{إِذْلَوْ حَجَبَهُ شَىْءٌ
لَسَتَرَهُ مَا حَجَبَهُ }
Ini
alasan dari keterangan sebelumnya tadi. Alloh SWT terhijab oleh sesuatu, yang
terhijab manusianya. Terhijab oleh nafsunya. Sebab kalau Alloh SWT dapat
dihalang-halangi di tabir otomatis tertutup. Hijab itu sesungguhnya boleh
diartikan sebagai “penjaganya”. Seorang Bupati misalnya ada polisinya ada
penjaganya. Tapi pada zaman sahabat, tidak ada penjaga-penjaga. Waktu Sayyidina
Umar misalnya, rakyat bebas bertemu dengan beliau. Begitu juga yang lainnya,
tapi pada zaman akhir-akhir ini, karena situasi raja-raja Islam membuat “hijab”
atau penjaga. Karena waktu itu mulai timbul pembunuhan-pembunuhan dan
sebagainya, pokoknya gangguan keamanan makin menjadi-jadi, Ialu diadakan
“hijab” atau penjaga atau polisi.
Kalau
Alloh SWT kaling-kalingan ada “hijab” nya, ada penjaganya, itu berarti Alloh SWT terhalang atau kaling-kalingan
oleh tabir itu. Padahal Alloh SWT Maha Mengetahui. Tidak hanya orang yang sowan
menghadap kepada Alloh SWT. Yang diketahui. Tapi ... yaitu seperti sudah kita
maklumi, Alloh SWT Maha Mengetahui kepada segala makhluk-NYA. Bahkan jauh lebih
jelas, lebih terang dari pada pengetahuan si makhluk itu terhadap diri sendir !
Malah,
sesungguhnya makhluk itu sendiri tidak akan tahu dirinya kalau tidak diberi
tahu oleh Alloh SWT. Tahunya makhluk BILLAH. Inilah yang perlu disadari oleh
hati atau jiwa tiap manusai disamping LILLAH.
ِلأَنَ الْحِجَابَ إِنَّمَا
يَتَّخِذُهُ الْعُظَمَآءُوَالرُّؤَسَاَءُ فَهُوَ يُنْبِئُ عَنِ الرِفْعَةِ
وَيُشْعِرُ بِالْعَظَمَةِ
Oleh
karena, SWT “hijab” itu disamping sebagai penjaga atau keamanan, juga
memperlihatkan kebesaran dari Penjabat atau Raja yang dijaga itu.
{ وَاَوْ كَانَ لَهُ سَاتِرٌ
لَكَانَ لِوُجُوْدِهِ حَاصِرٌ}
Dan kalau Alloh SWT ada hijabnya berarti Alloh SWT
terbatas.
{وَكُلٌّ حَاصِرٍلشَىْءٍ فَهُوَ لَهُ قاَهِرٌ }
Dan jika Alloh SWT ada yang membatasi, otomatis
berarti dipaksa oleh yang membatasi itu. Dus mudahnya Alloh SWT tidak
terhalang. Yang terhalang atau terhijab adalah manusianya. Alloh SWT Maha
Mengetahui. Yang buta adalah hamba-NYA. Sebab selalu menyembah kepada nafsunya.
Senantiasa nuruti nafsunya. Senantiasa mencari-carikan buat nafsunya
Mari
para hadirin-hadirot kita koreksi diri kita masing-masing !. Kita senantiasa
mencari-carikan buat nafsu atau karep kitakah, atau mengabdikan diri kepada
Alloh SWT ?. Mari kita koreksi sendiri-sendiri !.
Alloh
SWT sama sekali tidak dapat dipaksa, tetapi Alloh SWT... “WAHUWA QOOHIRU FAUQO “IBAADIHI”. Alloh
memaksa seluruh hambanya memaksa seluruh makhluqnya. Jika Dia
menghendaki ... di cipta, dan jika Dia menghendaki ... dihancurkan sama sekali.
Tidak yang dapat menghalang-halangi.
اِذَا أَرَادَ شَيْئًا
أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنْ
Jika
Alloh Ta’ala menghendaki sesuatu, cukup mengatakan “KUN” beradalah … “FAYAKUUNU” … maka TERWUJUDLAH sesuatu
ini.
Mari
hadirin-hadirot kita tidak hanya terapung-apung saja. Tapi mari usaha sampai mendasar di…lautan “WAHDAH” lautan “TAUHID” KE-ESAAN TUHAN ! jangan
sampai kita istilahnya orang membakar kereta …. “magel” tidak masak
mentahpun tidak.
اُخْرُجْ مِنْ
أَوْصَافِ بَشِرِيّتِِكَ عَنْ كُلِ وَصْفٍ مُنَاقِضٍ لِعُيُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ
لِنِدَآءِ الْحَقٍّ مُجِيْبًاوَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا
Jika
engkau ingin bahagia dunia akhirot terutama, jika engkau ingin inenjadi hamba
Alloh yang sejati, tidak menyembah kepada imprialis nafsu, kepada berhala
iblis, bebaskanlah dirimu, keluarlah dari nafsumu yang terkecam ! baik
lahiriyah maupun batiniyah. Kalau disebut “nafsu” dengan sendirinya mengenai
batiniyah. Sedangkan lahirnya hanya merupakan akibat atau efek dari nafsu. Di
sini disebutkan lahiriyah, tetapi sesungguhnya itu akibatnya. Mengumpat,
membicarakan orang lain, ngrasani, membunuh, merugikan dan lain sebagainya.
Akibat atau efek nafsu yang batin, merasa besar, takabur, ujub dan lain-lain
sebagainya. Takabur merasa besar, dan membanggakan diri, sombong dan congkak
lebih-lebih. Definisi dari.... ujub, adalah ;
الْعُجْبُ أَنْ
يَعْلَمَ أَنَّ لَهُ فَضْلاً {أوكما قال}
Ujub, ialah merasa mempunyai kelebihan atau kebaikan
atau keistimewaan. Orang yang tidak dirinya jelek, berarti merasa mempunyai keistimewaan ini berarti ujub. Dan otomatis mengaku.
Tidak menyadari bahwa Alloh lah yang memberi. Takabbur ialah merasa lebih besar
lebih baik lebih dari pada lainnya. Lebih berjasa, lebih kaya, lebih pandai,
lebih terhormat dari lainnya. Ini, takabbur. “Aku mujahadah sedang kawanku tidak
mujahadah”. Merasa begini, ini namanya takabbur ini ! Saya melakukan kebaikan
ini; tapi kawan saya itu tidak. Ini takabbur dobel. Ya ujub ya takabbur !
Pernahkah
kita para hadirin-hadirot, merasa seperti itu ?. Mari kita koreksi ! Kalau iya,
mari kita bertaubat ! Mari membulatkan tekad, tidak akan mengulangi lagi ila
yaumul qiyaamah ! Mudah-mudahan kita mendapat jangkungan Alloh wa. Rosuulihi
SAW yang sebanyak-banyaknya !.
Takabbur
atau ujub atau riya’, itu membatalkan amal ! Amal yang dicampuri ujub atau
takabbur atau riya’. Tidak diterima Alloh SWT. Bahkan disamping tidak diterima,
amal yang didasari ujub dan riyak lebih-lebih takabbur tadi, besok pada yaumul
qiyaamah amal itu akan dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal
bersangkutan. Kita pernah atau tidak ujub takabbur atau riya’ . Takabbur atau
ujub atau riya’ ada yang terang-terangan, ada yang samar-samar atau sindiran. Ada yang dengan bicara
lisan, ada yang dengan bicara keadaan dan bicara isyarat, semuanya itu tetap
takabbur. Sekali takabbur tetap takabbur sekalipun dengan gaya dan cara bagaimanapun juga, tetap
takabbur ! Lha ini perlu adanya senantiasa koreksi.
Disamping
BILLAH dan LILLAH didalam wahidiyah ada dua arah dari atas dan dari bawah di
samping mengutaman dari atas yaitu BILLAH , juga tidak mengurangi yang dari
bawah LILLAH termasuk dari bawah yaitu senantiasa meniti-niti kemungkinan
timbulnya ujub riya’ takabur selalu di koreksi pernah atau tidaknya kita
ngarasani atau adu-adu atau mengumpat atau merugikan lebih-lebih merugikan
orang lain, menusuk atau merluakai
perasaan orang lain ini semua harus selalu dikoreksi dan kemudian bertobat mohon ampun kepada
Alloh SWT. Dan jika perlu juga minta maaf kepada yang bersangkutan !. Sebab
mungkin, merugikan orang lain tapi tidak merasa babwa merugikan. Mungkin !. yah
pokoknya segala sesuatu yang terkecam yang merugikan, baik merugikan dirinya
sendiri maupun dan lebih-lebih merugikan orang lain moril maupun materiil,
harus kita buang jauh-jauh, harus kita hindari jauh-jauh jika kita ingin
selamat dan bahagia, ingin senantiasa dapat mendengarkan atau bahkan menuruti “NIDAAUI
HAQQI” panggilan Tuhan Alloh SWT. Kalau ingin bahagia abadi dunia akhirot, kita
harus cancut tali wondo. Bertekad dan berjuang menghancur luluhkan sifat-sifat
nafsu yang terkecam.
Nafsu
itu sesungguhnya jiwa atau roh jiwa itu mempunyai keadaannya sendiri-sendiri.
Keadaannya yang buruk, dinamakan “NAFSU AMMAROH”. Nafsu yang selalu mengajak
menyeret kepada keburukan. Mengajak kepada perbuatan-perhuatan yang terkecam
dan merugikan. Ada
lagi “NAFSU SYAITHONIAH”. Yang baik di sebut “NAFSUL MUTMAINNAH”. Nafsu yang
tenang tentram. “NAFSUL MARDIYYAH” nafsu yang diridloi. Yang diridloi Alloh
SWT. Nafsu yang senantiasa ridlo kepada Alloh SWT. Dia senantiasa menyadari
bahwa dirinya sebagai hamba, dan Alloh SWT sebagai Tuhannya. Seperti itu yang
banyak diajarkan pada kanak-kanak .
رَضِيْنَا بِاللهِ رَبَّا
وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا
“RODLIINA
BILLAHI ROBBAN”… saya rela saya rodlo saya puas
sepuas-puasnya kepada Alloh sebagai Tuhan kita saya puas sekali
mempunyai Tuhan Alloh SWT. Saya puas sekali menjadi hambanya Tuhan Alloh SWT
yang Maha Rohman-Rohim ... ini tidak hanya diucapkan atau diangan-angan, tapi
harus dirasakan dengan sungguh-sungguh !. Jika orang mau merasakan dengan
sungguh-sungguh, pasti dia ... dia menemukan syurga, bahagia dunia dan
akhiratnya. Tidak usah menunggu nanti di akhirot di dunia pun dia sudah
mengenyam
kenikmatan dan kebahagiaan yang sungguh-sungguh yang
tidak dialami oleh orang lain yang tidak merasakan “rodlina ...” seperti di
atas.Sekalipun keadaan lahiriyah Ala terutama soal ekonomi misalnya, senantiasa
kelihatan berat, selalu buntu jalan usahanya, tetapi sesungguhnya dia berada di
dalam syurga dunia. Bahagia! “JANNATUN MUAJJALAH”. itu kalau orang
sungguh-sungguh mengecakkan “RODLUNAA BILLAAHI ROBBAN WA BIL ISLAAMI DINAN”…
Puas sepuas-puasnya Islam sebagai agama kita. Menyerah bongkokan kepada Alloh
SWT ! Dengan arti sepuas-puasnya, melaksanakan apa saja yang dikehendaki Alloh
SWT. Puas sepuas-puasnya menjauhi apa saja yang dilarang oleh Alloh SWT !.
Seandainya disuruh bunuh diri sekalipun, dia tetap merasa puas sepuas-puasnya,
gembira seriang-riangnya !. Karena ini diperintah oleh Alloh SWT, Tuhan kita
yang rohman-rohim.
“WA BI MOHAMMADIN NABYYAN”
Puas
sepuas-puasnya Kanjeng Nabi Mohammad Rosuululloh SAW sebagai Nabi kita. Nabi
yang penghabisan. “SAYYIDDUL ANBIYAK WAL MURSALIN”. Puas sepuas-puasnya kita
dijadikan ummatnya Rosullulloh SAW !.
Begitu
seharusnya para hadirin-hadirot !. Jangan sampai hanya kita baca di bibir saja
!. Di samping kita baca, kita harus fahami benar-benar, kita rasakan benar,
para hadirin-hadirot. Sudahkah kita merasakannya para hadirin-hadirot ?. Mari
para hadirin-hadirot kita usaha sekuat mungkin !.
“UKHURUJ MIN AUSHOOFI BASYARIYYATIKA” ......
Jika engkau ingin menjadi hamba Alloh yang sejati yang
senantiasa diperkenankan sowan menghadap dihadapan Alloh SWT, ingin di ridloi
oleh Alloh SWT, ingin dikumpulkan para Kekasih Alloh SWT, ingin diselamatkan
dari godaan iblis dan nafsu yang selalu menjerumuskan kita, maka kita harus
berjuang sekuat mungkin untuk mengikis habis sifat-sifat nafsu yang senantiasa
merugikan itu !. Kita kikis habis ! kita bunuh, apabila tidak bisa kita arahkan ! kalau tidak
manfaatkan ! Harus kita kikis habis !. Tapi kalau tidak mampu untuk mengarahkan
untuk memanfaatkan harus kita manfaatkan kita arahkan untuk mengabdikan diri
kepada Alloh SWT !.
Sedangkan
sifat-sifat nafsu yang diridloi Alloh SWT harus kita pupuk kita suburkan terus
dan harus terus ditingkatkan, ditingkatkan mutunya, ditingkatkan kebaikannya !.
Itu bisa dilaksanakan oleh mereka yang sudah bebas dari nafsunya !
Alloh
SWT,... senantiasa mengundang memanggil-manggil. “Wahai hamba-KU,... wahai
hamba-KU !."
Para hadirin-hadirot, jika seandainya orang tahu,
mengerti kepada firman-Nya Alloh SWT yang tanpa huruf dan suara dan tanpa
susunan, hamba-Nya yang dipanggil yang ditimbali, jika sekiranya tahu, ... mati
seketika para hadirin-hadirot !. Saking nikmatnya, saking lezatnya, saking
terharunya, para hadirin-hadirot !. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Kita
diundang oleh Kepala Desa misalnya. Undangan yang tidak merugikan, yang tidak
menakutkan ini bangga kita. Seorang rakyat desa dipanggil, ditimbali oleh
Kepala Desanya, Oleh Pak Lurahnya, diajak jagongan, ini bangga para
hadirin-hadirot. Ini baru kepala desa yang memanggil !. sudah begitu
kemaremannya lebih-lebih makin atas. Lebih-lebih para hadirin-hadirot. Alloh
SWT yang Maha Luhur para hadirin-hadirot !. Maha Sempurna !. Maha Pemurah dan
Pemberi selalu, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih para hadirin-hadirot,
dipanggil oleh Tuhan yang, hidup kita ini tergantung hanya kepada-NYA, para
hadirin-hadirot !. Betapa para hadirin-hadirot !. Mari para hadirin-hadirot.
Sekalipun kita jauh dari pada itu, mari para hadirin-hadirot, kita sadari !.
Kalau tidak, kita sudah keterlaluan para hadirin-hadirot !.
Kalau
orang sudah bebas dari imperialis nafsu, “WA TAKUUNU MIN HADROTIHI QORIBAN”.
Dekat, dekat dari Alloh SWT. Kalau orang dekat dari Alloh SWT jangan ditanyakan
lagi kebahagiaan dan keuntungannya.
Seorang rakyat yang dekat dengan pamong, lebih-lebih
kepada Kepala Desanya, rakyat lainnya yang bermaksud berbuat jahat kepadanya
tidak berani !. Lebih-lebih makin dekat dengan pejabat yang lebih atas lagi,
makin ditakuti dan disegani oleh lainnya !. Orang lain tidak berani
sembarangan. Lebih-lebih dekat kepada Alloh SWT,... lebih-lebih para
hadirin-hadirot !.
Begitulah
nabi Ibrohim ‘alahis salam. “MAQOM IBROHIM”. Beliau, disebutkan
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ
آمِنًا
Barang
siapa masuk kedalamnya pasti aman. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Sebab
orang yang masuk kesitu otomatis menjadi Kekasih Alloh SWT yang Maha Kasih
Sayang, Maha Kuasa !. Maha Menjaga, para hadirin-hadirot !. Lha Nabi Ibrohim
‘alaihis salam kok dimasukkan api tersiksa begitu ?. Ini lain bidang lain hal
para hadirin-hadirot !.
Para hadirin-hadirot !. Mengenai soal yang merugikan.
Tidak selalu hal yang enak itu menguntungkan. Tapi banyak soal yang enak dan
kepenak malah merugikan, ... banyak, para hadirin-hadirot !.. Sebaliknya soal
yang tidak mengenakkan itu kok mesti merugikan, belum tentu para
hadirin-hadirot!. Banyak soal-soal yang tidak enak tapi menguntuhkan !. Seorang
petani, mencangkul, rekoso, payah, tapi menguntungkan baginya !. Seorang yang
bekerja berat, tapi menguntungkan pada mereka !. Malah disamping itu mereka
puas !. Puas menjalankan apa yang nampaknya sengsara dan berat itu !. Kanjeng
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dimasukkan api yang mulat-mulat,itu menguntungkan
sekali kepada beliau para hadirin-hadirot !.Dan toh ketika beliau dimasukkan
kedalam api itu sama sekali tidak merasa panas
sedikitpun !. terasa dingin nikmat hadirin-hadirat ! tidak terasa panas
sedikitpun !. Terasa disyurga para
hadirin-hadirot makin dekat sekali kepada Alloh SWT !. Ya mudah-mudahan
para hadirin-hadirot di samping syafaat dari Rosululloh SAW , kita mendapatkan
barokahnya dari Nabi Ibrohim ‘alaihis salam yang
“WAMAN BAKHOLAHUKAANA AAMINAN” !. Amiin !
Jadi
kalau kita sungguh-sungguh ingin hidup yang semestinya, kita harus .... yang
seperti itu tadi !. istilah lain kita harus senantiasa menghancurkan, mengusir,
membongkar ... soal negatif yang tidak semestinya itu tadi ! Kita isi soal-soal
yang semestinya, yang menguntungkan !. senantiasa “TAKHOLLI”, ... yaitu
mengosongkan, menggempur yang negatif dan senantiasa membangun !.
Bangunan-bangunan yang negatif harus kita gempur !. Selanjutnya kita harus
senantiasa membangunan bangunan-bangunan yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW
Bangunan-bangunan yang diridloi Alloh SWT kita suburkan, kita sempurnakan, kita
up grade istilah sekarang !. Yaitu bangunan “ikhlas”, bangunan “ridlo”,
bangunan “tawakkal”, bangunan -bangunan yang diridloi Alloh SWT !.
Bangunan-bangunan
yang merugikan harus kita buldoser, kita hancurkan !. Bangunan “Linnafsi
binnafsi” serta takabbur, ujub riya' dan sebagainya harus kita hancur
leburkan!.
Para hadirin-hadirot, kalau kita memang sungguh-sungguh
ada kemauan, otomatis senantiasa usaha !. Senantiasa menggali, senantiasa
berinisiatif !. Mari para hadirin-hadirot kita koreksi Dan mari kemampuan yang
ada pada kita ini kita laksanakan Para hadirin-hadirot, sekalipun sudah maklum,
dan saya sendiri mengobrolkan disamping uraian-uraian dari Pusat, mari para
hadirin-hadirot, kesempatan yang kita milili ini kita gunakan untuk itu para
hadirin-hadirot !
Para hadirin-hadirot!. Sesugguhnya kemampuan yang kita
miliki ini adalah justru untuk itu mari hadirin-hadirot !. Kalau tidak untuk
itu, namanya kaki dibuat kepala kepala
di buat kaki. Kaki mestinya di bawah
kita balik diatas. Kepala seharusnya diatas, kok kita taruh, di bawah jadi
kaki para hadirin-hadirot!. Kita akan, tahu benar-benar, nanti kalu sudah mati,
para hadirin-hadirot !. Kalau kita memang ragu-ragu, silakan teruskan
ragu-ragu, tapi nanti awas ! Kalau sudah datang saatnya, tidak bisa diundur lagi sekalipun setengah detik, para
hadirin-hadirot !..
Mari
para hadirin-hadirot !. Ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar
mendapat fadlol dari Alloh SWT yang sebanyak-banykanya ! Dari, Rosuulillahi SAW
yang sebanyak-banyaknya, dari Ghousi Hadhaz-Zamani Ra yang sebanyak-banyaknya,
dari ... seluruh Kekasih Alloh ta’ala yang sebanyak-banyaknya ! Amiin ! Amiin !
Amiin ! Yaa Robbal Alammin !