HAL MENJERNIHKAN HATI
Alloh SWT Tuhan Maha
Pencipta dan Maha Pengatur, menciptakan manusia dengan memberinya dua macam
kekuatan. Yaitu kekuatan jasmani dan kekuatan rohani, atau kemampuan yang
bersifat lahiriyah dan kemampuan yang bersifat batiniyah. Manusia terdiri dari
dua macam badan, badan jasmani atau badan wadag dan badan rohani atau roh atau
jiwa. Dan masing-masing badan itu oleh Alloh SWT di berikan kekuatan atau
kemampuan yang berbeda-beda sifat dan dayanya. Hanya manusia yang diberi dua
macam kekuatan seperti itu. Makhluq-makhluq selain manusia baik itu golongan
Malaikat ataupun bangsa Jin dan makhluq jenis halus lainnya lebih-lebih makhluq
jenis kasar, tidak diberi dua macam kekuatan seperti yang diberikan kepada
manusia. Bangsa Jin mungkin memiliki dua kekuatan seperti itu akan tetapi
terbatas, tidak seluas yang dimiliki oleh manusia. Buktinya yaitu bahwa Nabi
Sulaiman pernah merajai manusia dan sekaligus bangsa Jin dan makhluq-makhluq
lain, sedangkan belum pernah kita mendengar ada bangsa Jin yang membawahi
manusia. Malaikat dalam beberapa hal menempati tingkatan yang lebih tinggi dari
pada manusia akan tetapi terbatas. Terbatas mengerjakan tugas-tugas tertentu.
Ada yang membaca tasbih saja, ada yang bertakbir saja, ada yang hanya bertahmid
saja, ada yang terus menerus membaca sholawat kepada Nabi SAW saja, ada yang
terus menerus ruku', ada yang tiada henti-henti sujud dan sebagainya. Bahkan
banyak tugas-tugas yang dijalankan oleh para Malaikat justru diperuntukkan bagi
umat manusia. Bahkan lebih lagi dari pada itu. Segala apa yang di langit dan di
bumi ini oleh Alloh dibikin tunduk kepada manusia, diperuntukkan bagi umat
manusia supaya sebaik-baiknya dimanfaatkan bagi kepentingan hidupnya di dunia
dan di akhirot. firmanNya
"Tidak kamu perhatikan sesungguhnya Alloh telah menundukkan
untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa di bumi dan menyempurnakan
untukmu ni'mat-NYA lahir dan batin". (31-Luqman:20)
Demikian kasih sayang
Alloh SWT kepada manusia hamba-NYA. lni perlu kita renungkan sebagai mendahului
pembahasan Masalah menjernihkan hati dan agar supaya kita manyadari tempat
kedudukan kita manusia di antara makhluq-makhluq lain ciptaan Tuhan, sehingga
kita dapat teras senantiasa meningkatkan syukur terima kasih kita kepada-NYA.
Kedua kekuatan,
kekuatan lahir dan kekuatan batin yang dimiliki oleh manusia itu tadi tidak
lain agar supaya dipergunakan untuk mendatangkan sebesar-besarnya manfaat guna
memperoleh dan membina hidup selamat sejahtera dan bahagia materiil dan
spirituil, lahir dan batin di dunia dan di akhiratnya kelak. Dan sebagai insan
sosial, kekuatan lahir dan kekuatan batin manusia merupakan perangkat pemberian
Tuhan baginya untuk mengemban tugas sebagai "kholifah" atau
"wakil" Alloh SWT di bumi. Tugas mulia yang dipercayakan Alloh SWT
kepada manusia untuk mengatur kehidupan di dunia menurut konsepsi yang
digariskan Alloh SWT. Sebagaimana firman-NYA di dalam Al Qur'an:
"Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku berhak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". (2-Al Baqoroh : 30)
Kekuatan lahiriyah,
seperti kita maklumi adalah daya kemampuan yang kelihatan mata lahir atau yang dapat
diperhitungkan oleh akal fikiran atau rasio, Akal fikiran atau rasio itu
sendiripun tergolong kekuatan lahir. Betapapun besarnya kemampuan lahiriyah
manusia, akan tetapi masih terbatas sekali apabila dibandingkan dengan
kemampuan batin atau kemampaan jiwa manusia, Kekuatan lahir hanya bisa
berhubungaa dengan alam lahir alam nyata, sedangkan kekuatan jiwa manusia
dapat menembus alam ghaib, dapat menjelajahi alam metafisika, bahkan dapat mengadakan komunikasi dengan alam luar
manusia, dengan alam Jin dan alam Malaikat bahkan dapat beraudensi
dengan Tuhan pencipta seluruh alam.
Pusat segala kegiatan
manusia baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani terletak di dalam hatinya.
Hati merupakan "Pusat Komando" dari segala macam gerak dan laku
manusia. Bahkan di samping sebagai Pusat Komando, sekaligus merupakan
"motor penggerak" yang menggerakkan segala perilaku dan perbuatan
manusia, Perbuatan yang baik maupun perbuatan yang jahat, perbuatan yang
menguntungkan ataupun perbuatan yang merugikan, semuanya itu dikomando dan
digerakkan oleh hati.
Di dalam hati manusia
sama-sama bermarkas dua macam "dewan" yang berlainan pengaruh dan
arahnya satu sama lain. Bahkan saling bertolak belakang dan saling berlawanan.
Yang satu "Dewan Perancang Kebaikan", dan satunya lagi "Dewan
Perancang Kejahatan". Siapa diantara dua dewan itu yang dominan (berkuasa)
di dalam hati, dialah yang memegang komando segala gerak dan perbuatan atau
tindakan manusia. Adapun faktor fikiran, sekalipun dipenuhi dengan berbagai
macam perbendaharaan ilmu pengetahuan dan hikmah kebijaksanaan, namun fungsinya
hanya sebagai "Dewan Pertimbangan", dan tidak memegang peranan yang
menentukan.
Di dalam kehidupan
sehari-hari kita sering melihat atau mendengar, atau mungkin pernah bahkan
sering mengalami sendiri bahwa akal fikiran dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang tidak baik, dapat membedakan antara yang benar dan yang batal, dapat
mengetahui mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, mengerti itu halal
ini haram, mengerti itu boleh dikerjakan dan ini tidak, dan sebagainya, akan
tetapi di dalam prakteknya justru sebaliknya. Yang baik ditinggalkan, yang
buruk dikerjakan. Yang menguntungkan malah dihindari, yang merugikan justru
dimasuki yang haram dikejar-kejar, yang halal tidak dihiraukan, yang benar
tidak diikuti, yang batal dipergauli.
Hal tersebut
disebabkan oleh karena yang menguasai hati pada waktu itu adalah
"Dewan Perancang. Kejahatan".
Ilmu pengetahuan yang berada di dalam otak fikiran manusia tidak mampu
mengendalikannya, tidak mampu mengarahkan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan
ilmu dan pengertian yang dimilikinya. Jika seorang pencuri ditanya, apakah
perbuatan mencuri itu baik ?. Pasti menjawab tidak baik. Siapapun jika ditanya
apakah perbuatan menipu, korupsi, merugikan atau menyakiti orang lain itu
diperbolehkan ?. Semua akan menjawab, tidak!, Bahkan semua orang mengerti bahwa
perbuatan tersebut adalah perbuatan tercela dan sangat terkecam. Tetapi nengapa
toh terjadi dilakukan oleh sebagian orang bahkan oleh banyak orang ?. Tidak
lain karena didorong oleh keinginan nuruti nafsu yang bersarang di dalam hati
yang sudah dikuasai olen "Dewan Perancang Kejahatan" tersebut.
Jelasnya, manusia
akan menjerumus kepada kejahatan dan kehancuran apabila hatinya penuh dengan
kotoran-kotoran nafsu yang berkuasa dan memerintah sebagai "Dewan
Perancang Kejahatan". Dan manusia dikatakan baik, baik budinya, baik
akhlaqnya, baik perangai dan pekertinya, baik perbuatannya, apabila hatinya
dipimpin oleh "Dewan Perancang Kebaikan", dan bersih dari
kotoran-kotoran nafsu. Oleh karena itu maka hati manusia harus selalu
dibersihkan dari kotoran-kotoran dan dari hama penyakitnya hati dengan
menempatkan "Dewan Perancang Kebaikan" sebagai pimpinan yang
bijaksana di dalam dirinya !.
Betapa tepat dan
bijaksananya Rosuululloh SAW telah memberikan peringatan kepada kita dengan
sabda-Nya :
اِنَّ فِى الْجَسَدِ لَمُضْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ
كُلَّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلَّهُ الاَزَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخارى)
"Sesungguhnya di dalam jasad manusia itu ada segumpal
daging; apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh jasad,
dan apabila rusak atau kotor, menjadi rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah,
yaitu hati". (Hadits riwayat Imam Bukhori).
Atas dasar hadits. Hadits tersebut
antara lain maka kemudian para Ulama Shufi mengatakan sebagai berikut:
تَزْكِيَةُ النَّفْسِى عَنِ
الرَّذَائِلِ وَجِبَةٌ (كفاية الاتقياء)
“Membersihkan jiwa
(hati) dari kotoran-kotoran (nafsu) adalah wajib". (Kitab Kifayatul
Atqiya).
Wajib di sini dalam arti harus
diusahakan oleh setiap orang dalam rangka upaya mencapai hidup selamat
sejahtera dan bahagia lahir batin dunia dan akhirat.
"Tazkiyatunnafsi" atau membersihkan hati maksudnya membebaskan hati
dari pengaruh-pengaruh nafsu yang senantiasa berusaha dan bertipu daya untuk
menguasai hati manusia. Di dalam Kitab Suci Al Qur'an diterangkan pernyataan
Nabi Yusuf 'alaihissalam tentang tekad Beliau yang senantiasa waspada terhadap
tipu daya nafsu sebagai berikut:
وَمَا اُبَرِّىءُ نَفْسِي اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ بِالسُّؤِ
اِلاَّمَارَحِمَ رَبِّيْ (١٢-يوسف: ۵٣)
"Dan tidaklah
aku membiarkan diriku (dikuasai nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rohmat oleh Tuhanku".
(12 Yusuf: 53).
Membersihkan hati, istilah yang
populer sekarang disebut operasi mental.
"Operasi
mental" yang dialami oleh Rosuululloh SAW ketika akan menjalani Isrok Mi'roj
merupakan tuntunan nyata yang harus diikuti oleh para ummat. Bahkan oleh setiap
insan yang hidup di dunia ini. Berkat adanya operasi tersebut, di mana
kotoran-kotoran yang terdapat di dalam hati Rosululloh shollallohu 'alaihi
wasallam dikeluarkan dan kemudian dimasukkan iman, islam, ihsan, amanah dan
kejujuran, maka segala gangguan dan godaan yang dialami dalam perjalanan Isrok
dan Mi'roj, semua dapat diatasi dengan sempurna dan sukses menghadap ke hadirot
Alloh SWT untuk menerima tugas-tugas yang harus dilaksanakan para ummat, antara
lain sholat lima waktu dalam sehari semalam.
Bermacam-macam cara
telah banyak ditempuh orang/masyarakat dalam melaksanakan operasi mental.
Melalui pelajaran dan pendidikan, lewat sistim da’wah dan penerangan-penerangan
agama, menggunakan mass media surat-surat kabar, majalah, radio, TV dan buku-buku,
melalui perkumpulan atau organisasi-organisasi sosial dan bermacam-macam bentuk
pergaulan hidup lain-lain. Bahkan ada yang menempuhnya dengan riyadloh-riyadloh
badaniyah dan latihan-latihan kejiwaan. Masing-masing dengan methoda dan
sistimatika yang berbeda-beda.
Secara umum, cara
operasi mental seperti tersebut di atas dalam garis besarnya dititik beratkan
pada prinsip penanaman pengertian dan ilmu pengetahuan sehingga diharapkan bisa
tumbuh suatu kesadaran. Akan tetapi kenyataan di dalam praktek tidak semudah
itu. Pengertian dan ilmu pengetahuan masih belum memberi jaminan akan
tercapainya kondisi hati yang bersih dan jernih terbebas dari pengaruh-pengaruh
nafsu yang menjadi sarang yang subur bagi bercokolnya "Dewan Perancang
Kejahatan" seperti tersebut di atas.
Mengingat makin
menghebatnya pengaruh-pengaruh dari berbagai jurusan yang merangsang hati
manusia, yakni pengaruh negatif yang menyuburkan tumbuhnya "Dewan
Perancang Kejahatan", maka operasi mental atau membersihkan dan
menjernihkan hati harus secara terus menerus diusahakan oleh setiap orang. Di
samping dengan cara-cara operasi mental seperti di atas dan yang sudah banyak
dijalankan oleh masyarakat selama ini, masih ada satu cara yang belum banyak
dilakukan orang. Yaitu pendaya gunaan kekuatan atau potensi batiniyah dalam
bentuk do’a permohonan kepada Alloh SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengatur,
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Do’a memohon HIDAYAH, memohon petunjuk dan
pertolongan-Nya.
Pendaya gunaan
potensi batiniyah dalam bentuk do’a permohonan kepada Alloh SWT baik yang
dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok (berjama’ah
bersama-sama), jika dibandingkan dengan pendaya gunaan potensi lahiriyah dalam
bentuk bekerja, berkarya dan bentuk-bentuk aktifitas atau kegiatan lahiriyah
lainnya, adalah masih sangat tidak seimbang. Masih banyak peluang kesempatan
dan sisa kekuatan yang belum dimanfaatkan untuk berdo’a memohon kepada Alloh
SWT. Pada hal seperti disebutkan di muka, kedua kekuatan, kekuatan lahir dan
kekuatan batin yang sama-sama anugerah pemberian Tuhan itu harus dimanfaatkan
secara harmonis dan berkeseimbangan dengan kebutuhan hidup serta saling isi
mengisi. Lebih-lebih jika diingat bahwa HIDAYAH Alloh SWT adalah "mutlak
dibutuhkan oleh setiap insan. Tanpa HIDAYAH dan PETUNJU'K! Alloh, manusia pasti
sesat dan menjerumus kepada kehancuran dan kesengsaraan.
Bertambahnya ilmiah
atau ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum
lainnya apabila tidak disertai memperoleh HIDAYAH dari Alloh SWT, maka
ilmu-ilmu itu tidak akan mampu meletakkan benih yang menumbuhkan kejernihan
hati, ketentraman jiwa dan kesehatan mental, Bahkan boleh jadi justru ilmu-ilmu
yang tidak disertai HIDAYAH Alloh itu malah menyuburkan bercokolnya
"IMPRIALIS NAFSU" sebagai "Dewan Perancang Kejahatan" di
dalam hati manusia. Sehingga kemudian timbul rasa kebanggaan, rasa diri
berilmu, berkemampuan, berkuasa, rasa diri lebih dari orang lain, selanjutnya
lalu muncul bendera "ke-aku-an", egoisme atau ANANIYAH. ilmu yang
seharusnya menjadi alat penyaring kemurnian dan kemulusan hati yang bersih,
dalam prakteknya disalah gunakan menjadi polusi jiwa (pengotoran jiwa) yang
lebih keruh tetapi lebih halus sehingga yang bersangkutan tidak merasa.
Dalam hubungan antara
ilmu dan hidayah, Rosululloh SAW telah memperingatkan kita dengan sabdanya :
مَنْ اِزْدَادَ عِلْمًا
وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ اِلاَّبُعْدًا (رواه الديلمى)
Barang siapa
bertambah ilmunya dan tidak bertambaH hidayahnya, maka tidak menjadi bertambah
(dekatnya) melainkan semakin jauh dari Alloh."(Riwayat Dailami ~ Al Ibya
awal — 59).
Orang yang jauh dari
Alloh tidak akan mendapat hidayah. Barang siapa tidak mendapat hidayah Alloh
pasti sesat jalan dan akhirnya sengsara dan mengalami kehancuran. Maka oleh
karena itu, di samping ilmu pengetahuan harus kita pelajari, harus kita
tuntut, ilmu pengetahuan apa saja terutama yang ada hubungannya dengan
soal-soal membersihkan hati, yang berkaitan dengan masalah operasi mental untuk
memperoleh ketenangan batin dan ketentraman jiwa, tidak boleh diabaikan yaitu
usaha memperoleh HIDAYAH Alloh SWT.
Apakah HIDAYAH dari
Alloh dapat diperoleh atau diusahakan dengan upaya manusia ? Jawabnya tegas,
dapat !. Firman Alloh dalam Al Qur'an Surat No. 29-Al Ankabtut Ayat 69
berbunyi:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوا
فِيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا. (٢۹-الكنبوت: ٦۹)
Artinya kurang lebih:
'Dan arang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridloan) KAMI, sungguh-sungguh akan KAMI tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan KAMI".
Berjihad disini
artinya bersungguh-sungguh atau berusaha dengan sungguh-sungguh. Berusaha
mencari keridloan-NYA, berusaha menuju kepada-NYA untuk memohon Hidayah-NYA,
Di dalam Wahidiyah,
bersungguh-sungguh memohon kepada Alloh SWT itu disebut "MUJAHADAH".
Tentang hubungan antara HIDAYAH dan MUJAHADAH, Imam Ghozali mengatakan di dalam
kitab Ihya-nya:
اَلْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْتَاحَ لَهَا سِوَاهَا (الإحياء
اول:٣۹)
"Mujahadah adalah
kuncinya hidayah, tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain mujahadah".
Ada banyak sekali
macam dan jenisnya do’a yang dilakukan orang, dengan cara dan bahasa yang
berbeda-beda menurut bahasa negara atau bahasa daerah masing-masing, dan
mengikuti tuntutan agama atau kepercayaan yang dianut sendiri-sendiri.
Rosululloh shollalohu 'alaihi wasalam bersabda :
اَلدُّعَاءُ سِلاَحُ
الْمُؤْمِنْ
“Doa adalah senjatanya orang mukmin ".
Ibarat
"senjata", maka daya keampuhan dan kegunaannya do’a juga
berbeda-beda, Antara lain berkaitan dengan pribadi dan kepribadian pencipta do’a,
tujuan dan kepentingan apa do’a itu dicipta,
situasi dan kondisi pada waktu do’a itu dicipta, susunan redaksi do’a,
kaifiyah (cara pengalaman) dan adab-adab ketika berdo’a dan kondisi batiniyah
dan kejiwaan orang yang berdo’a. Misalnya hudlurnya hati kekhusyuannya,
keikhlasannya, kemantapan hatinya dan sebagainya.
Di dalam Islam,
Rosululloh SAW memberikan tuntutan bermacam-macam do’a. Hampir setiap gerakan
ada do’anya. Ada do’a ketika akan makan, selesai makan, ketika berpakaian, do’a
di waktu pagi, di waktu sore hari, saat akan tidur, ketika bangun tidur, waktu
ke luar rumah, ketika masuk rumah dan sebagainya. Di samping do’a pada setiap
melakukan gerakan seperti itu, masih banyak lagi do’a-do’a untuk sesuatu hajat
atau kepentingan. Baik dari tuntunan Rosululloh SAW maupun yang dicipta oleh
para Sahabat dan para ulama, Namun sayangnya hanya sedikit sekali dilakukan
oleh umat Islam sendiri.
Para ulama, terutama
Ulama Shufi. berpendapat bahwa do’a yang paling dekat diijabahi oleh Alloh SWT
istilah bahasa Jawa paling mandi adalah do’a Sholawat. Dan pendapat ini cocok
dengan kenyataan. Lebih-lebih di dalam zaman mutakhir ini Insya Alloh tentang
Sholawat kepada Kanjeng Nabi SAW ini akan dibahas dalam bab tersendiri di
belakang. Secara umum mengenai faedah dan manfaat do’a Sholawat kepada Kanjeng
Nabi SAW bagi si pembaca Sholawat adalah seperti yang dikatakan oleh Syekh
Hasan Al'Adawi di dalam syarah kitab "Dalailul Khoirot" yang kemudian
dibenarkan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainnya yaitu sebagai berikut:
اِنَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
تَنْوِرُالْقُلُوْبَ وَتُوْصِلُ مِنْ غَيْرِ شَيْخٍ اِلَى عَلاَمِ الْغُيُوْبِ. (سعادة الدارين:٣٦)
"Sesungguhnya
membaca Sholawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada
Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara gaib ". (Sa 'adatud—Daroini hal. 36).
"menerangi hati-hati menjadi
padang, jernih dan tentram. "mewusulkan" mengantarkan dan
menyampaikan kepada tingkat kondisi batiniyah yang sadar kepada Alloh SWT;
Ada banyak sekali
macamnya do’a Sholawat. Berpuluh, beratus, beribu-ribu, bahkan berpuluh ribu
macam sholawat. Masing-masing sholawat dikaruniai faedah dan manfaat yang
berbeda-beda, manfaat duniawi dan manfaat ukhrowi, manfaat lahir dan manfaat
batin, manfaat yang hubungan dengan hal-hal yang bersifat material dan hal-hal
yang bersifat moral dan spiritual. Bertalian dengan kebutuhan untuk kejernihan
hati, ketenangan batin dan ketentraman jiwa, sudah sewajarnya kita memilih
Sholawat yang dikaruniai manfaat dan faedah yang kita butuhkan tersebut.
Alhamdu Lillah dengan
fadlol Alloh SWT pada kira-kira awal tahun 1963 M, Alloh SWT melimpahkan kurnia
taufiq dan hidayah-NYA dengan tersusunnya "SHOLAWAT WAHIDIYAH" dari
Pondok Pesantren Kedunglo Desa Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri
Propinsi jawa Timur, yang kemudian oleh Muallifnya yakni Almukarrom Shohibul
Fadiilah, Asy-Syekh Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef Pengasuh Pondok Pesantren
tersebut diijazahkan (diberikan ijin pengamalan) secara umum dengan ijazah
mutlak kepada masyarakat luas tidak pandang dari golongan, aliran, bangsa dan
negara manapun juga serta tidak membatasi tingkatan dan umur berapa saja.
Pokoknya tidak pandang buru, siapa saja dan tanpa ada syarat-syarat.
Sekali lagi Alhamdu
Lillah mengamalkan SHOLAWAT WAHIDIYAH dikaruniai faedah berupa kejernihan hati,
ketenangan batin dan ketentraman jiwa sehingga menjadi lebih banyak ingat dan
sadar kepada Alloh Wa Rosuulihi shollallohu 'alaihi wasallam. Dan di samping
kejernihan hati, juga dikaruniai manfaat lainnya berupa antara lain soal
kesehatan, soal kerukunan dalam rumah tangga, soal kelancaran usaha dan
pekerjaan, soal kecerdasan dan perbaikan akhlaq di kalangan kanak-kanak dan
remaja, dan masih banyak lagi manfaat yang dialami oleh mereka yang sudah
mengamalkan Sholawat Wahidiyah tersebut.
Semoga kita termasuk
orang-orang yang dikaruniai hati yang jernih, batin yang tenang dan kukuh. Jiwa
yang tentram dan stabil sehingga berhasil wushul, sadar ma'rifat kepada Alloh
Wa Rosuulihi SAW, suatu kondisi batiniyah yang menjamin keselamatan, kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup lahir batin dunia sampai akhirot yang mendapat ridlo
Alloh SWT ! Amiin!.
No comments:
Post a Comment