan" di dalam hati manusia. Sehingga kemudian timbul rasa kebanggaan, rasa diri berilmu, berkemampuan, berkuasa, rasa diri lebih dari orang lain, selanjutnya lalu muncul bendera "ke-aku-an", egoisme atau ANANIYAH. ilmu yang seharusnya menjadi alat penyaring kemurnian dan kemulusan hati yang bersih, dalam prakteknya disalah gunakan men­jadi polusi jiwa (pengotoran jiwa) yang lebih keruh tetapi lebih halus sehingga yang bersangkutan tidak merasa.
Dalam hubungan antara ilmu dan hidayah, Rosululloh SAW telah memperingatkan kita dengan sabdanya :

مَنْ اِزْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ اِلاَّبُعْدًا (رواه الديلمى)
Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambaH hidayahnya, maka tidak menjadi bertambah (dekatnya) melainkan semakin jauh dari Alloh."(Riwayat Dailami ~ Al Ibya awal — 59).

Orang yang jauh dari Alloh tidak akan mendapat hidayah. Barang siapa tidak mendapat hidayah Alloh pasti sesat jalan dan akhirnya sengsara dan mengalami kehancuran. Maka oleh karena itu, di samping ilmu pengeta­huan harus kita pelajari, harus kita tuntut, ilmu pengetahuan apa saja terutama yang ada hubungannya dengan soal-soal membersihkan hati, yang berkaitan dengan masalah operasi mental untuk memperoleh ketenangan batin dan ketentraman jiwa, tidak boleh diabaikan yaitu usaha memperoleh HIDAYAH Alloh SWT.

Apakah HIDAYAH dari Alloh dapat diperoleh atau diusahakan dengan upaya manusia ? Jawabnya tegas, dapat !. Firman Alloh dalam Al Qur'an Surat No. 29-Al Ankabtut Ayat 69 berbunyi:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوا فِيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا. (٢۹-الكنبوت: ٦۹)

Artinya kurang lebih:
'Dan arang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) KAMI, sungguh-sungguh akan KAMI tunjukkan kepada mereka jalan-jalan KAMI".

Berjihad disini artinya bersungguh-sungguh atau berusaha dengan sungguh-sungguh. Berusaha mencari keridloan-NYA, berusaha menuju kepada-NYA untuk memohon Hidayah-NYA,
Di dalam Wahidiyah, bersungguh-sungguh memohon kepada Alloh SWT itu disebut "MUJAHADAH". Tentang hubungan antara HIDAYAH dan MUJAHADAH, Imam Ghozali mengatakan di dalam kitab Ihya-nya:

اَلْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْتَاحَ لَهَا سِوَاهَا (الإحياء اول:٣۹)
"Mujahadah adalah kuncinya hidayah, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain mujahadah".

Ada banyak sekali macam dan jenisnya do’a yang dilakukan orang, dengan cara dan bahasa yang berbeda-beda menurut bahasa negara atau bahasa daerah masing-masing, dan mengikuti tuntutan agama atau kepercayaan yang dianut sendiri-sendiri. Rosululloh shollalohu 'alaihi wasalam bersabda :

اَلدُّعَاءُ سِلاَحُ الْمُؤْمِنْ
“Doa adalah senjatanya orang mukmin ".

Ibarat "senjata", maka daya keampuhan dan kegunaannya do’a juga berbeda-beda, Antara lain berkaitan dengan pribadi dan kepribadian pencipta do’a, tujuan dan kepentingan apa do’a itu dicipta,  situasi dan kondisi pada waktu do’a itu dicipta, susunan redaksi do’a, kaifiyah (cara pengalaman) dan adab-adab ketika berdo’a dan kondisi batiniyah dan kejiwaan orang yang berdo’a. Misalnya hudlurnya hati kekhusyuannya, keikhlasannya, kemantapan hatinya dan sebagainya.
Di dalam Islam, Rosululloh SAW memberikan tuntutan bermacam-macam do’a. Hampir setiap gerakan ada do’anya. Ada do’a ketika akan makan, selesai makan, ketika berpakaian, do’a di waktu pagi, di waktu sore hari, saat akan tidur, ketika bangun tidur, waktu ke luar rumah, ketika masuk rumah dan sebagainya. Di samping do’a pada setiap melakukan gerakan seperti itu, masih banyak lagi do’a-do’a untuk sesuatu hajat atau kepentingan. Baik dari tuntunan Rosululloh SAW maupun yang dicipta oleh para Sahabat dan para ulama, Namun sayangnya hanya sedikit sekali dilakukan oleh umat Islam sendiri.
Para ulama, terutama Ulama Shufi. berpendapat bahwa do’a yang paling dekat diijabahi oleh Alloh SWT istilah bahasa Jawa paling mandi adalah do’a Sholawat. Dan pendapat ini cocok dengan kenyataan. Lebih-lebih di dalam zaman mutakhir ini Insya Alloh tentang Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW ini akan dibahas dalam bab tersendiri di belakang. Secara umum mengenai faedah dan manfaat do’a Sholawat kepada Kan­jeng Nabi SAW bagi si pembaca Sholawat adalah seperti yang dikatakan oleh Syekh Hasan Al'Adawi di dalam syarah kitab "Dalailul Khoirot" yang kemudian dibenarkan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainnya yaitu sebagai berikut:

اِنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تَنْوِرُالْقُلُوْبَ وَتُوْصِلُ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ اِلَى عَلاَمِ الْغُيُوْبِ. (سعادة الدارين:٣٦)

"Sesungguhnya membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara gaib ".                                          (Sa 'adatud—Daroini hal. 36).

"menerangi hati-hati menjadi padang, jernih dan tentram. "mewusulkan" mengantarkan dan menyampaikan kepada tingkat kondisi batiniyah yang sadar kepada Alloh SWT;
Ada banyak sekali macamnya do’a Sholawat. Berpuluh, beratus, beribu-ribu, bahkan berpuluh ribu macam sholawat. Masing-masing sholawat dikaruniai faedah dan manfaat yang berbeda-beda, manfaat duniawi dan manfaat ukhrowi, manfaat lahir dan manfaat batin, manfa­at yang hubungan dengan hal-hal yang bersifat material dan hal-hal yang bersifat moral dan spiritual. Bertalian dengan kebutuhan untuk kejernihan hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa, sudah sewajarnya kita memilih Sholawat yang dikaruniai manfaat dan faedah yang kita butuhkan tersebut.

Alhamdu Lillah dengan fadlol Alloh SWT pada kira-kira awal tahun 1963 M, Alloh SWT melimpahkan kurnia taufiq dan hidayah-NYA dengan tersusunnya "SHOLAWAT WAHIDIYAH" dari Pondok Pesantren Kedunglo Desa Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri Propinsi jawa Timur, yang kemudian oleh Muallifnya yakni Almukarrom Shohibul Fadiilah, Asy-Syekh Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef Pengasuh Pondok Pesantren tersebut diijazahkan (diberikan ijin pengamalan) secara umum dengan ijazah mutlak kepada masyarakat luas tidak pandang dari golongan, aliran, bangsa dan negara manapun juga serta tidak membatasi tingkatan dan umur berapa saja. Pokoknya tidak pandang buru, siapa saja dan tanpa ada syarat-syarat.
Sekali lagi Alhamdu Lillah mengamalkan SHOLAWAT WAHIDIYAH dikaruniai faedah berupa kejernihan hati, ketenangan batin dan ke­tentraman jiwa sehingga menjadi lebih banyak ingat dan sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi shollallohu 'alaihi wasallam. Dan di samping kejer­nihan hati, juga dikaruniai manfaat lainnya berupa antara lain soal kesehatan, soal kerukunan dalam rumah tangga, soal kelancaran usaha dan pekerjaan, soal kecerdasan dan perbaikan akhlaq di kalangan kanak-kanak dan remaja, dan masih banyak lagi manfaat yang dialami oleh mereka yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyah tersebut.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dikaruniai hati yang jernih, batin yang tenang dan kukuh. Jiwa yang tentram dan stabil sehingga berhasil wushul, sadar ma'rifat kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW, suatu kondisi batiniyah yang menjamin keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir batin dunia sampai akhirot yang mendapat ridlo Alloh SWT ! Amiin!.

No comments:

Post a Comment