AL-HIKAM
1 Hal. 33
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْـمَنِ
الرَّحِيْمِ
لاَ تَتَعَدِّى نِيَةُ
هِمَتِكَ إِلَى غَيْرِهِ
بِأَنْ تَتَوَجَّهَ
إِلَى غَيْرِهِ لِتَحْصِيْلِ حَاجَتِكَ بَلْ أُطْلُبْ حَوَائِجَكَ مِنْهُ
Jangan
sekali-kali niatmu, himmahmu atau maksudmu engkau tujukan kepada selain TUHAN,
menjagakan kepada selain TUHAN, artinya orang lain, atau dirinya sendiri,
usahannya, kekayaannya, sawahnya, pasarnya, perusahannya, ilmunya, keahliannya
dan sebagainya dan sebagainya, jangan sekalli-kali engkau jadikan pegangan!.
Sebab apa saja selain TUHAN itu tidak bisa dibuat pegangan, tidak bisa
dijagakan,. Sekalipun wujudnya kelihatannya bisa, bisa menjagakan sawahnya,
pasarnya, usahanya dan lain-lain sebagainya itu, tetapi sesungguhnya kesemuanya
itu tergantung pada Alloh SWT. Jadi dalam segi hakikot kita tidak boleh
menjagakan selain Tuhan. Tidak boleh menuju selain Tuhan. Sebab, ya itu tadi,
tidak semestinya dan apa saja selain Tuhan itu sesungguhnya tergantung pada
Tuhan. Dibuat berhasil ya berhasil, dibuat hancur ya hancur, tidak ya tidak.
Itu
tadi dalam bidang haqiqot harus begitu perasaan kita adapun dalam bidang
syariat kita harus usaha, harus ikhtiar begini begitu, dan harus ada
perhitungen dan sebagainya dam sebagainya.
التَّدْبِيْرُ نِصْفُ
الْمَعِيْشَةِ
Berpenghitungan dan mengatur menurut syarat-syarat
yang semestinya. Itu adalah separo dari ma’isyah, separo dari perhitungan.
Dalam syariatnya kesemuanya itu harus kita laksanakan. Tapi dalam bidang
haqiqot harus, ... harus hanya Alloh SWT yang kita jagakan yang kita tuju.
Sebab kesemuanya itu adalah BILLAH Tuhan
yang mencipta dan menitahkan!
{فَالْكَرِيمُ
لاَ تَتَخَطَاهُ اْلأَمَالُ}
Disamping
itu, karena yang maha loman adalah hanya Alloh, sedangkan lainnya, seandainya
ada yang loman, itu karena mendapat tetesan dari lautan kelomananya Tuhan.
Istilah lain dilontankan oleh Alloh Ta'ala :
“FAL KARIIM LAA TATAKHOTHTHOOHUL AAMAAL”
Dzat yang Maha Loman, fikiran, perhitungan,
angan-angan tidak bisa menggambarkan betapa itu!
فَالْهِمَّةُ
الْعَالِيَّةُ تَأْنَفُ مِنْ رَفْعِ حَوَائِجِكَ إِلَى غَيْرِ كَرِيْمٍ وَلاَ
كَرِيْمَ فِى الْحَقِيْقَةِ اِلاَّ اللهُ
Orang
yang sehat Pikirannya, yang tinggi cita-citanya otomatis tidak menjagakan
kepada siapapun yang tidak punya sifat loman-pemberi. Melainkan menggantungkan
tujuan dam harapan hanya kepada Tuhan Yang Maha Loman. Yang Maha Loman hanya
Alloh SWT!.
اِذَ الْكَرِيْمُ هُوَ
الَّذِى إِذَاقَدَّرَ عَفَا وَاِذَا وَعَدَ وَفِى وَاِذَا أَعْطَى زَادَ عَلَى
مُنْتَهَى الرِّجَا وَلاَ يُبَالِى كَمْ أَعْطَى وَلَا لِمَنْ أَعْطَى
Definisi
“KARIM”, ta’rif “KARIM” yaitu “IDZII QODARO” mampu menghukum tapi memberi maaf umpamanya,
diejek atau dirugikan orang lain. Dia mampu menghukum atau mengambil tindakan,
tetapi dia memberi maaf padahal umumnya orang, terutama yang masih dikuasai
oleh nafsu, ibarat dipukul sekali membalasnya berpuluh kali pukulan. Tapi Alloh
SWT senantiasa memberi, ... memberi, .... memberi. Memberi rizqi, memberi
nikmat, memberi fadlol, memberi tak
dapat dihitung banyaknya!. Tapi anehnya, hamba-Nya yang
diberi, makin banyak menerima pemberian dari Tuhannya, makin merajalela
menyakitkan melukai kepada Si-Pemberi. Sunggupun begitu Alloh Ta’ala tidak
mengambil ketegasan melainkan memberi maaf!. Itu Alloh SWT Itu “KARIM”.
Sekalipun yang diberi itu melukai begitu yang tidak bisa digambarkan
terlalunya, kalau dia mau minta maaf mohon ampun sekali saja, biar betapapun
terlatunya didalam melukai, masih saja berkenan memberi ampun memberi maaf!. inilah
“KARIM” WA IDZAA WA’ADA WAFA”. Jika
memberi janji dipenuhi. Malah lebih dari pada itu. “WA IDZAA AKHTO ZAADA ‘ALA MUTAHAR ROJA”. Jika
memberi, jauh lebih banyak dari apa yang diharapkan oleh si penerima. Inilah
sifat “KARIIM”, sifatnya zat yang Maha Loman. “WALA YUBALI KAM AKHTOO WALA
LIMAN AKHTO” dan tidak peduli, berapa
banyaknya yang diberikan dan siapa saja yang tidak pandang orang. Sekalipun
senantiasa disalahgunakan, tetap masih diberi. Terus diberi senantiasa, dalam
segala bidang!. “WA IDZAA JUFIA’AATABA WA MASTAQHTO” Jika si-penerima pemberian
tidak man tahu, tidak terima kasih, malah mengecam, diperingatkan dan tidak
diambil ketegasan seketika!. “WALAA YUDLOYYTU MAN LAADZA BIHI” dan tidak menyia-nyiakan tidak akan mengecewakan
orang yang mengungsi orang yang membutuhkan padanya. Malah pemberiannya itu
jauh lebih banyak lebih baik. Baik... dari apa yang diinginkan dan apa yang
diperhitungkan oleh yang membutuhkan
itu. “WA YUGHNIHI AMIL WASAAILI WAS SYUFA’A” dan tidak mensyaratkan, harus ada
perantara harus ada syafaat!. Langsung, ada pada Alloh SWT.
فَيَنْبَغِى اَنْ لَا
تَتَحَطَاهُ أَمَالَ الْمُؤَمِلِيْنَ إِلَى غَيْرِهِ
Maka
dari itu jangan sekali-kali kita menuju, jangan sekali-kali kita menjagakan
selain Alloh SWT !.
Para hadirin-hadirot ini perlu adanya pengetrapan!.
Bagaimana keadaan sehari-hari kita. Sekalipun tidak menjagakan orang lain,
kawan dan sebagainya, apakah sudah sungguh-sungguh nyocoki
dengan apa yang diperingatkan oleh Muallif Hikam ini. Kita boleh saja lahirnya
menjagakan kepada orang lain atau kepada apa saja, tapi dalam hati kecil kita
harus, ... harus itu tadi, hanya kepada Alloh SWT.
الْكَامِلُ مَنْ
يَكُوْنُ الْجَمْعُ فِى بَاطِنِهِ مَشْهُوْدًا وَالْفَرْقَ فِى ظَاهِرِهِ
مَوْجُوْدًا
Orang
yang Kaamil, yang sempurna, batinnya, hatinya, jiwanya senantiasa “jam,u”,
kumpul, senantiasa syuhud, nglesot, berdepe-depe di hadapan Alloh SWT. LILLAH
BILLAH istilah Wahidiyah. Sedangkan keadaan lahiriyahnya, ya seperti pada
lazimnya menurut tingkatan dan kedudukannya di dalam masyarakat. Ya bekerja ya
usaha ini itu dan sebagainya. Tapi batinnya senantiasa LILLAH BILLAH LIRROSUL
BIRROSUL istilah Wahidiyah. Dan senantiasa berdepe-depe mengharap kepada Alloh
SWT.
Kita
semua mampu untuk itu para hadirin-hadirot !... adalah nikmat Alloh SWT yang harus disyukuri! Mensyukurinya,
ialah menyadari dan digunakan menurut apa mestinya. Mudah-mudahan para. Hadirin-hadirot kita diridloi Alloh
SWT, diberi hidayah dan taufiq di beri syafaat dan tarbiyah oleh Rosuulillahi
SAW, barokah karomah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasaairi
Abbaabillahi rodiyallohhu Ta’ala 'anhum. Sehingga dapat melaksanakan apa yang
diridloi Alloh SWT Khususnya seperti apa yang diuraikan dalam pengajian pagi
ini.
وَاعْلَمْ أَنَّ الطَّـلَبَ
مِنَ الْخَلْقِ الْمُنَافِى لِلْعُبُوْدِيَةِ هُوَ الطَّلَبُ مِنْهُمْ عَلَى
وَجْهِ اْلإِعْـتِمَادِ عَلَيْهِمْ وَاْلاِسْتِنَادِ إِلَيْهِمْ وَالْغَفْلَةِ فِى
حَالِ الطَّـلَبِ عَنِ اللهِ تَعَالَى
Di
sini diberi, penjelasan meminta atau menjagakan atau mengharapkan dari siapa
saja, orang lain atau benda lain atau dirinya sendiri, kemampuannya,
keahliannya, usahanya dan sebagainya. Yang terkecam yang bertentangan dengan
'ubudiyah pengabdian diri kepada Alloh Ta’ala, yaitu “AT THOLAB 'ALA WAJHIL I’TIMAAD”. Menjagakan,
mengharapkan sungguh menjagakan. Pokoknya lahir batin ya hanya mandeg
menjagakan kepada hal-hal tersebut. Tidak Menyadari kepada Alloh SWT.
أَمَا الطَّلَبُ
مِنْهُمْ مِنْ حَيْثُ كَوْنِهِمْ أَسْبَابًا وَوَسَآئِطَ مَعَ اْلاعْتِمَادِ فِى
نَيْلِ الْمَطْلُوْبِ عَلَى اللهِ وَرُؤْيَةِ أَنَهُ الْمُعْطِى فَلَيْسَ
مُنَافِيًا لِلْعُبُوْدِيَةِ
Adapun menjagakan kepada lain-lain tersebut hanya
sebagai sebab,
وَجَعَلْنَا لِكُلِّ
شَيْئٍ سَبَبًا{سورة الكهف ٨٥}
Alloh
menciptakan segala sesuatu dengan menciptakan sebabnya, dan menyakini bahwa
Alloh SWT sekalipun ada sebab, tetapi tetap Alloh SWT. Atau ketika memberi atau
menerima pemberian. tidak menekatkan bahwa dirinya yang memberi atau yang
memberi. Melainkan merasa bahwa Alloh SWT yang memberi. Mudahnya BILLAH jika
demikian keadaannya, ini tidak mengganggu kepada ubudiyah. Malah seharusnya
begitu terjadinya. Dengan ada sebab-sebabnya yang hubungan. Jadi mudahnya, ya
sebab dan ya sebab ya tawakal. Ini malah lebih baik dari pada hanya tawakal
tidak memakai sebab. Junjungan kita Rosuulillahi SAW sendiri juga tidak
meninggalkan sebab. Tapi tawakal senantiasa menjiwai.
Caranya
mengetrapkan yaitu tadi, ...mudahnya LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Mari jika
diantara kita ada yang belum tepat mari usaha ditepatkan setepat-tepatnya.
Disini,
nanti Insya Allah dibahas, ada istilah “ORANG KHUSUS” dan ada lagi “ORANG
UMUM”.
Yang
dimaksud “ORANG KHUSUS” itu lahiriyahnya ya biasa, tidak mesti harus nggetu
tekun di dalam masjid saja. Melainkan ya kelihatan begini begitu. Usaha ini usaha itu. Menjalankan begini
dan begitu, dan sebagainya seperti umumnya orang.
Tapi yang menjadi ciri khasnya. Hatinya yang pokok.
sekalipun dia diberi “Khoriqul ‘adah” kramat istilah umum, siapa yang kelihatan
khoriquI ‘adah disebut “keramat”. Orang yang begitu, jika hatinya. tidak seperti
yang diutarakan tadi ya tetap terkecam. Malah, kalau perlu lebih berat.
Pokoknya, pemberian atau keadaan yang luar biasa khoriquI ‘adah, di luar
perhitungan, umpamanya dapat menempuh jarak ratusan atau ribuan kilometer hanya
dalam tempo sejangkah, atau mengetahui hati kawan atau orang lain, tapi kok
tidak mengecakkan ajaran ini ajaran yang baru kita bahas ini, itu tetap
terkecam dan otomatis itu merupakan “lstidroj” penglulu. Pokoknya moril atau
materiil, itu sama ketentuannya. Dikaruniai keadaan biasa, kok tidak mengecakan
ajaran ini, ajaran yang baru kita bahas ini, itu menyalahgunakan dan merupakan
beban baginya, justru dia di karuniai soal itu, malah memberatkan orang yang di
karuniai satu macam nikmat misalnya kok
tidak mensyukuri lagi itu dia makin
berat lagi pokoknya makin banyak nikmat
yang di terimanya dia bertanggung jawab di karuniai dua nikmat dan tidak
mensyukurinya lagi pokoknya makin banyak nikmat yang di terimanya, baik itu
nikmat materi, nikmat lahir atau nikmat moril atau nikmat batin jika tidak
disyukuri, makin berat makin berat. Nikmat materi misalnya, makin banyak harta
bendanya, jika tidak digunakan semestinya, berarti makin banyak disalahgunakan.
Begitu juga nikmat batini seperti ilmu, ilmiyah apa saja, ilmiyah agama atau
ilmiyah umum, jika tidak di syukuri di atas tadi, ya tetap makin banyak, makin
bertambah besar penyelewengan dan penyalahgunaannya.
{لاَ
تَرَفَعنَ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةٌ هُوَ مُوْرَدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ
غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعَا}
Sekarang
ini banyak ujian-ujian. Soal ekonomi makin seret misalnya, kaum tani banyak
sawahnya diserang hama
wereng. Di daerah Bekasi Jawa Barat kata seorang Pengamal Wahidiyah di sana,
lebih dari 90 % katanya sawah yang dimakan wereng, sehingga pada umumnya tidak
mampu membeli beras. Makan hanya seadanya. Begitu juga di daerah lain-lain,
Kerawang dan lain-lain. Disamping itu akhir-akhir banyak daerah yang kekurangan
air. Ini semua yang menurunkan Tuhan. Kok lalu sambat-sambat kepada lainnya,
atau lebih-lebih ngresulo, menyesali keadaan, ini terkecam sekali. Berarti
bunuh diri orang yang begitu itu.
“FAKAIFA
YARFA'U GHOIRUHU MAAKAANA HUWA LAHU WAADLI'AN” apakah mungkin barang yang
diciptakan oleh Alloh bisa dirubah oleh selainnya Alloh! Jangankan meruhah barang
lain, merubah dirinya sendiripun tidak dapat. Jangankan merubah, berubah
sajapun tidak bisa. Segalanya Alloh yang merubah, Yang menggerakkan. BILLAH.
اِذْهُوَ الْغَالِبُ
الَّذِى لاَ يَغْلِبُهُ شَئٌ
Jika
Alloh memiliki sifat QUDROT, otomatis lainnya tidak mempunyai sifat qudrot.
Adanya bisa atau mampu, itu karena dimampukan. Jelas yang bisa menghilangkan
segala kesulitan atau musibah adalah Tuhan. Kok cari-cari lainnya Tuhan, itu
jelas orang yang tidak normal. Mari kita lihat diri kita masing-masing, sudah
begitukah atau belum?. Kalau masih menjagakan itu ini, masih ngresulo, itu ada
peringatan seperti tertulis di atas pengimaman masjid itu.
آنَا الله ُ ِلآإِلَهَ
اِلاَّأَنَا مَنْ لمْ يَشْكُرْ نَعْمَآئِى وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِى وَلَمْ
يَرْضَ بِقَضَآئِى فَلْيَتَّخِذْ رَبَّا سِوَآئىِ{الحديث القدس}
AKU
ALLOH, Tuhan, tidak ada Tuhan selain AKU, siapapun juga yang tidak mau syukur,
AKU beri nikmat malah berlarut-larut disalahgunakan untuk melukai AKU, AKU beri
ujian tidak mau bersabar, malah ngresulo mencaci AKU, dia selalu maido,
mengecam tidak rela tidak mau menerima atas qodar-KU,...carilah Tuhan selain
AKU. Pergi dari bumi-KU!. Mau keluar negeri-itu luar negeri-KU. AKU yang punya!
Mau ke bulan ?, Itu bulan-KU!
Mari
para hadirin-hadirot kita koreksi keadaan kita. Ini soal yang pokok, soal yang
prinsip. Jika sampai kita tidak atau kurang mengambil perhatian, tahu sendiri
nanti akibatnya, bagaimana pedihnya. Sebentar lagi Izroil datang oleh karena
itu mari kita perangi nafsu kita yang senantiasa mende-mende
menangguh-nangguhkan dengan alasan begini begitu. Nafsu memang begitu
kelakuannya. Selalu berat-beratan, selalu nanti-nanti besok-besok. Mari jangan
sampai kita jemu-jemu.
Sekarang kalah, bangun lagi. Jatuh-bangun,
jatuh-bangun-dan seterusnya. Jangan menyerah sekalipun bagaimana kepada nafsu.
Harus terus maju pantang mundur.
{مَنْ
لاَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ ,فَكَيْفَ يَسْتَطِيْعُ
أَنْ يَكُوْنَ لِغَيْرِهِ رَافِعًا}
Yang
menguji Tuhan. Apakah mungkin isianya Tuhan bisa menghilangkannya. Tentu tidak
mungkin, disamping itu tidak ada orang yang dapat mengatasi, sehingga bebas
sama sekali dari apa yang menjadi kesulitan atau ujiannya. Menolak balaknya sendiri. Menyelamatkan diri saja tidak
dapat lebih-lebih mari menyelamatkan orang lain. Jauh mustahil, tidak mungkin,
maka satu-satunya jalan hanyalah Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
اَلَمْ يَأْنِ
لِلذِّيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ {الحديد:١٦}
Apakah
belum saatnya orang-orang yang beriman itu cepat-cepat lari mengungsi dan
menundukkan hatinya kepada Alloh?. Sudah jauh terlambat sesungguhnya para
hadirin-hadirot. Tapi sekalipun begitu, sekalipun terlambat asal mau
cepat-cepat lari dan bersungguh-sungguh bermujahadah, sifat kemurahan Alloh
tidak mengenal istilah terlambat. Asal sungguh-sungguh mau kembali, pasti Alloh
akan membuka dan menunjukkan jalan-NYA yang diridloinya. Mari para
hadirin-hadirot kita jangan enak-enak bermalas-masalan, jangan menganggap
enteng masalah ini.
وَحَاصِلُهُ أَنَ
لِلْمَرْفُوْعِ إِلَيْهِ حَوَائِجُ لَمْ يَتَوَصَلْ إِلَيْهَا وَلَوْكَانَ مَلِكًا
- وَلاَ شَكَّ....
repot mlarat begitu juga Dus, orang tidak bisa bebas
sama sekali. Sekalipun raja malah presiden atau raja atau pejabat tinggi yang
bagaimanapun makin banyak persoalan-persoalannya yang tidak bisa diatasi. Sebahagian bisa diatasi, timbul yang lain.
Diselesaikan tumbuh sepuluh diatasi yang
sepuluh tumbuh seratus, diatasi seratus tumbub seribu, dan seterusnya. Selalu
timbul persoalan-persoalan yang makin banyak, makin banyak makin tidak bisa
mengatasi. Begitu kok mau dimintai tolong untuk mengatasi persoalan kita oleh
karena itu hanya Alloh saja yang mampu mengatasi segala persoalan. Mari para hadirin-hadirot, selalu mengungsi kepada
Alloh SWT. Yang sudah mengungsi mari
kita usaha mengungsi yang lebih sempurna dan yang lebih meningkat. Kita masih
kurang sekali mengungsi kita kepada Tuhan, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih
yang belum mengungsi. Sekalipun sudah mengungsi sudah berdepe-depe, tapi kurang
jauh. Jauuuh sekali kemampuan kita masih banyak untuk mengungsi yang lebih kuat
lagi, lebih dekat lagi, lebih ... meningkat lagi. Lebih-lebih jika dilihat dari
ke-Maha Rajaannya Alloh Ta’ala, Ke-Maha Agungnya Alloh Ta'ala, ke-Maha... Maha
... Maha, dan dari arah lain kita keapesan kita, kemelaratan kita, kebutuhan
kita lebih-lebih, masih jauuuh para hadirin-hadirot.
Mari
para hadirin-hadirot kita perhatikan yang sungguh -sungguh.
Zaman
banjir bandangnya Nabi Nuh ada suatu kejadian, yaitu seorang Ibu. Ya pernah
diutarakan dari pusat. Seorang Ibu dengan anaknya yang masih kecil karena ada
banjir bandang anaknya diajak lari menyelamatkan diri. naik ke atas puncak
bukit. Tapi sang banjir terus mengejar makin dalam makin dalam,. Puncak bukit
akhirnya tegenang..banjir makin dalam makin dalam. Untuk menyelamatkan anaknya.
anaknya digendong. Banjir terus naik sampa ke punggung sang lbu. Anaknya lalu
di sunggi. Banjir terus makin tinggi air
sampai pada leher sang Ibu, ...anaknya yang yang dijadikan ancik-ancik. Di
bawah telapak kakinya! untuk menyelamatkan dirinya sendiri, para
hadirin-hadirot. Tapi
toh akhirnya hanyut kedua-duanya. Tidak bisa
menyelamatkan anak juga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Ini para hadiria hadirot !.
Sesunggunya manusia itu hanya memikirkan dirinya
sendiri Kecuali, mereka yang mendapat taufiq Hidayah pertolongan Alloh SWT.
Dalam keadaaa yang sudah kritis, sudah sangat terjepit, dirinya sendiri yang
berusaha mencari selamat, biar sekalipun mengorbankan anak darah dagingnya
sendiri yang masih kecil seperti cerita di atas. Ini para terutama bagi kaum
Ibu betapa bengisnya manusia hadirin-hadirot, biar bagaimanapun juga, toh tidak
berhasil menyelamatkan diri, tapi terkecuali para hadirin-hadirot,
terkecuali... yaitu mereka yang mau mencari keselamatan dengan lari mengungsi
kepada Alloh SWT. Alloh SWT pasti menolong hamba-NYA yang sungguh-suagguh mau
kembali mengungsi kepada-NYA dengan sepenuh-penuhnya mengungsi. Malah, para
hadirin-hadirot, sesunggunya Alloh SWT senantiasa memanggil-mauggil hamba-NYA
agar mereka menjadi selamat, tidak celaka, tidak sengsara !!!. Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !.
Fafirruu Ilallooh !.
{اِنْ
لَمْ تُحَسِّنْ ظَنَكَ بِهِ ِلاَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِنْ ظَنَّكَ بِهِ
لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِهِ مَعَكَ}
Jika engkau tidak bisa husnudhon atau
yang lebih tepat kalau terhadap Tuhan “Husnul yaqin” jika engkau tidak bisa
husnul yaqin kepada Tuhan berdasar kebaikan sifat-sifat Tuhan, maka berkhusnul
yaqinlah kepada-NYA berdasarkan adanya perlakuan Tuhan terhadap dirimu.
belum. Atau sesungguhnya ini sudah diberi tapi aku
tidak sadar bahwa diberi. Melarat ini adalah pemberian yang baik. Sebab
seandainya aku kaya, mungkin malah berlarut-larut. Ini suatu pertolongan yang
baik sekali. aku kok terus-terusan sakit-sakitan, kok tidak lekas sembuh?. Yah
ini pemberian Tuhan yang baik bagiku. Seandainya aku waras-wiris, aku makin
terus menerus larut berlarut-larut!. Selalu merugikan orang lain! selalu
berbuat apa yang dikecam Alloh SWT, atau mungkin saking belas kasihnya Tuhan,
saya di dunia dalam keadaan melarat compang-camping, agar tidak kalong, agar
jauh lebih baik kelak di akhirat. Husnudhon ataupun husnul yaqin seperti itu
lebih baik. Lebih baik.
Pokoknya
para hadirin-hadirot, segala keadaan baik yang diinginkan, menguntungkan atau
merugikan, supaya semuanya itu dimanfaatkan untuk... “FAFIRRUU ILALLOOH WA
ROSULIHI SAW”.
Jangan
sampai berani-berani menyalahgunakan, bahkan maksiat sekalipun, harus kita
manfaatkan untuk “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”. Antara lain diikuti
dengan tobat yang sungguh-sungguh orang yang tidak bersalah kok minta maaf, apa
mungkin?. Adanya minta ampun itu karena, dosa ini setengah dari murahnya Tuhan!
Sekalipun
maksiat kita tidak boleh memasuki maksiat, tapi... harus kita manfaatkan aku
mau memasuki maksiat, nanti toh bisa mandi yang bersih, inilah yang namanya
menyalahgunakan.
Syekh Hasan Basyri mengatakan orang tidak ada yang
ibadahnya lebih baik daripada maksiat. Artinya dari pada akibatnya maksiat.
Dalam kitab ini juga, ada keterangan yang hampir sama maksudnya dengan dawuhnya
Syekh Hasan Basyri tersebut :
مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذَلاَ وَانْكِسَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًا وَا سْتِكْبَارًا
Maksiat yang menyebabkan dia nelongso, merana, merasa jelek, merasa dosa berlarut-larut, ini lebih dari pada thoat yang mengakibatkan
sombong, merasa baik, takabbur itu contohnya para
hadirin-hadirot, Iblis sebelumnya ibadahnya sebagai kepala para malaikat,
80.000 tahun non stop ... seperti kita maklumi. Tapi karena sombong tidak mau
sujud kepada Nabi Adam Aalaihissalam,....akhirnya dila'nat menjadi Iblis itu
para hadirin-hadirot. Itu lagi kanjeng Nabi Adam 'Alaihissalam sendiri. Suatu
kesalahan atau ma'siat membawa akibat bertobat sampai seratus tahun
menangisnya. Dan, dalam bidang syari'atnya tapi ini, andai kata beliau tidak
berbuat ma'siat melanggar larangan Tuhan di surga, tentu kehidupan dunia ini
tidak ada kita manusia, Ya ma'af para ambiya wal mursalin, junjungan kita
Rosulillahi SAW, juga akibat dari pada ma'siatnya kanjeng Nabi Adam
'Alihissalam. Begitu para hadirin-hadirot sebagai anak cucu Nabi Adam,
seharusnya kita dapat memanfa'atkan ma'siat kita seperti halnya Beliau Nabi
Adam 'Alaihissalam. !
Kalau
tidak bisa, ya, ma'af....! lbarat anak kambing ya harus bisa suara lembek.
Babonnya bisa mengembek, anaknya juga harus bisa menggembek kalau babonnya
suara lembek, kok anaknya “hung-hung… Anak iblis para hadirin-hadirot.
Ataukah “hung-hung” para hadirin-hadirot
mari kita koreksi anak kambing jadi kambing, anak anjing juga jadi anjing, Ya maaf kita harus prihatin dan harus ….ngedoki para
hadirin-hadirot, ummat dan masyarakat pada umumnya ya maaf istilah anak kambing, ya seharuanyaya
“embek-embek”. Tapi nyatanya, pada umumnya bukan “embek-embek” tapi kok
“hung-hung”, para hadirin-hadirot “embek-embek” malah tidak bisa. Ummat masyarakat
pada umumaya atau sebagian besar tidak mengikuti Nabi Adam ‘Alaihissalam,
memanfaatkan dosa maksiatnya, melainkan malah seperti Iblis para
hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot kita tanggung jawab mari kita daki.
Andai kata saya bersungguh-sungguh, tentu tidak begitu keadaannya. Mari para
hadirin-hadirot, kita prihatin. AL-FAATIHAH…
AL-FAATIHAH...
seseorang yang karena buruknya negara dan masyarakat
atau menjadi buruk, menjadi bejad, Lha Diantara kita di mana letaknya mari
sekali lagi! AL FAATIHAH…
Diantara
kita mampu “FAMAN SYAA-A FAL YUKMIM, WAMAN SYAA-A FAL YAKFUR”. Mampu kita akan
menguntungkan membuat baik masyarakat, mampu akan merugikan menghancurkan
mampu. Aku kita mempunyai akal yang sehat sungguh-sungguh manusia, tentu
memilih yang menguntungkan: para hadirin-hadirot. Kita tingkatkan yang
sebanyak-banyaknya jauh masih, banyak sekali kemampuan kita yang belum kita
pergunakan.
Kita
harus husnudhon yakin, bahwa Alloh SWT senantiasa sayang, senantiasa memberi
jika terpaksa tidak dapat husnudhon berdasarkan sifat Tuhan harus berdasar perbuatan perlakuan Tuhan.
Tuhan senantiasa bisa memberi kita bisa begini bisa dan seterusnya. Mari kita
sadari ketika kita masih berada dalam kandungan, tidak bisa apa-apa. Kemudian
dilahirkan, dibuat oleh Alloh SWT bisa bergerak-gerak, bisa menangis, bisa
menetek dan seterusnya sampai besar, menjadi besar, menjadi besar bertambah
pula kepandaian dan kecakapan yang dibuat Tuhan kepada kita. Bertambah besar,
bertambah umur bertambah pula pemberian
Tuhan kepada kita. Mari kita sadari pemberian Tuhan ini. Padahal semua
pemberian-pemberian yang evolotif dan sistimatis dan justru kita butuhkan itu,
tanpa ada permintaan dari kita manusia, para hadirin-hadirot. Mengapa kita
manusia tidak mau husnudhon bahkan husnudhon bahkan-husnul yaqin kepada Tuhan?.
Perbuatan Tuhan terhadap kita sudah fakta dan jelas kita rasakan!. Itulah kasih
sayang Tuhan, kepada kita manusia! Bahkan Alloh SWT menciptakan matahari,
bulan, bintang, bumi, daratan, lautan, pohon-pohonan, gunung, air, angin dan
sebagainya justru dipergunakan kita manusia, para hadirin-hadirot.
tapi kalau mau menggali sesunggunya dalam pada itu
membawa keuntungan dan faedah serta manfaat yang besar sekali. Tidak ada yang
100% merugikan, jadi sesungguhnya yang akan datang, lebih banyak. Lebih banyak
pemberian Tuhan, Berdasarkan perbuatan Tuhan yang telah merupakan fakta dan
kita rasa itu. Terus meningkat bertambah-tambah pemberian-pemberian Tuhan!.
Dan, sekalipun dalam satu bidang terasa merugikan, tapi kalau mau meninjau
secara keseluruhan, sesungguhnya menguntungkan.
Husnudhon
atau husnul-yaqin berdasarkan kedua-duanya tersebut, kita mampu. Sifat Tuhan
yang senantiasa kasih sayang, mampu. Berdasarkan perbuatan Tuhan atas kita yang
sudah jelas dalam fakta, kita mampu. Ya berdasarkan sifat-Nya, ya berdasarkan
perbuatan-Nya. Dan kita mampu untuk itu.
أَنَّ النَّاسَ فِى
حُسْنِ الظَّنِ عَلَى قِسْمَيْنِ خَاصَةٍ وَعَامَةٍ فَالْخَاصَّةُ حُسْنُوا
الظَّنِ بِهِ لِمَا هُوَ مِنَ النُّعْوْتِ السَّنِيَةِ وَالصِّفَاتِ الْعَلِيَةِ.
Di sini diterangkan, hubungan husnudhon, manusia
dibagi dalam dua bagian “KHOSSOH” orang khusus, dan “AAMMAH” orang umum. Yang
dimaksud orang khusus di sini yaitu orang yang pengetrapkan seperti apa yang
diuraikan di atas. Sekalipun buta huruf umpamanya, asal mengetrapkan seperti
yang dibicarakan dalam pengajian ini, itulah orang khusus. Istilah WAHIDIYAH
senantiasa LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL. Tapi ini tidak berarti bahwa
seorang pengamal Wahidiyah lalu merasa lebih-lebih mengaku dirinya orang khusus
atau seorang yang LILLAH BILLAH. Ini terbalik kalau begini perasaannya
keblasuk. Malah sebagai Pengamal Wahidiyah harus justru merasa dirinya hina.
Banyak dosa banyak berbuat dholim, senantiasa merugikan dan sebagainya seperti
yang kita alami ini pokoknya.
Orang
khusus di sini yaitu tadi orang yang senantiasa mengabdikan diri kepada Alloh
Ta’ala. Senantiasa sabar ridlo, tawakal tidak
menjagakan kepada selain Alloh, tansah ... banyak kelau diperinci. Sekalipun
dia buta huruf !.
Adapun
orang umum yang dimaksud orang umum di sini bukan rakyat jelata, tapi orang
yang tidak mengetrapkan seperti orang khusus tadi. Sekalipun mempunyai
keistimewaan, 'allamah ilmunya banyak, ibadahnya giat, tidak henti-hentinya
mujahadah atau sembahyangnya, atau ngebleng terus-terusan di dalam masjid
sekalipun begitu, kalau hatinya tidak mengetrapkan seperti itu tadi,
LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL mudahnya orang umum atau menjadi orang khusus
istilah di sini, Kemampuan adalah nikmat yang harus kita syukuri.
“FAL
KHOSSHOH”... Orang khusus, berhusnudhon husnul yaqiin bahwa Tuhan Maha Pemurah,
Maha Pemberi, Maha Kasih Sayang itu memang sifat Tuhan. Sekalipun aku sekarang menderita, tapi
Tuhan tetap kasih sayang padaku. Alhamdullilah orang khusus. Sedangkan orang
umum, sehabis makan enak Alhamdulillah nanti agak lapar .... Innaalillah !.
Bingung !. mereka hanya berdasar pada
perlakuan Tuhan atas dirinya yang di alami dasarnya kenyataan. Sekalipun sakit
atau melarat dan sebagainya itu sesungguhnya nikmat, atau saking kasih sayang
Tuhan tapi karena dia orang umum istilah di sini pandangannya saya itu sudah
biasa!. Sudah maklum!. Soal materi, menjadi ngresulo, putus asa begini begitu.
Hanya ketika mampu atau keadaan normal, dia ... Alhamdullilah Itu sudah biasa!. Sudah maklum!.
كَلاَ ,إِنَ
اْلاِنْسَانِ لَيَطْغَى ,أَنْ رَآهُ اَسْتَغْنَى {علق}
ibadah,... Lebih-lebih kalau maksiat Lebih
larut,... jaauuh berlarut-larut…!.
Para
hadirin-hadirot, diantara kita di mana letaknya dan kita mampu. Tapi kalau orang berkhusnudhon berdasar
sifat Tuhan, dalam segala bidang dia senantiasa alhamdulillah, senantiasa
memuja, senantiasa berterima kasih kepada Alloh SAW. Sedangkan yang
berkhusnudhon berdasarkan perbuatan, ...yaitu tadi,... ketika keadaan jembar
atau berlebih dia alhamdulillah. Dan menggunakan kejembarannya itu untuk
kebaikan. Tapi hanya sebagian Tapi kalau keterlaluan, ... yaitu tadi...“KALLAA”
INNAL-INSAANA LAYATHGHO AN ROAAHUS TAGHNA...”.
Manusia kalau keadaan kaya. Istilah umum istilah
khusus kalau merasa kaya senantiasa berlacu berlarut larut !. ini sudah
maklum!.
Kalau itu tidak heran ada hadits
Rosulullooh SAW yang menerangkan bahwa orang fakir masuk syurga lebih dahulu
dari pada orang-orang kaya 500 tahun lebih dahulu ini maksud dawuh ini ya soal
lahiriyah soal materi tapi yang dimaksud dengan Fakir yaitu fakir yang sabar
dan ridlo.
Ada lagi anu, tafsiran dari hadist ini
أَكْثَرَ أَهْلِ
الْجَنَّةِ اْلفُقَرَآءِ {أوكما قال}
Sebahagian besar penghuni surga adalah fuqorok
orang-orang miskin, melarat, melarat dari amal, dari ibadah. Coba kita lihat
bangsa Indonesia
90% umat Islam pengakuannya. Tapi yang beramal yang konsekwen hanya berapa
persen!. sekalipun dihukum di neraka terlebih dahulu, tapi akhirnya dimasukkan
surga juga. Lha yang kaya akan amal-amal ibadah bagaimana?. Mereka jadi raja di
akhirat!. lebih-lebih amal batiniyah disamping amal lahiriyah!.
Nuwun
sewu para hadirin-hadirot, jika saudara ungguh-sungguh LILLAH BILLLAH LIRROSUL
BIRROSUL pasti jadi raja nanti di akhirat!
LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL !. Tapi jika kita
merasa LILLAH BILLLAH, berarti
kita belum LILLAH BILLLAH, masih merasa LILLAH BILLLAH.
Ya
mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi hari ini membawa manfaat
maslahah dan kemajuan yang sebanyak-banyaknya maaf kiranya cukup sekian
pengajian ini dan, mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirot.
Sekali lagi mudah-mudahan pengajian pagi hari ini dikaruniai manfaat yang
sebanyak-banyaknya. Sebab akhir-akhir ini para hadirin-hadirot, banyak sekali
atau sebagian besar ilmu tidak bermanfaat. Sebagian besar, zaman akhir ini
ilmunya tidak bermanfaat. Tahu itu buruk, itu jelek dan ini baik. Tapi yang
dikerjakan yang buruk. Ini berarti ilmunya tidak manfaat. Mari kita doki diri
kita sendiri para hadirin-hadirot. Tahu yang itu buruk yang ini baik tapi yang
dipilih justru yang buruk. Sebagian besar umat manusia begitu para
hadirin-hadirot !. Bahkan kita sendiripun terutama… mari kita aku para
hadirin-hadirot. Mari kita prihatin. Terutama mari kita kaui hal-hal seperti
itu.
No comments:
Post a Comment