Bismillaahirrohmaanirrohim
(خِفْ مِنْ وُجُوْدِ
اِحْسَانِهِ اِلَيْكَ وَدَوَامِ اِسَاءَتِكَ مَعَهُ اَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ
اِسْتِدْرَاجًا)
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIM.
“KHIF MIN
WUJUUDI IHSAANIHI ILAIKA WADAWAAMI ISAAATIKA MA’AHU AN- YAKUUNA
DZAALIKA ISTIDROOJAN”
Jadi maksudnya, kita diberi
sehat, diberi baik ekonominya, diberi diberi, kok tidak atau kurang taatnya kepada Tuhan, kita harus merasa bahwa pemberian ini istidroj-penglulu !. Aku diberi kesehatan yang baik, diberi rizki yang
cukup, tapi mengapa ibadahku kepada Alloh kok tidak bertambah baik ?. Kita harus begitu perasaan kita jika keadaannya seperti itu. Mestinya justru sehat, justru
dikaruniai kebaikan, soal moril atau materiil, atau diberi selamat, atau tidak kekurangan, atau sekalipun kekurangan tapi tidak seberapa misalnya, sebab jika ada
istilah kurang, tentu ada yang lebih kurang lagi, begitu juga soal sehat misalnya,
ada yang dikaruniai sehat tapi ada lagi yang lebih sempurna sehatnya, jadi
pokoknya dikaruniai nikmat, atau pada pokoknya diberi hidup, kok tidak ada kurang
taatnya atau kesadarannya kepada Alloh, maka harus merasa bahwa diberi kecukupan atau kesehatan ini adalah istidroj !. Penglulu !. Soalnya, kecuali memang seharusnya harus ngedoki, dengan sendirinya jika merasa seperti itu lalu
ada perhatian, ada usaha agar supaya berubah menjadi yang lebih baik bagaimana. Tapi jika tidak ada tanggapan, lebih-lebih merasa baik ya wassalam !.
Atau para
hadirin hadirot, secara umum, yaitu segala kemampuan atau apa saja yang
kita miliki jika tidak didasari LILLAH BILLAH istilah dalam Wahidiyah, otomatis
itu istidroj !. Penglulu !. Jebakan !. Atau menyalah gunakan !. Yah, silahkan,
terserah !. Segala nikmat, lahiriyah maupun batiniyah yang tidak didasari LILLAH
BILLAH dengan tepat otomatis istidroj !. Sehat misalnya tidak didasari
kesadaran, tidak didasari LILLAH BILLAH, artinya sadar bahwa yang memberi
adalah ALLOH SWT dan kesehatan itu digunakan untuk apa yang diridloi Alloh SWT -
LILLAH, jika tidak begitu, disamping LIRROSUL BIRROSUL sudah tentu, itu,
itu otomatis istidroj !. Otomatis !. Penglulu atau jebakan !. Otomatis istilah penglulu,
atau istidroj, atau jebakan, ini pasti ada akibat-akibat yang berbahaya!.
“KHIF
MIN WUJUUDI IHSAANIHI ILAIKA WADAWAAMI ISAAATIKA MA’AHU AN YAKUUNA DZAALIKA ISTIDROOJAN !.”
Takutlah, atau kuatirlah, atau
lebih mantap lagi yakinlah bahwa yaitu dikaruniai, senantiasa
dikaruniai nikmat soal apa saja, atau sekalipun mlarat tapi tidak lebih mlarat
lagi umpamanya, dipandang dari segi tidak lebih mlarat tapi sesungguhnya adalah
nikmat, begitu juga diberi sakit, sekalipun diberi sakit tapi masih tidak sakit
yang lebih parah lagi, Tuhan mampu membuat sakit yang lebih parah dari ini,
dipandang dari arah ini, sakit tadi adalah suatu nikmat, kok tidak atau kurang ibadahnya,
ini harus yakin bahwa ini adalah istidroj !. Aku diuji sakit yang tidak lebih
parah dari ini!. Harus merasa begitu!. Sebab sakitku ini saya salahgunakan, sebab
aku senantiasa berlarut-larut!.
Ini setengah
dari pada adab. Dan disamping itu, hikmahnya antara lain yaitu dengan
merasa begitu, otomatis ada perhatian untuk memperbaiki keadaan.
Jadi disini
dikatakan bahwa orang pada umumnya tidak atau kurang mensyukuri
pada nikmat-nikmat. Dan nikmat pada umumnya, misalnya soal kesehatan
atau soal ekonomi, sekali tidak atau kurang disyukuri, itu tidak menyebabkan
hilang, atau tidak sekaligus hilang. Sekalipun begitu, jangan dikira bahwa
itu tidak ada apa-apanya, tidak ada akibat-akibatnya. Ini adalah istidroj!.
Lebih berat dari pada hilang begitu saja ketika disalahgunakan !. Sebab
istidroj itu makin banyak makin lama makin berat !. Tapi jika lalu
hilang begitu nikmat yang tidak disyukuri, ya sudah habis sampai
disitu. Umpamanya orang diberi nikmat tidak disyukuri, melainkan
disalahgunakan, lalu nikmat itu hilang sebab disalahgunakan,
itu ya sudah cutel begitu saja. Sedang yang satu lagi diberi nikmat, disalahgunakan
dan nikmat itu tidak hilang, dan tidak merasa bahwa menyalahgunakan,
makin lama makin berlarut-larut. Diberi soal dunia, disalahgunakan
tapi dunia itu menjadi bertambah-tambah, lha ini akan lebih berat lagi
sebabnya menyalahgunakan menjadi makin banyak dan makin bertambah terus.
Ini makanya dikatakan lebih berat.
Ini perlu
adanya koreksi diri kepada pribadi kita masing-masing, para hadirin
hadirot !. Jangan sampai terutama ketika membicarakan soal ini lalu menuduh
orang lain, tapi seharusnya kita menuduh atau mencurigai kepada pribadi
kita sendiri !. Dan terus kita kuatkan dengan menggali fakta-fakta yang ada
pada diri kita!. Aku selalu diberi sehat, senantiasa diberi bisa jalan,
senantiasa diberi dapat berfikir, dapat ingat melihat, dan sebagainya
dan sebagainya, ini saya pergunakan apa !. Jika saya salah gunakan, ini
berarti menyalahgunakan, tapi ternyata panggah, tetap masih
bisa begitu, ini berarti istidroj !. Tidak saya sadari,
tidak saya syukuri, artinya tidak saya gunakan untuk LILLAH BILLAH tapi kok
masih saja bisa berfikir, masih saja bisa melihat, mendengar, merasa dan
sebagainya, tidak hilang sebab saya salah gunakan, ini namanya istidroj ini !.
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ
مِنْ حَيْثُ لاَيَعْلَمُوْنَ (الاعراف:١٨٢)
“SANASTADRIJUHUM MIN HAITSU
LAA YA’LAMUUN” (7 - Al A’rof 182)
(....nanti KAMI akan menarik mereka kearah
kebinasaan dengan berangsur-angsur secara
yang tidak mereka ketahui)
حَتىَّ إِذَافَرِحُوْا
بِمآاُوْتُوآأَخَذنَهُمْ بَغْتَةً...(الانعام:٩٩)
“HATTA IDZAA
FARIHUU BIMAA UUTUU, AKHODZNAAHUM BAGHTATAN...” (7-Al An’aam
44)
(........sehingga
apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, KAMI siksa mereka dengan
sekonyong-konyong.........)
Apabila mereka sudah
berlarut-larut, yaitu menyalahgunakan apa yang diberikan kepada
mereka, ......”AKHODZNAAHUM
BAGHTATAN”. KAMI ambil paksa, KAMI tindak dengan ketegasan !. Ini ancaman Alloh
SWT !. Kita harus takut pada ancaman
Alloh SWT!. Sedangkan diancam diantara kita sesama saja sudah takut, lebih-lebih yang mengancam Alloh SWT !.
Alloh SWT Yang Maha Kuasa !. “SYADIIDUL-‘IQOOB”.
Yang Maha Menyiksa !. Yang Maha......Maha, Maha !. Kita harus lebih takut yang luar biasa !.
Didalam Wahidiyah sering
dibicarakan atau disebut-sebutkan suatu
Hadits.
Hadits.
اِنَّ اللهَ لَيُمْلِى
لِلظَّالِمِ فَاِذَااَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ
“INNALLOHA LAYUMLII LIZHZHDOLIM FAIDZAA AKHODZAHU
LAM YUFLITHU” Alloh SWT menangguhkan
kepada orang yang zholim yang berlarut-larut yang menyalahgunakan. Tapi awas, apabila Alloh
mengambil ketegaan, tidak akan di, .........dilepaskan !. Pasti!.
Para hadirin
hadirot, disamping hal-hal seperti tersebut kita harus meninjau
sejarah secara umum !. Baik yang jauh maupun yang dekat !. Lebih-lebih
akhir-akhir ini banyak kejadian-kejadian lebih-lebih bidang ekonomi. Kemarin masih
mampu, tapi sekarang berubah menjadi miskin, mlarat!. Kemarin masih Honda-nan, sekarang mbecak
!. Kemarin begitu, sekarang sudah didalam penjara
!. Kemarin masih sehat, sekarang jadi layatan !. Dan sebagainya, dan sebagainya !. Hal-hal seperti itu harus kita
manfaatkan !. Mungkin sekali, kalau tidak dapat dikatakan pasti, dalam waktu yang
tidak diketahui, kita juga akan mengalami. Terutama soal pati!. Ini harus kita
manfaatkan !.
Sekali lagi
kita ulangi:
“KHIFMIN WUJUUDI IHSAANIHI
ILAIKA WADAWAAMI ISAAATIKAMA’AHU AN YAKUUNA
DZAALIKA ISTIDROOJAN. SANAS TADRIJUHUM MIL HAITSU LAA YA’LAMUUNA”.
Takutlah atau berkeyakinanlah bahwa Alloh SWT senantiasa berbuat baik
kepadamu. Senantiasa memberi sehat, memberi rizki, memberi apa saja,
tetapi aku kok tidak mau menyadari, tidak mau syukur, aku harus berkeyakinan
bahwa itu semuanya adalah istidroj.
وَقِيْلَ نُمِدُّهُمْ
باِلنِّعَمِ وَنُنْسِيْهِمْ الشُّكْرَ عَلَيْهَا فَاِذَا رَكَنُوْااِلَى النِّعَمِ
وَحُجِبُوْا عَنِ الْمُنْعِمِ اُخِذُوْا
“WAQIILA
NUMIDDUHUM BINNI’AM WANUNSIIHIM-SYUKRO ‘ALAIHAA; FAIDZAA
ROKANUU ILAN-NI ‘AMI WAHUJIBUU ‘ANIL MUN ‘IMIUKHIDZUU”
“SANASTADRIJUHUM” ada yang
menafsiri disini, yaitu: “mereka Aku beri nikmat tapi mereka
melupakannya tidak mau syukur. Maka jika mereka sudah begitu tertarik
kepada nikmat-nikmat itu, dan lupa kepada yang memberi nikmat, “UKHIDZUU”.
Mereka diambil dengan paksa. Diambil tindakan tegas !. Baik didunia
maupun diakhirot. Didunia, akan dipisahkan dengan nikmat yang diberikan.
Kalau tidak dunianya yang hilang, bangkrut, hancur, orangnya yang meninggalkan
dunia dicabut rohnya oleh Izroil. Ini sudah otomatis !.
Akhir-akhir
ini seperti maklumi dan pernah saya utarakan. Soal ekonomi terutama.
Keadaan ekonomi dimasa-masa sebelumnya lebih baik dari keadaan sesudahnya.
Lha ini ya maaf untuk pribadi kita pada umumnya harus merasa bahwa
keadaan ekonomi saja pada waktu dulu-dulu itu saja lebih baik dari sekarang,
itu adalah sebenarnya adalah istidroj. Istidroj sebab tidak saya manfaatkan
untuk memperbaiki hubunganku dengan Alloh SWT. Tidak saya manfaatkan
untuk LILLAH BILLAH tetapi hanya untuk berlarut-larut memuaskan nafsu belaka.
Istidroj!. harus begitu perasaan kita!. Sebenarnya ini masih untung, untung
kok dunianya yang meninggalkan aku, kok bukan aku yang meninggalkan dunia
lebih dahulu. Ditinggalkan oleh dunia lebih dahulu itu lebih baik daripada sudah
digradak oleh Izroil sedang dunianya yang senantiasa disalah gunakan itu masih
menyelimuti tubuh dirinya. Ini lebih berat ketika dicabut rohnya oleh Izroil,
rohnya diperebutkan antara dunianya dan Izroil, yang akhirnya pasti menang Izroil
!. segala hak miliknya nggandoli !. Merintangi Izroli, mudahnya. Tapi Izroil pantang
mundur sedetikpun. Izroil mencabut nyawa, rumahnya nggandoli. Sawahnya
nggandoli !. Orang tua nggandoli, anak, nggandoli !. Suami, istri, nggandoli.
Pacar, nggandoli!. Usahanya, tokonya, pokoknya semua dunia yang melekat pada
hatinya selama hidupnya, semuanya nggandoli !. Berebut, saling berebut
dengan Izroil. Ini makanya lebih berat!.
Jadi lebih
ringan dunianya yang kabur lebih dahulu, daripada orangnya yang kabur. Dan
lebih-lebih jika orang yang bersangkutan tadi mau bertobat, itu lebih baik
lagi.
Jadi
pokoknya nikmat, nikmat apa saja yang istilah Wahidiyah tidak dimanfaatkan
sebagai pelaksanaan pengabdian diri kepada Alloh SWT, LILLAH BILLAH
dan LIRROSUL BIRROSUL, jelas bahwa itu istidroj !. Pasti disalah gunakan,
dan merupakan suatu penglulu !. Penglulu, artinya dibiarkan untuk berlarut-larut,
bahkan jika perlu diberi kesempatan !. Tapi nanti jika sudah waktunya diambil
ketegasan !.
( AL HIKAM .KH Abdul Madjid Ma'roef Qs, Wa Ra...)
No comments:
Post a Comment