SKETSA BIOGRAFI
A. Kelahiran
Terjadi
perbedaan pendapat mengenai tahun dan tanggal berapakah Mbah K.H.
Abdoel Madjid Ma’roef RA dilahirkan. Menurut Ibu Dra. Nurul Ismah Madjid
---putra kedua beliau---, diperkirakan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef
RA lahir pada tahun 1916. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa ketika
ibunya ---Mbah Nyai Hj. Shofiyah¬¬¬¬¬--- menikah dengan ayahnya berusia
16 tahun, sebelas tahun lebih muda dari Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef
RA. Saat ini ---saat penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dra. Nurul
Ismah Madjid--- usia Mbah Nyai Hj. Shofiyah 77 tahun. Pendapat Ibu
Nurul ini dibenarkan oleh ibunya, Mbah Nyai Hj. Shofiyah juga ingat
tahun pernikahannya, yaitu bersamaan dengan masa penjajahan Jepang di
Indonesia (1943-1945). Ada juga pendapat yang menyatakan dengan pasti
tahun kelahiran Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA yaitu tahun 1917.
Dan ada pula yang menyatakan bahwa Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA
lahir pada tanggal 10 Oktober 1918.
Berdasarkan data-data tersebut
pendapat Ibu Dra. Nurul Ismah Madjid merupakan data yang mendekati
kebenaran. Alasan yang dapat penulis kemukakan dengan menggunakan
analisis sebagai berikut. Tahun saat penulis melakukan wawancara dengan
Mbah Nyai Hj. Shofiyah dikurangi dengan usia Mbah Nyai Hj. Shofiyah saat
ini (2004-77=1927). Jadi dapat dipastikan bahwa Mbah Nyai Hj. Shofiyah
lahir pada tahun 1927, sedangkan saat menikah beliau berusia 16 tahun
atau tahun 1943, tahun dimana masa penjajahan Jepang di Indonesia.
Dikaitkan dengan tahun kelahiran Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA
dapat diperkirakan bahwa beliau lahir tahun 1916, yaitu dari tahun
kelahiran Mbah Nyai Hj. Shofiyah dikurangi selisih usia Mbah Nyai Hj.
Shofiyah saat menikah dengan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA, yaitu
sebelas tahun (1927-11=1916). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA diperkirakan lahir pada tahun 1916,
tetapi tidak diperoleh data secara pasti tentang hari serta tanggalnya.
Yang paling bergembira atas kelahiran bayi tersebut adalah
K.H. Mohammad Ma’roef RA, ayah dari bayi laki-laki itu. Cahaya
kegembiraan memancar dari wajahnya yang bersih dan berwibawa. Terbayar
sudah penantiannya yang semenjak dari tadi menunggu di luar ruang
persalinan. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, K.H. Mohammad Ma’roef
RA menyambut kelahiran bayi laki-lakinya itu dengan rasa syukur dan
do’a, kiranya Allah SWT berkenan memberikan keturunannya itu sebagai
panutan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Setelah bayi laki-laki itu
dimandikan, K.H. Mohammad Ma’roef RA segera melaksanaklan tugas mulia
sebagaimana disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu membisikkan dua hal
suci adzan dan iqamat pada telinga sang bayi. Pada telinga kanannya,
K.H. Mohammad Ma’roef RA membisikkan adzan dan iqamat pada telinga
kirinya.
K.H. Mohammad Ma’roef RA kemudian memberi nama bayi itu
dengan nama Abdoel Majid. Diberi nama Abdoel Majid, dengan harapan,
kelak ia mempunyai sifat yang shabar sebagaimana sifat yang dimiliki
oleh kakeknya yang juga bernama Abdoel Majid, seorang kiai yang sangat
terkenal akan sifat kesabarannya. Sesuai dengan tradisi Islam,
pemberian nama itu diiringi dengan bacaan shalawat nabi dan do’a. Untuk
itu K.H. Mohammad Ma’roef RA mengundang sanak kerabat dan tetangga
terdekat untuk menghadiri tasyakuran atas kelahiran putranya yang ke
tujuh. Harum semerbak wewangian dipercikkan kepada hadirin. Beberapa
helai rambut Abdoel Majid dipotong dalam prosesi itu.
Mbah K.H.
Abdoel Majid RA merupakan anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara hasil
perkawianan K.H. Mohammad Ma’roef RA dengan Nyai Hj. Siti Hasanah.
Kesepuluh anak beliau terdiri dari tiga laki-laki dan tujuh perempuan
yaitu; Nyai Mustha’inah, K.H. Muhammad Sayyid Yasin, Nyai Siti Aminah,
Nyai Siti Saroh, Nyai Siti Asiyah, Nyai Siti Romlah, K.H. Abdoel Madjid,
Kiai Abdul Malik, Siti Fatimah dan Siti Maimunah.
No comments:
Post a Comment