jama'ah wahidiyah

JAMA'AH WAHIDIYAH

Wednesday, 29 February 2012

apakah Kita sulit menanggis.....



Menangis adalah merupakan gejala dari pada phenomena psikologis (peristiwa kejiwaan). Setiap manusia pernah mengalami menangis. Baik ketika bayi, ketika masa kanak-kanak, ketika dewasa menjadi remaja, ketika sudah menjadi orang tua bahkan sudah nenek-nenekpun bisa menangis. Makhluq lain jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan belum pernah kita mendengar tangisnya, Motivasi (dorongan) menangis itu bisa terjadi dari berbagai macam sebab. Tangisnya bayi merupakan bahasa untuk memberi tahukan keadaan dirinya dan apa yang dibutuhkan : lapar, haus, badan teras kotor terkena pipis, badan tidak enak/sakit dan sebagainya. Rosululloh SAW bersabda yang maksudnya bahwa tangis bayi sampai umur 4 tahun adalah merupakan istighfar permohonan maghfiroh atas dosa kedua orang tuanya.
Orang yang susah karena mengalami mushibah atau penderitaan yang berat seperti sakit, kematian sanak famili, kehilangan kekasih, kehilangan harta benda dan sebagainya bisa menangis. Orang yang terlalu senang dan gembira juga bisa menangis. Terlalu takut kepada sesuatu juga bisa menangis. Pokoknya, menangis dapat selalu terjadi dalam situasi dan kondisi yang bermacam-macam, selama fikiran masih normal. Orang gila atau orang yang tidak normal otaknya ti­dak bisa menangis. Kalaupun kedengaran suara dia menangis, tetapi tidak keluar air mata. Jadi tidak seperti tangisnya orang biasa yang masih normal fikirannya. Mungkin tangis yang dibuat-buat atau berpura-pura menangis.
Jelaslah bahwa dorongan menangis itu datang dari dalam diri orang yang menangis sendiri, karena adanya sentuhan jiwa atau rangsangan batin. Tangis tidak bisa diada-adakan atau dipaksakan dari luar tanpa ada sesuatu yang merangsang menyentuh ke dalam jiwa. Begitu juga kita tidak dapat menyetop memberhentikan orang yang sedang menangisi begitu saja. Bagaimanapun usaha kita, dengan kekerasan sekalipun, kita tidak dapat menahan orang jangan menangis atau supaya berhenti menangis. Tangis itu akan berhenti dengan sendirinya juga kare­na telah datang "sesuatu" yang merangsang jiwanya, yang meredakan
kegoncangan batinnya. Usaha menahan tangis dari luar diri yang sedang menangis hanya sekedar membantu proses datangnya "sesuatu" yang menentramkan kegoncangan jiwa tadi. Jadi juga ada manfaatnya. Dan memang harus diusahakan oleh orang-orang yang ada disekeliling orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa seperti itu.
Di dalam Mujahadah Wahidiyah banyak kita jumpai dan bahkan sering kita sendiri mengalami menangis. Dalam pada itu sering kita me­nangis tidak mengetahui sebab-sebanya. Tahu-tahu menangis begitu saja tanpa ada sebab-sebab. Tetapi pada satu tempo kita mencoba mengusahakan dan memaksa diri kita untuk bisa menangis, tetapi toh juga tidak berhasil bisa menangis, walaupun dalam keadaan Mujahadah sekalipun. Begitu juga pernah terjadi bahwa pada satu tempo ketika bermujahadah kita tidak dapat menguasai diri dari menangis, tidak mampu mengendalikan tangis sampai tercetus suara jeritan-jeritan yang keras. Mengapa begitu ?. Jawabnya yang tepat : Allohu A'lam !. Kemampuan rasio tidak mampu mengadakan pendekatan - pendekatan, lebih-lebih membuat analisa rasional.
Namun bagaimanapun keadaannya kita harus bersyukur alhamdu Lillah bahwa tangis yang terjadi di dalam Wahidiyah adalah tangis yang berorientasi (berhubungan atau berkaitan) kepada Alloh Wa Rosuulihi SAW. Tangis di dalam Wahidiyah tidak menangisi soal harta atau apa saja yang bersifat kebendaan/material. Motif tangis di dalam Wahidiyah dapat terjadi dari bermacam-macam faktor. Antara lain tangis karena ada sentuhan jiwa yang halus sehingga merasa penuh berlumuran dosa, penuh berbuat kedholiman merugikan orang lain dan masyarakat dan sebagainya. Merasa berdosa, berdosa kepada Alloh SWT berdosa kepada Rosululloh SAW, berdosa terhadap orang tua, terhadap anak dan keluarga, terhadap guru, terhadap pemimpin, terhadap bangsa dan negara, terhadap Perjuangan kesadaran FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW, terhadap makhluq lingkungan hidupnya dan sebagainya. Antaranya lagi karena sentuhan batin berupa "syauq dan mahabbah" (rindu dan cinta) yang mendalam kepada Alloh SWT dan kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad Rosuululloh Shollallohu 'alaihi wasallam. Tangis karena kagum melihat Keagungan Alloh SWT, melihat sifat Jamal dan Kamal Alloh SWT, ternyuh tergores hatinya melihat kasih sayang dan jasa serta pengorbanan Junjungan kita Rosuululloh SAW kepada para ummat, terhadap dirinya yang menangis terutama.
Tangis yang ada hubungan kepada Alloh SWT adalah tangis yang banyak dilakukan oleh Nabi-Nabi mulai Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-salaam sampai Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Kanjeng Nabi Adam 'alaihis-salaam setelah dikeluarkan dari surga, menangis selama seratus tahun nonstop. Menangis meratapi dosanya kepada Alloh SWT yaitu melanggar larangan Alloh agar tidak mendekati buah Kuldi waktu di surga. Menangis bertobat memohon ampunan kepada Alloh SWT.
Mari kita renungkan untuk diri kita !. Itu Kanjeng Nabi Adam, pertama Beliau adalah seorang Nabi dan kedua, Beliau hanya melakukan kesalahan satu kali saja di surga, menangis seratus tahun nonstop. Sedangkan kita?. Kita berbuat dosa tidak hanya satu, dua, tiga kali, melainkan berpuluh, beratus, beberapa ribu kali bahkan tidak dapat dihitung. Namun berapa lama kita menangis meratapi dosa bertobat memo­hon maghfiroh Alloh SWT?. Mari kita akui dengan jujur, dan mari sekarang juga kita bertobat memohon  ampunan kepada Alloh SWT !.
AL FAATIHAH ! BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM.........
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI.................
AL FAATIHAH !.
Mari kita perhatikan firman Alloh dalam Surat No. 19 Maryam Ayat No. 58 :

Artinya kurang lebih :
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Alloh yaitu para Nabi dan keturunan Adam, dan dan orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dan keturunan Ibrobim dan Isroil, dan dan orang-orang yang telah KAMI beri petunjuk dan telah KAMI pilih. Apabila telah dtbacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (19-Maryam : 58).
 Dalam ayat yang lain.....
Artinya kurang lebih :
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'".(17:Al isrok : 109).

Yang dimaksud "mereka" dalam ayat tersebut menurut ayat sebelumnya adalah "Alladziina uutul - 'ilma" = orang-orang yang didatangkan ilmu kepadanya. Dan mereka menangis apabila dibacakan Al -Qur'an kepada mereka. Mari kita lihat diri kita sendiri ketika mendengar bacaan Al Qur'an dapat menangiskah, atau bahkan tertawa, atau tidak ambil pusing . Terserah masing-masing kita !.
Kita perhatikan sabda Rosululloh SAW :
Artinya kurang lebih :
"Wahai para manusia, menangislah kamu sekalian; maka jika kamu sekalian  tidak bisa menangis, berusahalah agar bisa menangis!".(Riwaayat Abu Dawud).
 Dalam hadist lain....
Artinya kurang lebih :
"Dua jenis mata yang tidak akan menyentuh api neraka, satu, ma­ta yang menangis dari sebab takut kepada Alloh, dan dua, mata yang karipan (semalaman tidak tidur) di dalam sabillah "
Orang yang tidak menangis terhadap Alloh SWT adalah terkecam dan tidak bisa memperoleh fadlol dari Alloh SWT. Yaitu berdasar fir­man Alloh  :
Artinya kurang lebih :
"Maka apakah kamu merasa heran terbadap pemberitaan ini ?" "Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?", "Sedangkan kamu melengahkan ?". "Maka bersujudlah kepada Alloh dan sembahlah (53 - An - Najmu : 59-60- 61).

 Sabda Rosululloh SAW :
Artinya kurang lebih :
"Barang siapa berbuat dosa dan dia tertawa, maka dia masuk nera­ka sambil menangis ". (Riwayat Abu Nu 'em dari Ibnu Abbas).

Di dalam kitab Taqriibul Ushuul dituliskan :

"Fadlolnya Alloh SWT tidak diberikan melainkan kepada hati yang meratapi dosa yang menghadang sangat membutuhkan pertolongan ilahiyah ".(Taqribul Ushul: 217).

Mudah-mudahan kita dikaruniai hati yang lunak, yang peka (gampang merasa) terhadap "sesuatu" yang menyentuh jiwa kita sehingga kita cepat merasa dan mengakui dosa-dosa kita, kemudian tergores hati kita untuk menangis bersujud bersungkur memohon maghfiroh ampunan dari Alloh SWT !. Amiin !.

Yang dimaksud dengan "sesuatu" tersebut di atas adalah sebagaimana istilah di dalam kitab Al Hikam yaitu "waaridun Ilaahiyyun" yakni suatu suasana dan kondisi batiniyyah yang didatangkan oleh Alloh SWT ke dalam hati hamba yang dikehendaki-NYA. Dan Alhamdu Lillah dengan lebih tekun Mujahadah Wahidiyah, kita dikaruniai apa yang kita mohon tersebut. Dan semua itu harus senantiasa kita tingkatkan !. Kita tingkatkan demi untuk FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULIHI SAW !.

No comments:

Post a Comment