Bagaimana dikatakan berutung ??????? mari kita perhatikan Al Qur'an Surat no. 51
Adz-Dzaariyaat Ayat 56 :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
(51-الذاريات:56)
Artinya kurang lebih ;
"Dan
tiada AKU menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka beribadah
mengabdikan diri kepada-KU". (51-Adz-Dzaariyaat: 56).
Jadi segala perbuatan dan
tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi dan kondisi yang bagaimanapun
hidup di dunia ini harus diirahkan untuk mengabdikan diri beribadah kepada
Alloh SWT, harus menjadikan sebagai pelaksanaan dari pada
'"LIYA'BUDUUNI". Jadi ibadah itu tidak hanya terbatas pada
menjalankan syahadat, sholat, zakat, nuasa dan haji yang menjadi rukun Islam itu
saja, juga tidak hanya teratas pada menjalankan ibadah-ibadah sunnah seperti membaca
Al-Qur'an, membaca Dzikir, membaca sholawat dan sebagainya, akan tetapi di
samping itu semua, segala gerak gerik manusia, segala tingkah laku. dan
perbuatannya, sepanjang tidak melanggar larangan Alloh, harus dijadikan sebagai
pelaksanaan ibadah kepada Alloh, Jika hidup manusia ini tidak selalu diarahkan
untuk pengabdian diri ibadah kepada Alloh, ini berarti manusia telah menyimpang
dari haluan hidup yang telah digariskan Alloh SWT dalam Ayat tersebut di atas.
Suatu penyelewengan suatu penyalahgunaan mandat, suatu dosa besar yang harus
segera ditobati !.
Shohabat Ibnu Abbas rodiyallohu
'anhu seorang mufassir Al Qur'an yang terkenal pada zaman Kanjeng Nabi SAW
menafsirkan kata "liya' buduuni'' dalam Ayat tersebut yakni "liya'
rifuuni". Artinya agar supaya mereka jin dan manusia ma'rifat, mengenal
atau sadar kepada-KU (Alloh). Jadi segala hidup dan kehidupan manusia (dan jin)
menurut tafsir ini harus sepenuhnya diarahkan atau sebagai sarana untuk
ma'rifat atau mengenal Alloh SWT Tuhan Yang Mana Pencipta.
Setengah dari pada syarat yang prinsip di dalam
menjalankan ibadah yalah harus disertai adanya niat di dalam pelaksanaan
perbuatan ibadah tadi. Disertai niat, niat ibadah!. Jika tidak disertai niat
ibadah, apapun macamnya perbuatan, perbuatan taat sekalipun, amal perbuatan
tersebut tidak dicatat sebagai ibadah. Dan jika tidak dicatat sebagai ibadah,
rupa sholat sekalipun, adalah menjadi maksiat, merupakan dosa. Sabda Rosululloh
SAW menegaskan hal niat ini sebagai berikut:
إِنَّمَا
اْلاَعْمَالُ بِالنِّياَّتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى… الحديث (رواه
البخارى ومسلم وغيرهم عن عمر رضى الله عنه)
Artinya kurang lebih :
"Sesunggubnya
segala amal perbuatan itu ditentukan (tergantung/dinilai) menurut niatnya, dan
sesungguhnya bagi seseorang itu tergantung pada apa yang ia niatkan..."(Riwayat
Bukhori dan Muslim dan lainnya dari Umar Ibnul-Khottob rodiyallu 'anhumaa).
Niat itu letaknya di
dalam hati. Kelihatannya seperti perkara sepele akan tetapi menentukan sekali.
Jika tidak kebetulan, artinya kurang mendapat perhatian, bisa menghancurkan
bangunan ibadah keseluruhannya.
Bertitik tolak dari
firman Alloh dalam Surat Adz-Dzaariyat Ayat 56 dan Hadits shoheh tersebut di
atas, beliau Al Mukarrom Romo K.H, Abdoel Madjid Ma'roef Muallif Sholawat
Wahidiyah memberikan bimbingan praktis di dalam pelaksanaan niat ibadah sebagai
realisasi dari pada "liya'abuduuni" tersebut, yaitu dengan melatih
dan membiasakan hati mengetrapkan "LILLAH".
Artinya, segala amal
perbuatan apa saja, perbuatan lahir dan perbuatan batin baik yang wajib, yang
sunnah dan yang mubah, lebih lebih yang berhubungan langsung kepada Alloh wa
Rosuulihi SAW seperti sholat, puasa, haji, baca Qur’an, baca sholawat dan
sebagainya, maupun yang hubungan di dalam masyarakat di dalam kehidupan sehai-hari
seperti makan, minum, tidur, istirahat, mandi, bekerja dan sebagainya, asal
bukan perbuatan yang terlarang, asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh,
asal bukan perbuatan yang melanggar syari'at dan undang-undang, pokoknya asal
bukan perbuatan yang merugikan, melaksanakannya supaya di sertai niat beribadah
kepada Alloh dengan ikhlas LILLAHI TA'ALA tanpa pamrih suatu apapun. Baik
pamrih duniawi maupun pamrih ukhrowi !.
Dengan menyertakan niat
ibadah LILLAH (dalam hati terutama) di dalam segala perbuatan yang tidak
terlarang seperti itu, menurut Hadits tersebut diatas maka perbuatan-perbuatan
apa saja yang kita lakukan dapat mempunyai nilai ibadah. Dicatat dan dinilai
sebagai ibadah. Dan dengan demikian maka telah bersesuaian dengan kehendak
Alloh yang di gariskan didalam ayat 56 Surat Adz-Dzaariyat tersebut. Sekali
lagi harus diingat bahwa yang boleh dan bahkan harus disertai niat ibadah
LILLAH adalah terbatas. Terbatas pada perbuatan-perbuatan yang tidak terlarang.
Adapun perbuatan -
perbuatan yang melanggar syari'at, perbuatan perbuatan yang melanggar
undang-undang, perbuatan perbuatan yang tidak diridloi Alloh, yaitu pokoknya
perbuatan perbuatan yang merugikan, baik merugikan diri sendiri maupun dan
lebih-lebih merugikan orang lain, sama sekali tidak boleh disertai niat ibadah
LILLAH!. Maknanya harus dijauhi dan ditinggalkan!. Betapapun kecil dan
remehnya!. Harus berusaha sekuat mungkin untuk menjauhkan dan meninggalkan!.
Dan di dalam menjauhi
atau meninggalkan itulah yang harus disertai niat ibadah LILLAH!. jangan sampai
di dalam kita menjauhi atau meninggalkan mungkarot itu di dorong oleh kemauan
nafsu!. Harus LILLAH ibadah kepada
Alloh!. Menjalankan printah Alloh!. Titik !. Tidak ingin begini begitul. Demikian
seterusnya di dalam kita menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar, harus dengan
niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas LILLAH !. Jangan karena terdorong oleh
nafsu supaya begini dan begitu !. Akan merusak dan menghancurkan nilai bangunan
amal yang kita kerjakan.
Masalah pamrih atau
berkeinginan, ingin kepada. hal yang menggembirakan yang menyenangkan, ingin
kepada kebaikan-kebaikan seperti ingin pahala, surga dan sebagainya, atau takut
dari perkara yang menakutkan seperti kesusahan, penderitaan, siksa, neraka dan
sebagainya, itu diperbolehkan. Bahkan sewajarnya harus begitu!. Sebab manusia
tidak lepas dari sifat basyariah, yang mempunyai keinginan-keinginan dan
harapan-harapan serta kemauan-kemauan yang semuanya bersumber dari nafsu, dan
nafsu itupun adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia sehingga
menjadi makhluq yang lebih lengkap dan paling sempurna di antara makhluq-makhluq
lainnya. Maka nafsu seperti itulah yang harus diarahkan!. Diarahkan menurut
arah yang telah digariskan Tuhan yaitu "liya'buduuni" tersebut. Diarahkan
untuk ibadah kepada Alloh!. Jika tidak diarahkan, pasti akan terjadi himpunan
hawa nafsu yang serakah dan mengakibatkan penyelewengan dan penyalahgunaan!.
Akhirnya menghancurkan manusia itu sendiri bahkan bisa menghancurkan ummat dan
masyarakat.
Maka di dalam
berkeinginan atau pamrih seperti di atas harus disertai niat ibadah kepada
Alloh dengan ikhlas LILLAH !.
Jadi jelasnya, kita
bersembahyang, kita berpuasa, kita mengeluarkan zakat, kita menunaikan ibadah
haji, kita membaca Qur'an, membaca dzikir, membaca sholawat dan sebagainya itu
supaya disertai niat ibadah yang sungguh-sungguh ikhlas LILLAH !. Jangan sampai
kita melakukan semuanya tadi karena ingin surga, ingin pahala, takut neraka,
ingin terhormat, ingin terpuji, ingin kaya dan sebagainya!. Begitu juga di
dalam kita bekerja, di dalam kita belajar, di dalam kita berjuang untuk bangsa
agama dan negara, di dalam kita mengurus dan mengatur rumah tangga, kita ke
sawah kepasar kekantor ke toko, dan ketika kita makan minum tidur istirahat
mandi dan sebagainya dan sebagainya supaya dengan niat ibadah kepada Alloh
dengan ikhlas semata-mata LILLAH tanpa pamrih !. Begitu Juga kita berkeinginan,
berkemauan, berangan-angan berpikir dan sebagainya harus disertai niat ibadah
kepada Alloh - LILLAH !. Jadi benar-benar melaksanakan pernyataan yang kita
baca pada setiap sholat yaitu :
اِنَّ
صَلاَتِى وَنُسُكِىْ وَمَحْحَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعٰالَمِيْنَ
"Sesunggubnya
sholatku, ibadahku, bidup dan matiku adalah untuk Alloh Robbul 'Alamin".
Dan mengetrapkan di dalam hati apa yang sering
kita baca di dalam Surat Al Fatihah":
اِيَّاكَ
نَعْبُدُ
"Hanya
kepada-MU yaa Alloh aku mengabdikan diri."..
Dengan demikian boleh dikatakan hati kita
senantiasa bertahlil:
لآاِلَهَ
اِلاَّالله
"Tiada Tuhan melainkan
Alloh,"
Ilmiah dan pengertian mudah dipelajari mudah
dihafal. Akan tetapi disamping ilmiah disamping pengertian, perlu diusahakan
penerapan dan pelaksanaan ilmiah yang sudah kita miliki. Orang mempunyai ilmu
akan tetapi ilmunya tidak diterapkan tidak diamalkan, dia sangat terkecam
sekali dan akan mengalami bahaya yang sangat berat. Di dalam kitab Az-Zubad
dikatakan :
فَعَالِمْ
بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ * مُعَذَّبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنْ
"Orang
yang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya besok akan disiksa lebih dahulu
dari pada penyiksaan para penyembab brabala”
Itu suatu kecaman yang
berat. Jadi jelasnya, amal perbuatan apa saja, berupa sholat sekalipun jika
tidak disertai niat ibadah LILLAH otomatis disalah gunakan oleh nafsu. Atau
LINNAFSI, nuruti keinginan nafsu!. Dan nafsu adalah menjadi sarang iblis dan
setan !. . Kelak di neraka tempatnya !.
Di dalam Wahidiyah =
alhamdu Lillah dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di samping terus menerus
melatih hati dengan niat LILLAH seperti di atas, alhamdu Lillah dikarunia
banyak kemajuan dan peningkatan dalam hal beribadah kepada Alloh dengan niat
ikhlas LILLAH tersebut.
Sekali lagi, amal
perbuatan apa saja, atau ibadah apa saja, sekalipun rupa sholat, zakat puasa
naik haji, membaca Qur’an membaca dzikir membaca tahlil membaca sholawat,
menolong orang lain, memberikan shodaqoh dan amal-amal kebajikan lainnya, jika
tidak disertai niat ibadah LILLAH ikhlas karena Alloh, tidak dlcatat sebagai
ibadah kepada Alloh. Dan jika tidak dicatat sebagai badah kepada Alloh berarti
ibadah kepada selain Alloh. Menyembah selain Alloh !. Kepada siapa ?. Kepada
nafsunya sendiri. Menyembah dirinya sendiri dengan memperalat sholat, zakat,
dan seterusnya tadi. Sholatnya, zakatnya, hajinya, membaca Qur-an membaca
sholawat dan sebagainya dikerjakan hanya sebagai kedok untuk nuruti keinginan
nafsunya. Ingin begini ingin begitu, pamrih begini pamrih begitu dan sebagainya
!. Suatu pendorhakaan terhadap Alloh yang sangat keterlaluan !. Harus
cepat-cepat bertobat dan mengadakan perbaikan, atau membiarkan dirinya dibakar
oleh api neraka akibat amal-amal ibadah yang tidak ikhlas LILLAH itu !. "
Mari kita mengadakan koreksi kepada diri kita
masing-masing ! AL FATIHAH !........
Sekali lagi mari kita perhatikan dan kita terapkan
firman Alloh
Artinya kurang lebih :
"Dan
tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah (beribadah/mengabdikan
diri kepada ) Alloh dengan ikhlas karena Alloh LILLAH dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka menjalankan sholat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang tegak.".
(98-Al
Bayyinah : 5).
Di dalam "Al Qur'an
dan Terjemahannya" Departemen Agama RI diterangkan bahwa yang dimaksud
"menjalankan agama dengan lurus" artinya terbebas dari syirik dan
dari kesesatan. Untuk menyelamatkan dari bahaya "syirik" dan
kesesatan, Ajaran Wahidiyah memberikan bimbingan yaitu penerapan "BILLAH".
"BILLAH"
BILLAH artinya, di dalam
segala perbuatan dan gerak gerik lahir maupun batin, dimanapun dan kapan saja,
supaya hati senantiasa merasa bahwa yang menciptakan dan merintahkan itu semua
adalah ALLOH SWT Tuhan Maha Pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa
mempunyai kekuatan dan kemampuan sendiri!. Jadi mudahnya, menerapkan di dalam
hati makna dari : LAA HAULA WALAA QUWWATA
ILLA BILLAH
"Tiada
daya dan kekuatan melainkan atas titah Alloh - Billah ".
Menerapkan firman Alloh :
1. "Dan
Allohlah yang menciptakan kamu sekalian dan apa-apa yang kamu sekalian
perbuat". (37 - As-Shoffaat -96).
2. "Dan
kamu sekalian tidak dapat menghendaki (tidak dapat berkehendak) melainkan
apabila dikebendaki Alloh Tuhan semesta alam". (81 - At-Takwir- 29).
Jadi jelasnya, di dalam
kita melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan,
berpikir dan sebagainya, supaya hati selain sadar dan merasa bahwa yang
menggerakkan yang menitahkan itu semua adalah Alloh!. Merasa BILLAH !. Semuanya
BILLAH !. Tidak ada sesuatu yang tidak BILLAH !. Ini harus kita rasa di dalam
hati !. Tidak hanya cukup pengertian dan keyakinan dalam otak !. Bukan sekedar
pengertian ilmiah saja !. Kita membaca buku" ini, kita memahami buku ini -
BILLAH !. Buku yang anda baca inipun BILLAH. Diri kitapun BILLAH !. Mari terus
merasa begitu !. Merasa BILLAH!.
Sumber dari segala
kehancuran, kebobrokan moral, penyelewengan dan penyalahgunaan, pertengkaran,
permusuhan, kekacauan dan sebagainya adalah berada di dalam nafsu. Nafsu yang
mempunyai ciri khas yaitu pamrih. Maka sifat pamrihnya nafsu ini harus
diarahkan. Diarahkan dengan sistim penerapan niat LILLAH dan sadar BILLAH
seperti diatas.
Jika sifat pamrih itu
dibiarkan tidak diarahkan dengan niat LILLAH maka akan makin menjadi-jadi dan
bercokol dengan lekat sekali di dalam hati. Makin lama makin tebal, makin lama
makin besar dan makin kokoh kemudian muncul satu "kerajaan" di dalam
hati. Yaitu "KERAJAAN ANANIYAH" atau rasa ke-AKU-AKUAN atau egosentris.
Aku yang usaha, aku yang mengerjakan, aku yang berkuasa, aku yang menentukan.
Kalau tidak karena aku
............ dstnya.
Orang yang hatinya sudah
dijajah oleh imprialis nafsu seperti itu segala langkah dan amal perbuatannya
disetir oleh nafsunya, dan diarahkan kepada apa yang menjadi kepuasan nafsu.
Segala amalnya, tindakannya, perbuatannya, semata-mata hanya untuk nuruti kemauan
nafsunya. Tanpa memandang benar atau salah, tidak perduli haq atau batal
diterjangnya. Tidak perduli, sekalipun orang lain menderita. Yang penting puas
!. Itu lah sifat nafsu.. Selakah, dengki dan membabi buta. Hanya ingin enak dan
kepenak, senang dan puas tanpa memperhitungkan akibatnya. Pada hal akibatnya pasti
menjeromos kepada kehancuran, kebinasaan dan kesengsaraan sebab tidak mengikur
tuntunan Alloh Maha Pencipta Maha Kuasa !. Bahkan tidak mau tahu kepada
Tuhan-nya.
Baru setelah mengalami
kesengsaraan dan kehancuran baru merasa bahwa telah diombang ambingkan oleh
nafsunya sendiri. Dan jika terus mendapat pertolongan Alloh barulah dia
menyadari menginsafi dosa perbuatan dan tindakannya kemudian baru mau prihatin
dan bertobat. Akan tetapi jika tidak memperoleh pertolongan dari Alloh, dia
akan makin terus berlarut-larut di dalam kesengsaraan dan di dalam kegelapan
penyesalan yang merongrong jiwanya. Penyesalan di dunia masih ada kesempatan
untuk memperbaiki, masih ada harapan bisa tertolong. Akan tetapi penyesalan di
akhirot sudah tidak berarti, tidak ada kesempatan untuk memperbaiki. Pintu
tobat sudah tutup. Sudah terlambat. Tinggal. merasakan kepedihan siksa dahsyat
buat selama-lamanya. !.
Oleh karena itu selagi
masih ada kesempatan di dunia ini, mumpung masih hidup belum pindah ke alam
kubur, harus usaha sekuat mungkin untuk membebaskan diri dari imprialis nafsu
tersebut ! . Untuk berperang melawan nafsu, melepaskan diri dari blenggu
imprialis nafsu !. "Jihaadun-nafsi", memerangi nafsu!. Mulai sekarang
juga !. Jangan ditunda-tunda !. Nafsu harus kita kuasai harus kita arahkan !. Cara
yang paling praktis dan tanpa risiko untuk menguasai dan mengarahkan nafsu yalah
terus menerus menerapkan sadar BILLAH disamping niat LILLAH seperti di atas dan
sambil dipupuk dengan Mujahadah Sholawat Wahidiyah. Sadar BILLAH adalah masalah
yang paling pokok !. Ini soal iman, soal tauhid yang menentukan bahagia atau
tidaknya seseorang !. Harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. !.
"Jihaadun-nafsi" adalah perang
besar-besaran yang tidak mudah. Mungkin kalah mungkin menang. Sekalipun
bagaimana beratnya jihaadun-nafsi akan tetapi setiap orang yang menginginkan
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirot harus meiakukannya !. Kalau tidak
berbuat berarti kalah!. Kalah dan dikuasai oleh imprialis nafsunya !. Menjadi
budak dari pada nafsunya!. Maju mungkin tatu, akan tetapi mundur jauh lebih
hancur!. Mandeg,kejiret !. Maka dari itu lebih baik harus terus maju !. Maju
melawan, menguasai dan mengarahkan nafsu !.
Sekembalinya pasukan islam dari
perang Badar Rosuululloh SAW bersabda:
رَجَعْناَ مِنَ الْجِهَادِ اْلاَصْغَرِى اِلَى الْجِهَادِ
اْلاَكْبَرِ. قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الجِهَادُ اْلاَكْبَرِ قَالَ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّم: جِهَادُ النَّافْسِ (رواه البيهقى)
Artinya kurang lebih. :
"Kita
baru kembali dari perang kecil dan akan menghadapi perang besar".
Ditanyakan oleh para shohabat : yaa Rosuulalloh, perang besar yang mana lagi ?.
Menjawablah Rosuululloh saw. "Jihaadun-nafsi" - memerangi nafsu
". (Riwayat Baihaqi).
Jadi tiap manusia pasti berhadapan dengan nafsunya
sendiri-sendiri. Dan oleh karena itu harus memerangi nafsunya itu !. Nafsu
harus dikuasai dan diarahkan oleh manusia !. Jangan sebaliknya, manusia yang
dikuasai dan dikendalikan oleh nafsu !.
Cara yang paling praktis untuk menguasai dan
mengarahkan nafsu yalah dengan :
a.
Melatih hati dengan
niat LILLAH dan sadar BILLAH, dan
b.
Bersungguh-sungguh di dalam bermujahadah berdepe-depe memohon ampunan, perlindungan
dan petunjuk Alloh SWT,
Asal sungguh-sungguh, pasti diberi petunjuk dan
pertolongan oleh Alloh, sebagaimana firrnan-NYA :
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا(29-العنكبوت-69) وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
Artinya kurang lebih :
"Dan
orang-orang yang berjihad bersungguh-sungguh di dalam menuju kepada Kami, pasti
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami". (29 - Al Ankabut -
69).
Sekali lagi, orang yang tidak mau jihaadunnafsi,
tidak mau memerangi dan mengarahkan nafsunya, tidak atau kurang Mujahadahnya
istilah Wahidiyah, dia tidak bisa bebas dari cengkeraman imprialis nafsunya.
Otomatis dia jauh dari Alloh !. Makin lama makin jauh, makin lama makin
berlarut-larut. ngujo (melampiaskan) nafsunya. Dan dia tidak merasa bahwa
diperbudak nafsunya. Makin banyak amal-amal ibadahnya makin dalam dia
terjeromos di dalam lumpur dosa. Dia tidak merasa. Sekalipun kelihatan
lahiriahnya menjalankan ta'at menjalankan ibadah begini begitu, akan tetapi
sesungguhnya bukan ibadah kepada Alloh melainkan menyembah kepada nafsunya
sebab tidak disertai niat yang ikhlas LILLAH. Ada pamrih yaitu nuruti keinginan
nafsu. Pamrih ingin pahala, ingin surga agar selamat dari neraka, ingin
terhormat ingin terpuji ingin mulya dan sebagainya dan sebagainya.
Ibadah yang tidak ikhlas karena Alloh, tidak
LILLAH, tidak akan diterima, oleh Alloh. Dan kalau ibadah tidak diterima, bukan
ibadah lagi namanya melainkan maksiat. Berat akibatnya lebih-lebih besok di
akhirot.
Lebih berat lagi dari pada itu yalah kalau
disamping ibadahnya yang sudah tidak ikhlas itu dia mengaku atau merasa
mempunyai kemampuan sendiri. Merasa mampu menjalankan ibadah. Dia tidak sadar
bahwa dapatnya melakukan ibadah itu adalah karena mendapat fadlol pertolongan
dari Alloh swt. Dia ingkar terhadap pemberian Alloh. Dia tidak sadar BILLAH.
Orang yang tidak merasa BILLAH otomatis ujub,
riyak dan takabbur sekalipun dalam kadar yang sangat halus sekali.
"Yang disebut 'ujub yalah merasa atau mengaku
dirinya mempunyai kelebiban atau mempunyai kemampuan ".
Apabila rasa berkemampuan itu diperlihatkan kepada
orang lain, diperlihatkan dengan lisanul-hal atau dengan lisanul-maqol
lebih-lebih dengan keduanya namanya "riyak". Dan apabila merasa
dirinya lebih baik dari pada orang lain, namanya takabbur.
Pertingkah hati seperti 'ujub, riyak takabbur dan
sebagainya adalah perbuatan yang merusak menghancurkan ama-amal ibadah yang
dikerjakan pada saat itu oleh karena termasuk syirik mempersekutukan Alloh.
Syirik khofi - syirik mempersekutukan Alloh secara samar-samar. Sekalipun
syirik khofi itu tidak sampai merusakkan iman akan tetapi tetap syirik dan
justru berat sekali akibatnya. Justru merupakan sumber segala penyelewengan dan
penyalah gunaan, sumber dari segala kedholiman. Dan umumnya orang tidak merasa,
saking halusnya. Karuan sekali kalau syirik jali - mempersekutukan Tuhan
secara terang-terangan. Dia jelas-jelas ingkar terhadap Alloh, dia kafir tidak
punya iman. Sedangkan kalau syirik khofi dia masih mempunyai iman masih percaya
kepada Alloh, akan tetapi dengan diam-diam dia mengimbangi menandingi Alloh.
Dia merampas atau menggasap hak-haknya Alloh, merong-rong kekuasaan Alloh,
mengekup kekuasaan Alloh !. Mengapa tidak ?. Allohuqoodirun - Alloh yang
berkuasa. Ini percaya. Akan tetapi di samping itu dia juga merasa kuasa merasa
mempunyai kemampuan. Buktinya bisa berusaha bisa bekerja bisa menjalankan. ibadah. Kalau tidak
karena usahaku.....dapatkah rizki jatuh sendiri
dari langit?........
dan sebagainya.
Dosa syirik, sekalipun syirik khofi berat sekali
siksa dan akibatnya. Firman Alloh :
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِك بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
(4-النساء:48)
Artinya kurang lebih ;
"Sesungguhnya
Alloh tidak memberi ampun jika dipersekutukan dan Alloh mengampuni dosa-dosa
selain dosa syirik bagi orang yang IA kehendaki; dan barang siapa syirik Billah
maka sungguh ia telah melahirkan dosa besar". (4 -An-Nisaak -48).
Dengan dasar firman Alloh itulah disamping
pengamalan dzauqiyyah maka beliau SYekh Abi! Hasan Asy - Syadzali Ghoutsu
Zamanihi rodiyallohu 'anhu memberikan peringatan :
مَنْ
لَمْ يَتَغَلْغَلْ فِى عِلْمِنَا هٰذَا كَانَ
(وَفِى رِوَايَةٍ مَاتَ) مُصِرًّا عَلَى الْكَبآئِرِ وَاِنْ عَمِلَ مَا عَلِمَ
وَهُوَ لاَيَعْلَمْ
"Barang siapa tidak mencicipi
ilmuku ini (sadar BILLAH) maka dia tetap membawa dosa besar sekalipun betapa
banyak ibadahnya dan dia tidak menyadarinya".
Berat sekali akibat dan siksanya dosa syirik.
Jangankan seperti kita-kita para ummat yang penuh berlumuran dosa, sedangkan
Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW yang Habiibulloh nomer satu,
juga para Nabi dan para Rosul sebelum Kanjeng Nabi 'ala Nabiyyina wa
'alaihimus-sholaatu wassallam, yang beliau beliau tersebut sudah dijamin
ma'shuum terpelihara dari dosa-dosa, masih juga diberi peringatan oleh Alloh
SWT tentang syirik. Firman Alloh. ;
وَلَقَدْ
اُوْحِىَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ اَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰاسِرِيْنَ.
Artinya kurang lebih :
"Dan
sungguh telah diwahyukan kepada-Mu dan kepeda orang-orang (Nabi-Nabi) sebelum
Engkau, jika Engkau melakukan syirik pasti amal-amal-Mu menjadi lebur. dan
(oleh karenanya) Engkau termasuk golongan orang-orang yang mengalami kerugian
besar". (39 - Az-Zumar - 65).
Begitu beratnya ancaman Alloh terhadap orang yang
melakukan dosa syirik. Dosa tidak merasakan makna "LAA HAULA WALAA QUWWATA
ILLA BILLAH". Makin banyak ibadahnya makin besar dosanya, makin berat
siksanya. Amal-amal yang baikpun ikut hancur lebur tiada gunanya tidak ada
manfaatnya. Malah di samping tidak ada manfaatnya, besok di akhirot dirupakan
siksa untuk menyiksa yang bersangkutan.
Maka dari itu mujaahadatun-nafsi harus senantiasa
terus menerus ditingkatkan di dalam tiap gerak dan laku!. Antara lain dengan
terus menerus melatih hati LILLAH BILLAH. Dan jangan sampai berhenti karena
merasa sudah bisa LILLAH BILLAH !. Dapatnya mengetrapkan LILLAH BILLAH itu juga
harus merasa BILLAH !. Jangan merasa dapat LILLAH BILLAH sendiri. Dan dapatnya
BILLAH yang kedua juga BILLAH !. Dan seterusnya.
Nafsu itu pandai sekali menggoda hati. Tidak hanya
di dalam keadaan maksiat saja hati digoda dirayu oleh nafsu, akan tetapi justru
di dalam keadaan tho'at pun makin kuat usaha dan tipu daya nafsu untuk
menggelincirkan agar tho'atnya menjadi rusak menjadi ternoda. Buktinya ketika
orang sedang di dalam sembahyang misalnya, nafsu menggoda dengan mengajak hati
ingat ini ingat itu, bahkan mengakui itu bisa sembahyang; sembahyangku paling
khusyu', orang-orang pada melihat aku, aku lebih baik lebih rajin lebih
khusyuu' dari pada si Anu si Anu dan sebagainya. Maka timbullah 'ujub riyak
takabbur ketika sedang sembahyang. Pokoknya, nafsu senantiasa mengintip mencari
kesempatan dan siap siaga untuk mencaplok hati yang lengah, hati yang tidak
ingat kepada Alloh, hati yang tidak merasa BILLAH !. Sekejap saja hati lengah, secepat
kilat nafsu menguasai dan memerintah hati menyelewengkan arah tujuan pokok..
Jika hati menjadi sadar BILLAH kembali, nafsupun melarikan diri dengan
sendirinya. Akan tetapi selalu siap untuk mengadakan serangan penggodaan
berikutnya dengan cara yang lebih halus lagi. Maka dari itu kita harus
senantiasa waspada dengan terus meningkatkan penerapan LILLAH BILLAH dan
dibantu dengan Mujahadah - Mujahadah Sholawat Wahidiyah !.
Beliau Al Mukarrom Romo K.H. Abdoel Madjid Ma'roef
Muallif Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah menganjur-amanatkan kepada
kita agar supaya lebih memperbanyak membaca kalimah nidak :
يَاسَيِّدِى
يَارَسُوْلَ الله
kapan dan dimanapun- kita berada dan ada
kesempatan, di samping Mujahadah Wahidiyah pada waktu tertentu. Kita baca
dengan lisan atau
dalam batin melihat situasi dan kondisi. Alhamdu
Lillah besar sekali manfaatnya bagi hati di dalam menerapkan LILLAH BILLAH.
Kita bahas lagi tentang BILLAH. Sebab ini masalah
pokok, masalah TAUHID, masalah IMAN yang paling menentukan. Ada perbedaan di
dalam pengetrapan LILLAH dan BILLAH.
Pengetrapan niat LILLAH adalah terbatas. Terbatas
pada hal-hal yang tidak dilarang syari'at. Perbuatan atau tindakan yang
dilarang syari'at, baik perbuatan lahir ataupun perbuatan batin sama sekali
tidak boleh disertai niat LILLAH !.Seperti maksiat misalnya, sama sekali tidak
boleh diniati sebagai ibadah LILLAH !. Maknanya tidak boleh di-kerjakan !.
Adapun kesadaran rasa BILLAH itu mutlak. Tidak
terbatas melainkan menyeluruh. Menyeluruh dalam segala keadaan, situasi dan
konsisi, dalam segala tingkah laku lahir maupun batin, harus . ... harus merasa
BILLAH !. Tanpa kecuali. Tidak membe da - bedakan tho'at atau maksiat.
Sekalipun di dalam keadaan maksiat (baik yang tidak disengaja ataupun yang
disengaja), harus merasa BILLAH !.
لاَحَوْلَ
وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِالله
"Tiada daya dan kekuatan
melainkan atas titah Alloh - Billah",
قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللهِ (4-النساء:78)
"Katakanlah (wahai Muhammad) segala sesuatu itu datang dari Alloh". ( 4 - An-Nisaak - 78).
Orang maksiat yang tidak merasa BILLAH dosanya
dobel. Pertama dosa maksiat itu sendiri, dosa melanggar syari'at, dosa
melanggar larangan Alloh dan kedua dosa tidak sadar BILLAH. Bahkan dosa yang
kedua ini yang lebih berat. sebab termasuk dosa syirik sekalipun syirik khofi,
syirik secara samar-samar. Bidang TAUHID harus begitu. Harus BILLAH !.
Hal tersebut tidak boleh diartikan bahwa kita
diperboleh melakukan maksiat asal sudah bisa BILLAH. Tidak, tidak berarti
begitu. Perkara boleh atau tidak, itu bidang syari'at bidang LILLAH !. Sedang
BILLAH adalah bidang iman, bidang TAUHID !. Kita harus mengisi segala bidang !.
Kita isi sepenuh mungkin !. Di dalam bidang syari'at, maksiat tetap maksiat,
dilarang menjalankannya. Harus dicegah dan dihindari sekuat mungkin !. Apabila
terpaksa menjalankan maksiat harus diakui itu terlarang tidak boleh dikerjakan.
Maka harus cepat-cepat menghindar dan bertobat. Di dalam kita menghindarkan
diri dari maksiat dan bertobat itulah yang harus disertai niat LILLAH disamping
sadar BILLAH senantiasa ! . Begitu seterusnya !.
Ayat berikutnya yakni Ayat nomer 79 An - Nisak
berbunyi :
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ
سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ (4-النساء:79)
“Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Alloh, dan apa saja bencana yang menimpa
dirimu adalah dari kesalahan dirimu sendiri." (4 - An-Nisak - 79).
Ini contoh bagaimana kita mengisi bidang syari'at
dan bidang adab. Apa yang kita rasakan baik harus kita sadari itu dari
pemberian Alloh, maka kita harus meningkatkan syukur kita kepada Alloh. Dan apa
yang kita rasakan tidak baik harus kita akui dengan jujur bahwa itu adalah
akibat perbuatan dan kesalahan kita. Akibat
dosa-dosa kita. Maka harus secepatnya bertobat
memohon ampun dan memperbaiki hal-hal yang kurang baik. Harus merobah sikap
atas perbuatan yang kurang baik tadi !.
Begitu pengetrapan segi LILLAH segi syari'atnya.
Adapun segi B1LLAH, segi Tauhid, harus kita sadari kita rasakan bahwa semua itu
BILLAH.
LAA HAULA WALAAQUWWATA ILLA BILLAH. "QUL
KULLUM-MIN 'INDILLAH" seperti diatas.
Alhamdu Lillah !. Bifadillahi wa rohmatih,
wabisyafaa'ati Rosuulil-
lahi SAW wa tarbiyatih, wa bibarokati wa nadhroti
wa karomati Ghoutsi Haadzaz-Zaman wa A'waanihi wa saairi Auliyaai -
Ahbaabillahi rodiyallohu Ta'ala 'anhum, alhamdu Lillah kita para Pengamal
Wahidiyah dengan memperbanyak Mujahadah Wahidiyah di karuniai bertambah kuat
daya tahan mental hati kita dari godaan-godaan dan pengaruh jahadnya nafsu
sehingga di karuniai lebih mudah dan bertambah-tambah di dalam mengetrapkan
LILLAH —BILLAH, sekalipun masih harus senantiasa usaha kearah peningkatan yang
lebih baik lagi !.
ALHAMDU LILLAH, HAADZA MIN FADLI ROBBI !.
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّىْ
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِى اَتاَناَ * بِالْوَاحِدِيَّةِ بِفَضْلِ رَبِّناَ
(Segala puji bagi Allob yang telh
mendatangkan kepada kami Sholawat Wabidiyah dan Ajaran Wabidiyah dengan fadlol
Tuhan kami).
يَاسَيِّدِى الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ * عَلَيْكَ يَارَءُوْفُ
يَارَحِيْمُ
(Duhai Pemimpin kami, sholawat dan
salam semoga tercurah ke pangkuan-Mu duhai Kanjeng Nabi yang bersifat rouf,
duhai Kanjeng Nabi yang bersifat kasih sayang).
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
(9-التوبة:128)
"Sesungguhnya telah datang
kepadamu sekalian seorang Rosul dari kalangan kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terbadap orang-orang mukmin".
وَالآلِ
قَدْ اُسْرِعَتْ الْحَوَآئِجُ * بِكَ الْهُدَى الرِّضَا الْفُتُوْحُ الْفَرَجُ
(Dan begitu juga (sbolawat serta salam semoga
tercurah) kepada Keluarga-Mu duhai Kanjeng Nabi. Sungguh, berhasilnya
bermacam-macam hajat, datangnya berbagai petunjuk dan keridloan Alloh dan
terbukanya hati (serta jalan) sehingga bisa keluar dari bermacam - macam
kesulitan dan kesempitan, semua itu telah dipercepat (bagi kami), sebab memperoleh
jasa-jasa baik dari Engkau duhai Kanjeng Nabi).
اَنْتَ
الْمُشَفَّعُ الشَّفِيْعُ اشْفَعْ لَناَ * عِنْدَ الْكَرِيْمِ عَبَدًا وَرَبِّناَ
(Engkau
duhai Kanjeng Nabi yang dapat mensyafa'ati dan diterima syafa'atnya;
syafa'atilah kami disisi Tuhan Maha Mulya, dan didik serta bimbinglah kami
selama-lamanya !).
Begitulah pada hakekatnya, sebab yang mutlak dari
segala fadlol dan robmat Alloh SWT itu, bahkan sebab diciptakannya seluruh
makhluq ini, tidak lain adalah Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Muhammad
shollallohu ‘alaihi wassallam. Oleh sebab itu kita wajib syukur dan sadar atau
ma'rifat atau mengenal lahir batin kepada Kanjeng Nabi SAW.
Cara bersyukur terima kasih kepada Kanjeng Nabi
SAW yang praktis dan meliputi yalah dengan mengetrapkan dalam hati
"LIRROSUL— BIRROSUL" disamping merasa "Bihaqiiqotil Muhammadiyyah"