jama'ah wahidiyah

JAMA'AH WAHIDIYAH

Thursday, 15 November 2012

hARUS kAU bUKTIKAN!!!!!!

Sabda Nabi SAW:

"Seorang hamba tidaklah beriman sampai aku lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia."

Cinta yang disebutkan dalam hadits tersebut bukanlah cinta yang telah menjadi karakteristik manusia sebagai makhluk pencinta, melainkan cinta yang diusahakan. Contoh dari cinta tabiati (karakteristik) ialah kecintaaan manusia pada dirinya sendiri, siapapun secara naluriah pasti akan mencintai diri sendiri, demikianlah menurut Abu Sulaiman al-Khoththobi. 

Selanjutnya al-Khoththobi mengatakan, "cintamu kepadaku (Muhammad saw) adalah palsu sampai dirimu sirna, tenggelam dalam ketaatanmu kepadaku, sampai engkau lebih mementingkan keridlaanku daripada kesenangan pribadimu, walaupun untuk itu kau harus mengorbankan nyawamu".10

Ibnu Baththol dan al-Qodli 'Iyadh mengatakan, "Cinta dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian.

Pertama, cinta mengagungkan seperti rasa cinta anak pada kedua orangtuanya.
Kedua, cinta kasih sayang seperti kecintaan pada anak-anak kita.
Ketiga, cinta karena ada kesesuaian rasa dan karena pesona seperti kecintaan manusia pada umumnya.
Ketiga jenis cinta ini dapat kita asimilasikan dalam kecintaan pada Rasul".

Selanjutnya Ibnu Baththol mengatakan, "Makna dari hadits di atas ialah seseorang yang memiliki keimanan sempurna maka dia akan tahu bahwa hak Nabi lebih kuat dibandingkan dengan hak orangtua, anak, bahkan seluruh manusia. Sebab dengan lantaran nabi saw kita bisa selamat dari neraka dan mendapatkan secercah petunjuk dari jalan yang sesat". Kemudian al-Qodli 'Iyadl mengatakan, "di antara bukti kecintaan kita pada Nabi adalah ketika kita mau memperjuangkan sunnah-sunnah Nabi dan membela syariat beliau".11

Dalam sebuah riwayat Umar ra juga pernah mengungkapkan perasaan cintanya pada Nabi, "Wahai Nabi! Engkau lebih aku cintai dari segalanya, kecuali cintaku pada diriku sendiri". Nabi kemudian menolak cinta Umar ra, "Tidak wahai Umar! Sampai aku lebih Engkau cintai daripada dirmu sendiri". Umar ra kemudian mengatakan, "Demi Allah! Sekarang Engkau lebih Aku cintai daripada diriku sendiri". Nabi lantas bersabda, "Sekarang Engkau baru mencintaiku". Kecintaan kita pada diri sendiri, apalagi pada orang lain tidak boleh sampai mengalahkan kecintaan Kita pada Allah dan Rasul.

Setiap cinta harus ada pembuktian, cinta yang tidak disertai dengan bukti adalah bohong. Jika mengaku sebagai pecinta Rasul, lalu apa bukti kecintaan kita? Jangan sampai kita memiliki anggapan kosong, mengira mencintai Nabi, tapi sebenarnya itu tipuan setan belaka, karena ekspresi cinta dalam hati pasti akan tampak dalam perilaku. Oleh karenanya kita harus mengenal dan menguji kecintaan kita dengan memperhatikan beberapa indikasi dan bukti, lalu kembali bertanya, benarkan kita telah mencintai Nabi dengan sepenuh hati? Tanda-tanda cinta ini bisa kita ketahui dari ekspresi lahiriyah karena cinta adalah pohon yang abik, akarnya teguh, dan cabangnya menjulang ke langit, kemudian buahnya akan tampak dalam hati, lisan dan anggota tubuh. Oleh karenanya, perasaan cinta pasti dapat terbaca dari perilaku seseorang. Perilaku merupakan indikator, sebagaimana asap yang menunjukkan keberadaan api, ada asap pasti ada api

No comments:

Post a Comment