jama'ah wahidiyah

JAMA'AH WAHIDIYAH

Saturday, 21 April 2012

ingin tapi jangan ingin

KH. Abdul Madjid Ma'roef Qs Wa Ra
AL-HIKAM 1 Hal. 33


ِبسْمِ اللهِ الرَّحْـمَنِ الرَّحِيْمِ
لاَ تَتَعَدِّى نِيَةُ هِمَتِكَ إِلَى غَيْرِهِ
بِأَنْ تَتَوَجَّهَ إِلَى غَيْرِهِ لِتَحْصِيْلِ حَاجَتِكَ بَلْ أُطْلُبْ حَوَائِجَكَ مِنْهُ

            Jangan sekali-kali niatmu, himmahmu atau maksudmu engkau tujukan kepada selain TUHAN, menjagakan kepada selain TUHAN, artinya orang lain, atau dirinya sendiri, usahannya, kekayaannya, sawahnya, pasarnya, perusahannya, ilmunya, keahliannya dan sebagainya dan sebagainya, jangan sekalli-kali engkau jadikan pegangan!. Sebab apa saja selain TUHAN itu tidak bisa dibuat pegangan, tidak bisa dijagakan,. Sekalipun wujudnya kelihatannya bisa, bisa menjagakan sawahnya, pasarnya, usahanya dan lain-lain sebagainya itu, tetapi sesungguhnya kesemuanya itu tergantung pada Alloh SWT. Jadi dalam segi hakikot kita tidak boleh menjagakan selain Tuhan. Tidak boleh menuju selain Tuhan. Sebab, ya itu tadi, tidak semestinya dan apa saja selain Tuhan itu sesungguhnya tergantung pada Tuhan. Dibuat berhasil ya berhasil, dibuat hancur ya hancur, tidak ya tidak.

            Itu tadi dalam bidang haqiqot harus begitu perasaan kita adapun dalam bidang syariat kita harus usaha, harus ikhtiar begini begitu, dan harus ada perhitungen dan sebagainya dam sebagainya.

التَّدْبِيْرُ نِصْفُ الْمَعِيْشَةِ
Berpenghitungan dan mengatur menurut syarat-syarat yang semestinya. Itu adalah separo dari ma’isyah, separo dari perhitungan. Dalam syariatnya kesemuanya itu harus kita laksanakan. Tapi dalam bidang haqiqot harus, ... harus hanya Alloh SWT yang kita jagakan yang kita tuju. Sebab kesemuanya itu adalah BILLAH  Tuhan yang mencipta dan menitahkan!
{فَالْكَرِيمُ لاَ تَتَخَطَاهُ اْلأَمَالُ}
            Disamping itu, karena yang maha loman adalah hanya Alloh, sedangkan lainnya, seandainya ada yang loman, itu karena mendapat tetesan dari lautan kelomananya Tuhan. Istilah lain dilontankan oleh Alloh Ta'ala :
“FAL KARIIM LAA TATAKHOTHTHOOHUL AAMAAL”
Dzat yang Maha Loman, fikiran, perhitungan, angan-angan tidak bisa menggambarkan betapa itu!

فَالْهِمَّةُ الْعَالِيَّةُ تَأْنَفُ مِنْ رَفْعِ حَوَائِجِكَ إِلَى غَيْرِ كَرِيْمٍ وَلاَ كَرِيْمَ  فِى الْحَقِيْقَةِ اِلاَّ اللهُ
           
            Orang yang sehat Pikirannya, yang tinggi cita-citanya otomatis tidak menjagakan kepada siapapun yang tidak punya sifat loman-pemberi. Melainkan menggantungkan tujuan dam harapan hanya kepada Tuhan Yang Maha Loman. Yang Maha Loman hanya Alloh SWT!.
اِذَ الْكَرِيْمُ هُوَ الَّذِى إِذَاقَدَّرَ عَفَا وَاِذَا وَعَدَ وَفِى وَاِذَا أَعْطَى زَادَ عَلَى مُنْتَهَى الرِّجَا وَلاَ يُبَالِى كَمْ أَعْطَى وَلَا لِمَنْ أَعْطَى

            Definisi “KARIM”, ta’rif “KARIM” yaitu “IDZII QODARO” mampu menghukum tapi memberi maaf umpamanya, diejek atau dirugikan orang lain. Dia mampu menghukum atau mengambil tindakan, tetapi dia memberi maaf padahal umumnya orang, terutama yang masih dikuasai oleh nafsu, ibarat dipukul sekali membalasnya berpuluh kali pukulan. Tapi Alloh SWT senantiasa memberi, ... memberi, .... memberi. Memberi rizqi, memberi nikmat, memberi fadlol, memberi   tak dapat dihitung banyaknya!. Tapi anehnya, hamba-Nya yang diberi, makin banyak menerima pemberian dari Tuhannya, makin merajalela menyakitkan melukai kepada Si-Pemberi. Sunggupun begitu Alloh Ta’ala tidak mengambil ketegasan melainkan memberi maaf!. Itu Alloh SWT Itu “KARIM”. Sekalipun yang diberi itu melukai begitu yang tidak bisa digambarkan terlalunya, kalau dia mau minta maaf mohon ampun sekali saja, biar betapapun terlatunya didalam melukai, masih saja berkenan memberi ampun memberi maaf!. inilah “KARIM” WA IDZAA WA’ADA WAFA”.  Jika memberi janji dipenuhi. Malah lebih dari pada itu. “WA IDZAA AKHTO ZAADA ‘ALA MUTAHAR ROJA”. Jika memberi, jauh lebih banyak dari apa yang diharapkan oleh si penerima. Inilah sifat “KARIIM”, sifatnya zat yang Maha Loman. “WALA YUBALI KAM AKHTOO WALA LIMAN AKHTO”  dan tidak peduli, berapa banyaknya yang diberikan dan siapa saja yang tidak pandang orang. Sekalipun senantiasa disalahgunakan, tetap masih diberi. Terus diberi senantiasa, dalam segala bidang!. “WA IDZAA JUFIA’AATABA WA MASTAQHTO” Jika si-penerima pemberian tidak man tahu, tidak terima kasih, malah mengecam, diperingatkan dan tidak diambil ketegasan seketika!. “WALAA YUDLOYYTU MAN LAADZA BIHI”  dan tidak menyia-nyiakan tidak akan mengecewakan orang yang mengungsi orang yang membutuhkan padanya. Malah pemberiannya itu jauh lebih banyak lebih baik. Baik... dari apa yang diinginkan dan apa yang diperhitungkan oleh yang  membutuhkan itu. “WA YUGHNIHI AMIL WASAAILI WAS SYUFA’A” dan tidak mensyaratkan, harus ada perantara harus ada syafaat!. Langsung, ada pada Alloh SWT.

فَيَنْبَغِى اَنْ لَا تَتَحَطَاهُ أَمَالَ الْمُؤَمِلِيْنَ إِلَى غَيْرِهِ

            Maka dari itu jangan sekali-kali kita menuju, jangan sekali-kali kita menjagakan selain Alloh SWT !.

            Para hadirin-hadirot ini perlu adanya pengetrapan!. Bagaimana keadaan sehari-hari kita. Sekalipun tidak menjagakan orang lain, kawan dan sebagainya, apakah sudah sungguh-sungguh nyocoki dengan apa yang diperingatkan oleh Muallif Hikam ini. Kita boleh saja lahirnya menjagakan kepada orang lain atau kepada apa saja, tapi dalam hati kecil kita harus, ... harus itu tadi, hanya kepada Alloh SWT.

الْكَامِلُ مَنْ يَكُوْنُ الْجَمْعُ فِى بَاطِنِهِ مَشْهُوْدًا وَالْفَرْقَ فِى ظَاهِرِهِ مَوْجُوْدًا

            Orang yang Kaamil, yang sempurna, batinnya, hatinya, jiwanya senantiasa “jam,u”, kumpul, senantiasa syuhud, nglesot, berdepe-depe di hadapan Alloh SWT. LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Sedangkan keadaan lahiriyahnya, ya seperti pada lazimnya menurut tingkatan dan kedudukannya di dalam masyarakat. Ya bekerja ya usaha ini itu dan sebagainya. Tapi batinnya senantiasa LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL istilah Wahidiyah. Dan senantiasa berdepe-depe mengharap kepada Alloh SWT.

            Kita semua mampu untuk itu para hadirin-hadirot !... adalah nikmat Alloh  SWT yang harus disyukuri! Mensyukurinya, ialah menyadari dan digunakan menurut apa mestinya. Mudah-mudahan  para. Hadirin-hadirot kita diridloi Alloh SWT, diberi hidayah dan taufiq di beri syafaat dan tarbiyah oleh Rosuulillahi SAW, barokah karomah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasaairi Abbaabillahi rodiyallohhu Ta’ala 'anhum. Sehingga dapat melaksanakan apa yang diridloi Alloh SWT Khususnya seperti apa yang diuraikan dalam pengajian pagi ini.

وَاعْلَمْ أَنَّ الطَّـلَبَ مِنَ الْخَلْقِ الْمُنَافِى لِلْعُبُوْدِيَةِ هُوَ الطَّلَبُ مِنْهُمْ عَلَى وَجْهِ اْلإِعْـتِمَادِ عَلَيْهِمْ وَاْلاِسْتِنَادِ إِلَيْهِمْ وَالْغَفْلَةِ فِى حَالِ الطَّـلَبِ عَنِ اللهِ تَعَالَى

            Di sini diberi, penjelasan meminta atau menjagakan atau mengharapkan dari siapa saja, orang lain atau benda lain atau dirinya sendiri, kemampuannya, keahliannya, usahanya dan sebagainya. Yang terkecam yang bertentangan dengan 'ubudiyah pengabdian diri kepada Alloh Ta’ala, yaitu “AT THOLAB 'ALA WAJHIL I’TIMAAD”. Menjagakan, mengharapkan sungguh menjagakan. Pokoknya lahir batin ya hanya mandeg menjagakan kepada hal-hal tersebut. Tidak Menyadari kepada Alloh SWT.

أَمَا الطَّلَبُ مِنْهُمْ مِنْ حَيْثُ كَوْنِهِمْ أَسْبَابًا وَوَسَآئِطَ مَعَ اْلاعْتِمَادِ فِى نَيْلِ الْمَطْلُوْبِ عَلَى اللهِ وَرُؤْيَةِ أَنَهُ الْمُعْطِى فَلَيْسَ مُنَافِيًا لِلْعُبُوْدِيَةِ

Adapun menjagakan kepada lain-lain tersebut hanya sebagai sebab,

وَجَعَلْنَا لِكُلِّ شَيْئٍ سَبَبًا{سورة الكهف ٨٥}
           
            Alloh menciptakan segala sesuatu dengan menciptakan sebabnya, dan menyakini bahwa Alloh SWT sekalipun ada sebab, tetapi tetap Alloh SWT. Atau ketika memberi atau menerima pemberian. tidak menekatkan bahwa dirinya yang memberi atau yang memberi. Melainkan merasa bahwa Alloh SWT yang memberi. Mudahnya BILLAH jika demikian keadaannya, ini tidak mengganggu kepada ubudiyah. Malah seharusnya begitu terjadinya. Dengan ada sebab-sebabnya yang hubungan. Jadi mudahnya, ya sebab dan ya sebab ya tawakal. Ini malah lebih baik dari pada hanya tawakal tidak memakai sebab. Junjungan kita Rosuulillahi SAW sendiri juga tidak meninggalkan sebab. Tapi tawakal senantiasa menjiwai.

            Caranya mengetrapkan yaitu tadi, ...mudahnya LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Mari jika diantara kita ada yang belum tepat mari usaha ditepatkan setepat-tepatnya.

            Disini, nanti Insya Allah dibahas, ada istilah “ORANG KHUSUS” dan ada lagi “ORANG UMUM”.

            Yang dimaksud “ORANG KHUSUS” itu lahiriyahnya ya biasa, tidak mesti harus nggetu tekun di dalam masjid saja. Melainkan ya kelihatan begini begitu. Usaha ini usaha itu. Menjalankan begini dan begitu, dan sebagainya seperti umumnya orang.

Tapi yang menjadi ciri khasnya. Hatinya yang pokok. sekalipun dia diberi “Khoriqul ‘adah” kramat istilah umum, siapa yang kelihatan khoriquI ‘adah disebut “keramat”. Orang yang begitu, jika hatinya. tidak seperti yang diutarakan tadi ya tetap terkecam. Malah, kalau perlu lebih berat. Pokoknya, pemberian atau keadaan yang luar biasa khoriquI ‘adah, di luar perhitungan, umpamanya dapat menempuh jarak ratusan atau ribuan kilometer hanya dalam tempo sejangkah, atau mengetahui hati kawan atau orang lain, tapi kok tidak mengecakkan ajaran ini ajaran yang baru kita bahas ini, itu tetap terkecam dan otomatis itu merupakan “lstidroj” penglulu. Pokoknya moril atau materiil, itu sama ketentuannya. Dikaruniai keadaan biasa, kok tidak mengecakan ajaran ini, ajaran yang baru kita bahas ini, itu menyalahgunakan dan merupakan beban baginya, justru dia di karuniai soal itu, malah memberatkan orang yang di karuniai satu macam nikmat misalnya  kok tidak mensyukuri lagi  itu dia makin berat lagi  pokoknya makin banyak nikmat yang di terimanya dia bertanggung jawab di karuniai dua nikmat dan tidak mensyukurinya lagi pokoknya makin banyak nikmat yang di terimanya, baik itu nikmat materi, nikmat lahir atau nikmat moril atau nikmat batin jika tidak disyukuri, makin berat makin berat. Nikmat materi misalnya, makin banyak harta bendanya, jika tidak digunakan semestinya, berarti makin banyak disalahgunakan. Begitu juga nikmat batini seperti ilmu, ilmiyah apa saja, ilmiyah agama atau ilmiyah umum, jika tidak di syukuri di atas tadi, ya tetap makin banyak, makin bertambah besar penyelewengan dan penyalahgunaannya.

{لاَ تَرَفَعنَ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةٌ هُوَ مُوْرَدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعَا}

            Ada anu pengertian atau istilah “musyrik” minta-minta ke kubur. Minta kepada orang yang sudah mati musyrik. Sesungguhnya tidak hanya minta kepada orang mati saja yang musyrik. Biar minta kepada orang hidup sekalipun kalau diyakini seperti yang kita bahas ini tadi, juga musyrik. Hatinya bagaimana, itu yang antara lain menentukan. Hati kecilnya kemana arahnya. Berhenti kepada sebab itu sendiri sajakah, atau langsung kepada Alloh SWT. Ini yang menentukan, maka disini diperingatkan ole Muallif AI-Hikam ini, ...”LAA TARFA ‘ANILA GFOIRIHI HAAJATAN”. Diperingatkan, jangan sekali-kali, dalam hati kecil maksudnya, ini bidang, haqiqot harus dapat menempatkan segala sesutu ditempatnya masing-masing YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQAH. Mengisi segala bidang masing-masing. Semua bidang harus kita isi. Bidang-bidang, bidang syariat, bidang haqiqot lha disini maksunya bidang haqiqat jangan sekali-sekali engkau minta hajatmu kepada selainnya Tuhan. Sebab yang menciptakan itu Tuhan. Jangan sekali-kali engkau sambat kepada selain Tuhan. Mengalami  kecelakaan atau musibah misalnya, ini yang menurunkan musibah ini adalah Tuhan. Karena itu engkau juga harus mohon kepada Tuhan, Yah adanya musibah ini karena keburukan atau karena kesalahanku dan sebagainya. Itu harus kita sadari dari sifat adilnya Tuhan. Dari sifat wenangnya Tuhan, bebasnya Tuhan. dan dalam bidang syari'atnya harus merasa karena keburukan dirinya, jangan sekali-sekali sambat kepada lain.

            Sekarang ini banyak ujian-ujian. Soal ekonomi makin seret misalnya, kaum tani banyak sawahnya diserang hama wereng. Di daerah Bekasi Jawa Barat kata seorang Pengamal Wahidiyah di sana, lebih dari 90 % katanya sawah yang dimakan wereng, sehingga pada umumnya tidak mampu membeli beras. Makan hanya seadanya. Begitu juga di daerah lain-lain, Kerawang dan lain-lain. Disamping itu akhir-akhir banyak daerah yang kekurangan air. Ini semua yang menurunkan Tuhan. Kok lalu sambat-sambat kepada lainnya, atau lebih-lebih ngresulo, menyesali keadaan, ini terkecam sekali. Berarti bunuh diri orang yang begitu itu.

            “FAKAIFA YARFA'U GHOIRUHU MAAKAANA HUWA LAHU WAADLI'AN” apakah mungkin barang yang diciptakan oleh Alloh bisa dirubah oleh selainnya Alloh! Jangankan meruhah barang lain, merubah dirinya sendiripun tidak dapat. Jangankan merubah, berubah sajapun tidak bisa. Segalanya Alloh yang merubah, Yang menggerakkan. BILLAH.

اِذْهُوَ الْغَالِبُ الَّذِى لاَ يَغْلِبُهُ شَئٌ

            Jika Alloh memiliki sifat QUDROT, otomatis lainnya tidak mempunyai sifat qudrot. Adanya bisa atau mampu, itu karena dimampukan. Jelas yang bisa menghilangkan segala kesulitan atau musibah adalah Tuhan. Kok cari-cari lainnya Tuhan, itu jelas orang yang tidak normal. Mari kita lihat diri kita masing-masing, sudah begitukah atau belum?. Kalau masih menjagakan itu ini, masih ngresulo, itu ada peringatan seperti tertulis di atas pengimaman masjid itu.
آنَا الله ُ ِلآإِلَهَ اِلاَّأَنَا مَنْ لمْ يَشْكُرْ نَعْمَآئِى وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِى وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِى فَلْيَتَّخِذْ رَبَّا سِوَآئىِ{الحديث القدس}

            AKU ALLOH, Tuhan, tidak ada Tuhan selain AKU, siapapun juga yang tidak mau syukur, AKU beri nikmat malah berlarut-larut disalahgunakan untuk melukai AKU, AKU beri ujian tidak mau bersabar, malah ngresulo mencaci AKU, dia selalu maido, mengecam tidak rela tidak mau menerima atas qodar-KU,...carilah Tuhan selain AKU. Pergi dari bumi-KU!. Mau keluar negeri-itu luar negeri-KU. AKU yang punya! Mau ke bulan ?, Itu bulan-KU!

            Mari para hadirin-hadirot kita koreksi keadaan kita. Ini soal yang pokok, soal yang prinsip. Jika sampai kita tidak atau kurang mengambil perhatian, tahu sendiri nanti akibatnya, bagaimana pedihnya. Sebentar lagi Izroil datang oleh karena itu mari kita perangi nafsu kita yang senantiasa mende-mende menangguh-nangguhkan dengan alasan begini begitu. Nafsu memang begitu kelakuannya. Selalu berat-beratan, selalu nanti-nanti besok-besok. Mari jangan sampai kita jemu-jemu.
Sekarang kalah, bangun lagi. Jatuh-bangun, jatuh-bangun-dan seterusnya. Jangan menyerah sekalipun bagaimana kepada nafsu. Harus terus maju pantang mundur.

{مَنْ لاَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ ,فَكَيْفَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَكُوْنَ لِغَيْرِهِ رَافِعًا}

            Yang menguji Tuhan. Apakah mungkin isianya Tuhan bisa menghilangkannya. Tentu tidak mungkin, disamping itu tidak ada orang yang dapat mengatasi, sehingga bebas sama sekali dari apa yang menjadi kesulitan atau ujiannya. Menolak balaknya sendiri. Menyelamatkan diri saja tidak dapat lebih-lebih mari menyelamatkan orang lain. Jauh mustahil, tidak mungkin, maka satu-satunya jalan hanyalah Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.

اَلَمْ يَأْنِ لِلذِّيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ {الحديد:١٦}

            Apakah belum saatnya orang-orang yang beriman itu cepat-cepat lari mengungsi dan menundukkan hatinya kepada Alloh?. Sudah jauh terlambat sesungguhnya para hadirin-hadirot. Tapi sekalipun begitu, sekalipun terlambat asal mau cepat-cepat lari dan bersungguh-sungguh bermujahadah, sifat kemurahan Alloh tidak mengenal istilah terlambat. Asal sungguh-sungguh mau kembali, pasti Alloh akan membuka dan menunjukkan jalan-NYA yang diridloinya. Mari para hadirin-hadirot kita jangan enak-enak bermalas-masalan, jangan menganggap enteng masalah ini.

وَحَاصِلُهُ أَنَ لِلْمَرْفُوْعِ إِلَيْهِ حَوَائِجُ لَمْ يَتَوَصَلْ إِلَيْهَا وَلَوْكَانَ مَلِكًا - وَلاَ شَكَّ....

            Jadi kesimpulanya orang juga sama-sama punya kepentingan menyelesaikan dan mengatasi kepentingannya sendiri saja tidak bisa, lebih-lebih mengatasi kesulitan orang lain. Seandainya bisa mengatasi satu persoalan lain timbul lagi persoalan lain lagi, timbul lagi masalah lain lagi, timbul lagi masalah lain, makin banyak, makin kaya makin banyak membuat dirinya makin
repot mlarat begitu juga Dus, orang tidak bisa bebas sama sekali. Sekalipun raja malah presiden atau raja atau pejabat tinggi yang bagaimanapun makin banyak persoalan-persoalannya yang tidak bisa diatasi.  Sebahagian bisa diatasi, timbul yang lain. Diselesaikan  tumbuh sepuluh diatasi yang sepuluh tumbuh seratus, diatasi seratus tumbub seribu, dan seterusnya. Selalu timbul persoalan-persoalan yang makin banyak, makin banyak makin tidak bisa mengatasi. Begitu kok mau dimintai tolong untuk mengatasi persoalan kita oleh karena itu hanya Alloh saja yang mampu mengatasi segala persoalan. Mari para  hadirin-hadirot, selalu mengungsi kepada Alloh SWT. Yang sudah  mengungsi mari kita usaha mengungsi yang lebih sempurna dan yang lebih meningkat. Kita masih kurang sekali mengungsi kita kepada Tuhan, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih yang belum mengungsi. Sekalipun sudah mengungsi sudah berdepe-depe, tapi kurang jauh. Jauuuh sekali kemampuan kita masih banyak untuk mengungsi yang lebih kuat lagi, lebih dekat lagi, lebih ... meningkat lagi. Lebih-lebih jika dilihat dari ke-Maha Rajaannya Alloh Ta’ala, Ke-Maha Agungnya Alloh Ta'ala, ke-Maha... Maha ... Maha, dan dari arah lain kita keapesan kita, kemelaratan kita, kebutuhan kita lebih-lebih, masih jauuuh para hadirin-hadirot.

            Mari para hadirin-hadirot kita perhatikan yang sungguh -sungguh.

            Zaman banjir bandangnya Nabi Nuh ada suatu kejadian, yaitu seorang Ibu. Ya pernah diutarakan dari pusat. Seorang Ibu dengan anaknya yang masih kecil karena ada banjir bandang anaknya diajak lari menyelamatkan diri. naik ke atas puncak bukit. Tapi sang banjir terus mengejar makin dalam makin dalam,. Puncak bukit akhirnya tegenang..banjir makin dalam makin dalam. Untuk menyelamatkan anaknya. anaknya digendong. Banjir terus naik sampa ke punggung sang lbu. Anaknya lalu di sunggi. Banjir  terus makin tinggi air sampai pada leher sang Ibu, ...anaknya yang yang dijadikan ancik-ancik. Di bawah telapak kakinya! untuk menyelamatkan dirinya sendiri, para hadirin-hadirot. Tapi
toh akhirnya hanyut kedua-duanya. Tidak bisa menyelamatkan anak juga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Ini para hadiria hadirot !.

Sesunggunya manusia itu hanya memikirkan dirinya sendiri Kecuali, mereka yang mendapat taufiq Hidayah pertolongan Alloh SWT. Dalam keadaaa yang sudah kritis, sudah sangat terjepit, dirinya sendiri yang berusaha mencari selamat, biar sekalipun mengorbankan anak darah dagingnya sendiri yang masih kecil seperti cerita di atas. Ini para terutama bagi kaum Ibu betapa bengisnya manusia hadirin-hadirot, biar bagaimanapun juga, toh tidak berhasil menyelamatkan diri, tapi terkecuali para hadirin-hadirot, terkecuali... yaitu mereka yang mau mencari keselamatan dengan lari mengungsi kepada Alloh SWT. Alloh SWT pasti menolong hamba-NYA yang sungguh-suagguh mau kembali mengungsi kepada-NYA dengan sepenuh-penuhnya mengungsi. Malah, para hadirin-hadirot, sesunggunya Alloh SWT senantiasa memanggil-mauggil hamba-NYA agar mereka menjadi selamat, tidak celaka, tidak sengsara !!!.  Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !.

{اِنْ لَمْ تُحَسِّنْ ظَنَكَ بِهِ ِلاَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِهِ مَعَكَ}

            Jika engkau tidak bisa husnudhon atau yang lebih tepat kalau terhadap Tuhan “Husnul yaqin” jika engkau tidak bisa husnul yaqin kepada Tuhan berdasar kebaikan sifat-sifat Tuhan, maka berkhusnul yaqinlah kepada-NYA berdasarkan adanya perlakuan Tuhan terhadap dirimu.

            Berdasar sitat Tuhan, Maha Loman-Pemberi. Aku kok melarat umpamanya, aku kok sengsara, tapi aku yakin, yakin pasti akan diberi oleh Tuhan. Sebab Tuhan senantiasa memberi dan menolong hamba-NYA. Tuhan adalah “AR ROJAQ”, “AL JAWAAD”, “AL WAHHAAB ROUF ROHIM”. Jadi yang baik berdasarkan sifatnya. Tidak mungkin Maha Loman.kok tidak memberi. Adapun sekarang tidak diberi, yah, memang
belum. Atau sesungguhnya ini sudah diberi tapi aku tidak sadar bahwa diberi. Melarat ini adalah pemberian yang baik. Sebab seandainya aku kaya, mungkin malah berlarut-larut. Ini suatu pertolongan yang baik sekali. aku kok terus-terusan sakit-sakitan, kok tidak lekas sembuh?. Yah ini pemberian Tuhan yang baik bagiku. Seandainya aku waras-wiris, aku makin terus menerus larut berlarut-larut!. Selalu merugikan orang lain! selalu berbuat apa yang dikecam Alloh SWT, atau mungkin saking belas kasihnya Tuhan, saya di dunia dalam keadaan melarat compang-camping, agar tidak kalong, agar jauh lebih baik kelak di akhirat. Husnudhon ataupun husnul yaqin seperti itu lebih baik. Lebih baik.

            Pokoknya para hadirin-hadirot, segala keadaan baik yang diinginkan, menguntungkan atau merugikan, supaya semuanya itu dimanfaatkan untuk... “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”.

            Jangan sampai berani-berani menyalahgunakan, bahkan maksiat sekalipun, harus kita manfaatkan untuk “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”. Antara lain diikuti dengan tobat yang sungguh-sungguh orang yang tidak bersalah kok minta maaf, apa mungkin?. Adanya minta ampun itu karena, dosa ini setengah dari murahnya Tuhan!

            Sekalipun maksiat kita tidak boleh memasuki maksiat, tapi... harus kita manfaatkan aku mau memasuki maksiat, nanti toh bisa mandi yang bersih, inilah yang namanya menyalahgunakan.

            Syekh  Hasan Basyri mengatakan orang tidak ada yang ibadahnya lebih baik daripada maksiat. Artinya dari pada akibatnya maksiat. Dalam kitab ini juga, ada keterangan yang hampir sama maksudnya dengan dawuhnya Syekh Hasan Basyri tersebut :

مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذَلاَ وَانْكِسَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًا وَا سْتِكْبَارًا

            Maksiat yang menyebabkan dia nelongso, merana, merasa jelek, merasa dosa berlarut-larut, ini lebih dari pada thoat yang mengakibatkan
sombong, merasa baik, takabbur itu contohnya para hadirin-hadirot, Iblis sebelumnya ibadahnya sebagai kepala para malaikat, 80.000 tahun non stop ... seperti kita maklumi. Tapi karena sombong tidak mau sujud kepada Nabi Adam Aalaihissalam,....akhirnya dila'nat menjadi Iblis itu para hadirin-hadirot. Itu lagi kanjeng Nabi Adam 'Alaihissalam sendiri. Suatu kesalahan atau ma'siat membawa akibat bertobat sampai seratus tahun menangisnya. Dan, dalam bidang syari'atnya tapi ini, andai kata beliau tidak berbuat ma'siat melanggar larangan Tuhan di surga, tentu kehidupan dunia ini tidak ada kita manusia, Ya ma'af para ambiya wal mursalin, junjungan kita Rosulillahi SAW, juga akibat dari pada ma'siatnya kanjeng Nabi Adam 'Alihissalam. Begitu para hadirin-hadirot sebagai anak cucu Nabi Adam, seharusnya kita dapat memanfa'atkan ma'siat kita seperti halnya Beliau Nabi Adam 'Alaihissalam. !

            Kalau tidak bisa, ya, ma'af....! lbarat anak kambing ya harus bisa suara lembek. Babonnya bisa mengembek, anaknya juga harus bisa menggembek kalau babonnya suara lembek, kok anaknya “hung-hung… Anak iblis para hadirin-hadirot. Ataukah  “hung-hung” para hadirin-hadirot mari kita koreksi anak kambing jadi kambing, anak anjing juga jadi anjing, Ya maaf  kita harus prihatin dan harus ….ngedoki para hadirin-hadirot, ummat dan masyarakat pada umumnya ya maaf  istilah anak kambing, ya seharuanyaya “embek-embek”. Tapi nyatanya, pada umumnya bukan “embek-embek” tapi kok “hung-hung”, para hadirin-hadirot “embek-embek” malah tidak bisa. Ummat masyarakat pada umumaya atau sebagian besar tidak mengikuti Nabi Adam ‘Alaihissalam, memanfaatkan dosa maksiatnya, melainkan malah seperti Iblis para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot kita tanggung jawab mari kita daki. Andai kata saya bersungguh-sungguh, tentu tidak begitu keadaannya. Mari para hadirin-hadirot, kita prihatin. AL-FAATIHAH…  AL-FAATIHAH...

            Ada suatu sabda yang menerangkan, ada seseorang yang kerena baiknya, negara dan masyarakat menjadi baik. Tapi juga sebaliknya, ada
seseorang yang karena buruknya negara dan masyarakat atau menjadi buruk, menjadi bejad, Lha Diantara kita di mana letaknya mari sekali lagi! AL FAATIHAH…

            Diantara kita mampu “FAMAN SYAA-A FAL YUKMIM, WAMAN SYAA-A FAL YAKFUR”. Mampu kita akan menguntungkan membuat baik masyarakat, mampu akan merugikan menghancurkan mampu. Aku kita mempunyai akal yang sehat sungguh-sungguh manusia, tentu memilih yang menguntungkan: para hadirin-hadirot. Kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya jauh masih, banyak sekali kemampuan kita yang belum kita pergunakan.

            Kita harus husnudhon yakin, bahwa Alloh SWT senantiasa sayang, senantiasa memberi jika terpaksa tidak dapat husnudhon berdasarkan sifat Tuhan  harus berdasar perbuatan perlakuan Tuhan. Tuhan senantiasa bisa memberi kita bisa begini bisa dan seterusnya. Mari kita sadari ketika kita masih berada dalam kandungan, tidak bisa apa-apa. Kemudian dilahirkan, dibuat oleh Alloh SWT bisa bergerak-gerak, bisa menangis, bisa menetek dan seterusnya sampai besar, menjadi besar, menjadi besar bertambah pula kepandaian dan kecakapan yang dibuat Tuhan kepada kita. Bertambah besar, bertambah umur  bertambah pula pemberian Tuhan kepada kita. Mari kita sadari pemberian Tuhan ini. Padahal semua pemberian-pemberian yang evolotif dan sistimatis dan justru kita butuhkan itu, tanpa ada permintaan dari kita manusia, para hadirin-hadirot. Mengapa kita manusia tidak mau husnudhon bahkan husnudhon bahkan-husnul yaqin kepada Tuhan?. Perbuatan Tuhan terhadap kita sudah fakta dan jelas kita rasakan!. Itulah kasih sayang Tuhan, kepada kita manusia! Bahkan Alloh SWT menciptakan matahari, bulan, bintang, bumi, daratan, lautan, pohon-pohonan, gunung, air, angin dan sebagainya justru dipergunakan kita manusia, para hadirin-hadirot.

            Sekalipun seseorang mengalami suatu kesulitan atau kesupekan,
tapi kalau mau menggali sesunggunya dalam pada itu membawa keuntungan dan faedah serta manfaat yang besar sekali. Tidak ada yang 100% merugikan, jadi sesungguhnya yang akan datang, lebih banyak. Lebih banyak pemberian Tuhan, Berdasarkan perbuatan Tuhan yang telah merupakan fakta dan kita rasa itu. Terus meningkat bertambah-tambah pemberian-pemberian Tuhan!. Dan, sekalipun dalam satu bidang terasa merugikan, tapi kalau mau meninjau secara keseluruhan, sesungguhnya menguntungkan.

            Husnudhon atau husnul-yaqin berdasarkan kedua-duanya tersebut, kita mampu. Sifat Tuhan yang senantiasa kasih sayang, mampu. Berdasarkan perbuatan Tuhan atas kita yang sudah jelas dalam fakta, kita mampu. Ya berdasarkan sifat-Nya, ya berdasarkan perbuatan-Nya. Dan kita mampu untuk itu.

أَنَّ النَّاسَ فِى حُسْنِ الظَّنِ عَلَى قِسْمَيْنِ خَاصَةٍ وَعَامَةٍ فَالْخَاصَّةُ حُسْنُوا الظَّنِ بِهِ لِمَا هُوَ مِنَ النُّعْوْتِ السَّنِيَةِ وَالصِّفَاتِ الْعَلِيَةِ.

Di sini diterangkan, hubungan husnudhon, manusia dibagi dalam dua bagian “KHOSSOH” orang khusus, dan “AAMMAH” orang umum. Yang dimaksud orang khusus di sini yaitu orang yang pengetrapkan seperti apa yang diuraikan di atas. Sekalipun buta huruf umpamanya, asal mengetrapkan seperti yang dibicarakan dalam pengajian ini, itulah orang khusus. Istilah WAHIDIYAH senantiasa LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL. Tapi ini tidak berarti bahwa seorang pengamal Wahidiyah lalu merasa lebih-lebih mengaku dirinya orang khusus atau seorang yang LILLAH BILLAH. Ini terbalik kalau begini perasaannya keblasuk. Malah sebagai Pengamal Wahidiyah harus justru merasa dirinya hina. Banyak dosa banyak berbuat dholim, senantiasa merugikan dan sebagainya seperti yang kita alami ini pokoknya.

            Orang khusus di sini yaitu tadi orang yang senantiasa mengabdikan diri kepada Alloh Ta’ala. Senantiasa sabar ridlo, tawakal tidak
menjagakan kepada selain Alloh, tansah ... banyak kelau diperinci. Sekalipun dia buta huruf !.

            Adapun orang umum yang dimaksud orang umum di sini bukan rakyat jelata, tapi orang yang tidak mengetrapkan seperti orang khusus tadi. Sekalipun mempunyai keistimewaan, 'allamah ilmunya banyak, ibadahnya giat, tidak henti-hentinya mujahadah atau sembahyangnya, atau ngebleng terus-terusan di dalam masjid sekalipun begitu, kalau hatinya tidak mengetrapkan seperti itu tadi, LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL mudahnya orang umum atau menjadi orang khusus istilah di sini, Kemampuan adalah nikmat yang harus kita syukuri.

            “FAL KHOSSHOH”... Orang khusus, berhusnudhon husnul yaqiin bahwa Tuhan Maha Pemurah, Maha Pemberi, Maha Kasih Sayang itu memang sifat  Tuhan. Sekalipun aku sekarang menderita, tapi Tuhan tetap kasih sayang padaku. Alhamdullilah orang khusus. Sedangkan orang umum, sehabis makan enak Alhamdulillah nanti agak lapar .... Innaalillah !. Bingung !.  mereka hanya berdasar pada perlakuan Tuhan atas dirinya yang di alami dasarnya kenyataan. Sekalipun sakit atau melarat dan sebagainya itu sesungguhnya nikmat, atau saking kasih sayang Tuhan tapi karena dia orang umum istilah di sini pandangannya saya itu sudah biasa!. Sudah maklum!. Soal materi, menjadi ngresulo, putus asa begini begitu. Hanya ketika mampu atau keadaan normal, dia ... Alhamdullilah  Itu sudah biasa!. Sudah maklum!.
كَلاَ ,إِنَ اْلاِنْسَانِ لَيَطْغَى ,أَنْ رَآهُ اَسْتَغْنَى {علق}

            Manusia!. Ketika mampu, kaya ... berlarut-larut!. Malah kalau dia merasa kaya, ini lebih berat lagi!. Menggasap haknya Tuhan!. Yang kaya hanya Tuhan!. Kok dia berani-berani mengaku kaya merasa mampu ?. Larut, berlarut-larut untuk, untuk nuruti nafsunya. Untuk kepuasan nafsunya!. Sekalipun ujudnya untuk ibadah untuk perjuangan, tapi itu hanya lahirnya saja!. sesungguhnya itu ada pamrihnya!. Sedang lahirnya kelihatan
ibadah,... Lebih-lebih kalau maksiat Lebih larut,... jaauuh berlarut-larut…!.

            Para hadirin-hadirot, diantara kita di mana letaknya dan kita mampu. Tapi kalau orang berkhusnudhon berdasar sifat Tuhan, dalam segala bidang dia senantiasa alhamdulillah, senantiasa memuja, senantiasa berterima kasih kepada Alloh SAW. Sedangkan yang berkhusnudhon berdasarkan perbuatan, ...yaitu tadi,... ketika keadaan jembar atau berlebih dia alhamdulillah. Dan menggunakan kejembarannya itu untuk kebaikan. Tapi hanya sebagian Tapi kalau keterlaluan, ... yaitu tadi...“KALLAA” INNAL-INSAANA LAYATHGHO AN ROAAHUS TAGHNA...”.

Manusia kalau keadaan kaya. Istilah umum istilah khusus kalau merasa kaya senantiasa berlacu berlarut larut !. ini sudah maklum!.

            Kalau itu tidak heran ada hadits Rosulullooh SAW yang menerangkan bahwa orang fakir masuk syurga lebih dahulu dari pada orang-orang kaya 500 tahun lebih dahulu ini maksud dawuh ini ya soal lahiriyah soal materi tapi yang dimaksud dengan Fakir yaitu fakir yang sabar dan ridlo.
Ada lagi anu, tafsiran dari hadist ini

أَكْثَرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ اْلفُقَرَآءِ {أوكما قال}

Sebahagian besar penghuni surga adalah fuqorok orang-orang miskin, melarat, melarat dari amal, dari ibadah. Coba kita lihat bangsa Indonesia 90% umat Islam pengakuannya. Tapi yang beramal yang konsekwen hanya berapa persen!. sekalipun dihukum di neraka terlebih dahulu, tapi akhirnya dimasukkan surga juga. Lha yang kaya akan amal-amal ibadah bagaimana?. Mereka jadi raja di akhirat!. lebih-lebih amal batiniyah disamping amal lahiriyah!.

            Nuwun sewu para hadirin-hadirot, jika saudara ungguh-sungguh LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL pasti jadi raja nanti di akhirat!
LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL !. Tapi jika kita merasa LILLAH BILLLAH, berarti kita belum LILLAH BILLLAH, masih merasa LILLAH BILLLAH.

            Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi hari ini membawa manfaat maslahah dan kemajuan yang sebanyak-banyaknya maaf kiranya cukup sekian pengajian ini dan, mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirot. Sekali lagi mudah-mudahan pengajian pagi hari ini dikaruniai manfaat yang sebanyak-banyaknya. Sebab akhir-akhir ini para hadirin-hadirot, banyak sekali atau sebagian besar ilmu tidak bermanfaat. Sebagian besar, zaman akhir ini ilmunya tidak bermanfaat. Tahu itu buruk, itu jelek dan ini baik. Tapi yang dikerjakan yang buruk. Ini berarti ilmunya tidak manfaat. Mari kita doki diri kita sendiri para hadirin-hadirot. Tahu yang itu buruk yang ini baik tapi yang dipilih justru yang buruk. Sebagian besar umat manusia begitu para hadirin-hadirot !. Bahkan kita sendiripun terutama… mari kita aku para hadirin-hadirot. Mari kita prihatin. Terutama mari kita kaui hal-hal seperti itu.

            Pengajian cukup sekian, mudah-mudahan diberi manfaat yang sebanyak-banyaknya !. Amin, amin, amin. Waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat


No comments:

Post a Comment