jama'ah wahidiyah

JAMA'AH WAHIDIYAH

Saturday, 4 October 2014

Semua dari Alloh...termasuk ikhtiar juga dari Alloh

Dus! ada orang yang (tapi jarang) menjadi sadar tanpa berjuang tanpa usaha tanpa mujahadah-mujahadah. Tahu-tahu dia dijadikan budi tarik oleh Alloh SWT. “AHKDHOMUN NAASI JADHBAN AL ANBIYA' yang paling besar mendapat jadhbu tarikan adalah para anbiak dan Mursaluun ‘alaihimus sholaatu wassalam Tapi itu jarang sekali Umumnya ya dengan berjuang dengan usaha dengan mujahadah-mujahadah. Sesungguhnya berjuang atau usaha atau mujahadah itupun ditarik oleh Alloh SWT. Ditarik dengan jalan perjuangan, usaha atau mujahadah. Ya sama dengan soal lahiriyah. Orang kaya misalnya. Pada umunmya dari hasil berjuang usaha, bekerja dengan gigihnya. Tapi ya mungkin ada tapi jarang sekali tahu-tahu menjadi orang yang kaya mendadak. Entah bagaimana jalannya. Mungkin mendapat warisan dan lain-lain. begitu juga soal kesadaran.

وَلِذَا قِيْلَ نِِهَايَةُ السَّالِكِ بِدَايَةُ الْمَجْذُوْبِ


Maka dikatakan “titik” penghabisan dari “Salikin” merupakan titik permulaan bagi “Majdhuubiin”. Saalik yang sudah sampai ke tingkat bebas dari imprialis nafsunya merupakan titik, permulaan dia dijadhbu ditarik. Atau dibalik.

نِِهَايَةُ الْمَجْذُوْبِ بِدَايَةُ السَّالِكِ

Artinya:
Orang yang majdhub ditarik tidak melalui jalan usaha akhirnya juga akan berjuang usaha dan mujahadah-mujahadah dan lain-lain. Yaitu dalam rangka “Yukti Kulladhii haqqin haqqoh”. Dia usaha dan berjuang tapi hatinya senantiasa kepada Alloh.

وَوَرَدَ اَعْظَمُ النَّاسِ جَذَابًا اْلاَنْبِيَاءِ

Yang paling besar ditariknya adalah para anbiya' wal mursalin otomatis makin tinggi kedudukannya, makin besar menariknya.

وَذَالِكَ أَنَّ الْمُسْتَدِلُ بِهِ عَرَفَ الْحَقِّ فَأَثْبَتَ الاَمْرَ مِنْ وُجُوْدِ اَصْلِهِ ,وَاْلاِ سْتِدْلاَلُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الْوُصُوْلِ اِلَيْهِ وَاِلاَّفَمَتَى حَتَّى يَسْتَدِِلَّ عَلَيْهِ وَمَتَى بَعُدَ حَتَّى تَكُوْنَ الآثَارُ هِىَ الَّتِى تُوْصِلُ اِلَيْهِ

Tapi dikatakan ada dua macam, orang yang menuju kesadaran kepada Alloh. Yang pertama membuat makhluk sebagai dalil kepada Alloh dan yang kedua menjadikan Alloh sebagai petunjuk untuk menunjukkan makhluk. Maklum yang pertama tadi belum sadar kepada Alloh SWT sehingga makhluk dianggap mampu menunjukkan kepada KHOLIQ Ya, maklum mereka ini masih buta terhadap Alloh SWT. yang kedua tadi, yaitu orang yang membuat KHOLIQ sebagai petunjuk terhadap, makhluk. Dan ini yang benar yang tepat. Alloh itu asli sumber dari segala. yang majdhub. Golongan yang kedua ini dapat menempatkan. segala sesuatu di tempatnya. Oleh karena Alloh itu sumber asal atau Pencipta atau wujud pertama, maka mereka itu dapat menempatkan Alloh pada kedudukan yang sebenarnya, di tempat yang pertama pula. sebagai petunjuk yang menunjukkan segala sesuatu. Orang yang membuat Alloh sebagai petunjuk mereka tahu sesungguhnya. Barang yang sesungguhnya yaitu soal yang paling pokok adalah Alloh yang punya.
“FA ASBATAL AMRO MIN WUJUbDI ASLIHI”

(Makhluk dianggap, ada karena dari asalnya dari Alloh SWT).

Bisakah .....Kita

RASULULLAH S.A.W. DAN PENGEMIS YAHUDI BUTA
Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah s.a.w. mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah s.a.w. menyuap makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama MuhammadRasulullah s.a.w  melakukannya hingga menjelang Nabi Muhammad s.a.w.  wafat. Setelah kewafatan Rasulullah s.a.w. tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. 

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah s.a.w. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha. 

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abu bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu ?". Abu bakar r.a menjawab, "Aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. 

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah s.a.w. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a. 
Selamat ari Raya Iedul Adha 1435 H

Wednesday, 6 August 2014

Apakah Kita Pernah Malu....seperti pemuda Tsa’labah bin Abdurrahman Radiyallahu ‘anhu



Tsa’labah bin Abdurrahman Radiyallahu ‘anhu

 Tersebutlah seorang pemuda dari kaum anshar yang bernama Tsa’labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam dan cekatan. Suatu ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam mengutusnya untuk suatu keperluan. Dalam perjalanannya dia melewati rumah salah seorang dari Anshar, maka terlihat dirinya seorang wanita Anshar yang sedang mandi. Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur.
 Dia berlari menuju ke sebuah gunung yg berada diantara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya. Tsa’labah tinggal disana dan senantiasa bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menangis selama empat puluh hari. Kepergian Tsa’labah membuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam merasa kehilangan.
Lalu Jibril alaihissalam turun kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, `Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.'”
Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan para sahabatnya untuk mencari Tsa’labah. Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Wahai Umar (ibn Khaththab) dan Salman (al-Farisi)! Pergilah cari Tsa’labah bin Aburrahman, lalu bawa kemari.”

Keduanya pun lalu pergi hingga sampailah mereka menyusuri perbukitan di sekitar Madinah. Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah.
Umar bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?”
 Penggembala itu menjawab, “Apakah yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?”
 “Bagaimana engkau tahu bahwa dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar.
 Dzaufafah menjawab, “Karena, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan-Mu!”
 “Ya, dialah yang kami maksud,” tegas Umar.
 Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.
Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai Tuhan!, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan-Mu!”
Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya.
Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?”
“Aku tidak tahu, yg jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu.”, jawab Umar.
Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan shalat”
Ketika mereka menemukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tengah melakukan shalat, Umar dan Salman radiyalahu ‘anhuma segera mengisi shaf. Tatkala Tsa’labah mendengar bacaan ayat Allah yang dibaca Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, dia tersungkur dan jatuh pingsan.
Setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam mengucapkan salam, beliau bersabda, “Wahai Umar! Wahai Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa’labah?”
Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah!”
Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa’labah yg membuatnya tersadar.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata kepadanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?”

Tsa’labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!”
 Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam mengatakan, “Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang apat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?”
 “Benar, wahai Rasulullah.”, jawab Tsa’labah.
 Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Katakan… Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.” (QS al-Baqarah: 201)
 Tsa’labah berkata, “Dosaku wahai Rasulullah, sungguh sangat besar.”
 Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Akan tetapi kalamullah lebih besar.
Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan Tsa’labah agar pulang kerumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari.
Mendengar Tsa’labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa’labah? Dia sekarang sedang sakit keras.” 
Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa’labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau.
“Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?” tanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam.
 “Karena aku penuh dengan dosa.” Jawabnya
 Beliau bertanya lagi, “Bagaimana yang engkau rasakan?”
 “Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku.” Jawab Tsa’labah.
 Beliau bertanya, “Apa yang kau inginkan?”
 “Ampunan Tuhanku”, jawabnya.

Maka turunlah Jibril ‘alaihissalam dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, `Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka segera Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam membertahukan hal itu kepada Tsa’labah. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa’labah dan langsung meninggal.
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan agar Tsa’labah segera dimandikan dan dikafani.
Ketika telah selesai menyalatkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat.”
 Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Karena banyaknya malaikat yang turun melayat Tsa’labah.”

Subhanallah… Allahu Akbar!

Tuesday, 1 July 2014

Terhijab oleh nafsumu - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah


{إِذْلَوْ حَجَبَهُ شَىْءٌ لَسَتَرَهُ مَا حَجَبَهُ }
            Ini alasan dari keterangan sebelumnya tadi. Alloh SWT terhijab oleh sesuatu, yang terhijab manusianya. Terhijab oleh nafsunya. Sebab kalau Alloh SWT dapat dihalang-halangi di tabir otomatis tertutup. Hijab itu sesungguhnya boleh diartikan sebagai “penjaganya”. Seorang Bupati misalnya ada polisinya ada penjaganya. Tapi pada zaman sahabat, tidak ada penjaga-penjaga. Waktu Sayyidina Umar misalnya, rakyat bebas bertemu dengan beliau. Begitu juga yang lainnya, tapi pada zaman akhir-akhir ini, karena situasi raja-raja Islam membuat “hijab” atau penjaga. Karena waktu itu mulai timbul pembunuhan-pembunuhan dan sebagainya, pokoknya gangguan keamanan makin menjadi-jadi, Ialu diadakan “hijab” atau penjaga atau polisi.
            Kalau Alloh SWT kaling-kalingan ada “hijab” nya, ada penjaganya, itu berarti Alloh SWT terhalang atau kaling-kalingan oleh tabir itu. Padahal Alloh SWT Maha Mengetahui. Tidak hanya orang yang sowan menghadap kepada Alloh SWT. Yang diketahui. Tapi ... yaitu seperti sudah kita maklumi, Alloh SWT Maha Mengetahui kepada segala makhluk-NYA. Bahkan jauh lebih jelas, lebih terang dari pada pengetahuan si makhluk itu terhadap diri sendir !
            Malah, sesungguhnya makhluk itu sendiri tidak akan tahu dirinya kalau tidak diberi tahu oleh Alloh SWT. Tahunya makhluk BILLAH. Inilah yang perlu disadari oleh hati atau jiwa tiap manusai  disamping LILLAH.
ِلأَنَ الْحِجَابَ إِنَّمَا يَتَّخِذُهُ الْعُظَمَآءُوَالرُّؤَسَاَءُ فَهُوَ يُنْبِئُ عَنِ الرِفْعَةِ وَيُشْعِرُ بِالْعَظَمَةِ
            Oleh karena, SWT “hijab” itu disamping sebagai penjaga atau keamanan, juga memperlihatkan kebesaran dari Penjabat atau Raja yang dijaga itu.
{ وَاَوْ كَانَ لَهُ سَاتِرٌ لَكَانَ لِوُجُوْدِهِ حَاصِرٌ}
Dan kalau Alloh SWT ada hijabnya berarti Alloh SWT terbatas.
{وَكُلٌّ حَاصِرٍلشَىْءٍ فَهُوَ لَهُ قاَهِرٌ }
Dan jika Alloh SWT ada yang membatasi, otomatis berarti dipaksa oleh yang membatasi itu. Dus mudahnya Alloh SWT tidak terhalang. Yang terhalang atau terhijab adalah manusianya. Alloh SWT Maha Mengetahui. Yang buta adalah hamba-NYA. Sebab selalu menyembah kepada nafsunya. Senantiasa nuruti nafsunya. Senantiasa mencari-carikan buat nafsunya
            Mari para hadirin-hadirot kita koreksi diri kita masing-masing !. Kita senantiasa mencari-carikan buat nafsu atau karep kitakah, atau mengabdikan diri kepada Alloh SWT ?. Mari kita koreksi sendiri-sendiri !.
            Alloh SWT sama sekali tidak dapat dipaksa, tetapi Alloh SWT... “WAHUWA QOOHIRU FAUQO “IBAADIHI”. Alloh memaksa seluruh hambanya memaksa seluruh makhluqnya. Jika Dia menghendaki ... di cipta, dan jika Dia menghendaki ... dihancurkan sama sekali. Tidak yang dapat menghalang-halangi.
اِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنْ
            Jika Alloh Ta’ala menghendaki sesuatu, cukup mengatakan “KUN”  beradalah … “FAYAKUUNU” … maka TERWUJUDLAH sesuatu ini.
            Mari hadirin-hadirot kita tidak hanya terapung-apung saja. Tapi mari  usaha sampai mendasar di…lautan “WAHDAH” lautan “TAUHID” KE-ESAAN TUHAN ! jangan sampai kita istilahnya orang membakar kereta …. “magel”  tidak masak mentahpun tidak.
اُخْرُجْ مِنْ أَوْصَافِ بَشِرِيّتِِكَ عَنْ كُلِ وَصْفٍ مُنَاقِضٍ لِعُيُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنِدَآءِ الْحَقٍّ مُجِيْبًاوَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا
            Jika engkau ingin bahagia dunia akhirot terutama, jika engkau ingin inenjadi hamba Alloh yang sejati, tidak menyembah kepada imprialis nafsu, kepada berhala iblis, bebaskanlah dirimu, keluarlah dari nafsumu yang terkecam ! baik lahiriyah maupun batiniyah. Kalau disebut “nafsu” dengan sendirinya mengenai batiniyah. Sedangkan lahirnya hanya merupakan akibat atau efek dari nafsu. Di sini disebutkan lahiriyah, tetapi sesungguhnya itu akibatnya. Mengumpat, membicarakan orang lain, ngrasani, membunuh, merugikan dan lain sebagainya. Akibat atau efek nafsu yang batin, merasa besar, takabur, ujub dan lain-lain sebagainya. Takabur merasa besar, dan membanggakan diri, sombong dan congkak lebih-lebih. Definisi dari.... ujub, adalah ;
الْعُجْبُ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ لَهُ فَضْلاً {أوكما قال}
Ujub, ialah merasa mempunyai kelebihan atau kebaikan atau keistimewaan. Orang yang tidak dirinya jelek, berarti merasa mempunyai keistimewaan ini berarti ujub. Dan otomatis mengaku. Tidak menyadari bahwa Alloh lah yang memberi. Takabbur ialah merasa lebih besar lebih baik lebih dari pada lainnya. Lebih berjasa, lebih kaya, lebih pandai, lebih terhormat dari lainnya. Ini, takabbur. “Aku mujahadah sedang kawanku tidak mujahadah”. Merasa begini, ini namanya takabbur ini ! Saya melakukan kebaikan ini; tapi kawan saya itu tidak. Ini takabbur dobel. Ya ujub ya takabbur !
            Pernahkah kita para hadirin-hadirot, merasa seperti itu ?. Mari kita koreksi ! Kalau iya, mari kita bertaubat ! Mari membulatkan tekad, tidak akan mengulangi lagi ila yaumul qiyaamah ! Mudah-mudahan kita mendapat jangkungan Alloh wa. Rosuulihi SAW yang sebanyak-banyaknya !.
            Takabbur atau ujub atau riya’, itu membatalkan amal ! Amal yang dicampuri ujub atau takabbur atau riya’. Tidak diterima Alloh SWT. Bahkan disamping tidak diterima, amal yang didasari ujub dan riyak lebih-lebih takabbur tadi, besok pada yaumul qiyaamah amal itu akan dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal bersangkutan. Kita pernah atau tidak ujub takabbur atau riya’ . Takabbur atau ujub atau riya’ ada yang terang-terangan, ada yang samar-samar atau sindiran. Ada yang dengan bicara lisan, ada yang dengan bicara keadaan dan bicara isyarat, semuanya itu tetap takabbur. Sekali takabbur tetap takabbur sekalipun dengan gaya dan cara bagaimanapun juga, tetap takabbur ! Lha ini perlu adanya senantiasa koreksi. 
            Disamping BILLAH dan LILLAH didalam wahidiyah ada dua arah dari atas dan dari bawah di samping mengutaman dari atas yaitu BILLAH , juga tidak mengurangi yang dari bawah LILLAH termasuk dari bawah yaitu senantiasa meniti-niti kemungkinan timbulnya ujub riya’ takabur selalu di koreksi pernah atau tidaknya kita ngarasani atau adu-adu atau mengumpat atau merugikan lebih-lebih merugikan orang lain, menusuk atau  merluakai perasaan orang lain ini semua harus selalu dikoreksi dan kemudian bertobat mohon ampun kepada Alloh SWT. Dan jika perlu juga minta maaf kepada yang bersangkutan !. Sebab mungkin, merugikan orang lain tapi tidak merasa babwa merugikan. Mungkin !. yah pokoknya segala sesuatu yang terkecam yang merugikan, baik merugikan dirinya sendiri maupun dan lebih-lebih merugikan orang lain moril maupun materiil, harus kita buang jauh-jauh, harus kita hindari jauh-jauh jika kita ingin selamat dan bahagia, ingin senantiasa dapat mendengarkan atau bahkan menuruti “NIDAAUI HAQQI” panggilan Tuhan Alloh SWT. Kalau ingin bahagia abadi dunia akhirot, kita harus cancut tali wondo. Bertekad dan berjuang menghancur luluhkan sifat-sifat nafsu yang terkecam.
            Nafsu itu sesungguhnya jiwa atau roh jiwa itu mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Keadaannya yang buruk, dinamakan “NAFSU AMMAROH”. Nafsu yang selalu mengajak menyeret kepada keburukan. Mengajak kepada perbuatan-perhuatan yang terkecam dan merugikan. Ada lagi “NAFSU SYAITHONIAH”. Yang baik di sebut “NAFSUL MUTMAINNAH”. Nafsu yang tenang tentram. “NAFSUL MARDIYYAH” nafsu yang diridloi. Yang diridloi Alloh SWT. Nafsu yang senantiasa ridlo kepada Alloh SWT. Dia senantiasa menyadari bahwa dirinya sebagai hamba, dan Alloh SWT sebagai Tuhannya. Seperti itu yang banyak diajarkan pada kanak-kanak .
رَضِيْنَا بِاللهِ رَبَّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا
            “RODLIINA BILLAHI ROBBAN”… saya rela saya rodlo saya puas  sepuas-puasnya kepada Alloh sebagai Tuhan kita saya puas sekali mempunyai Tuhan Alloh SWT. Saya puas sekali menjadi hambanya Tuhan Alloh SWT yang Maha Rohman-Rohim ... ini tidak hanya diucapkan atau diangan-angan, tapi harus dirasakan dengan sungguh-sungguh !. Jika orang mau merasakan dengan sungguh-sungguh, pasti dia ... dia menemukan syurga, bahagia dunia dan akhiratnya. Tidak usah menunggu nanti di akhirot di dunia pun dia sudah mengenyam
kenikmatan dan kebahagiaan yang sungguh-sungguh yang tidak dialami oleh orang lain yang tidak merasakan “rodlina ...” seperti di atas.Sekalipun keadaan lahiriyah Ala terutama soal ekonomi misalnya, senantiasa kelihatan berat, selalu buntu jalan usahanya, tetapi sesungguhnya dia berada di dalam syurga dunia. Bahagia! “JANNATUN MUAJJALAH”. itu kalau orang sungguh-sungguh mengecakkan “RODLUNAA BILLAAHI ROBBAN WA BIL ISLAAMI DINAN”… Puas sepuas-puasnya Islam sebagai agama kita. Menyerah bongkokan kepada Alloh SWT ! Dengan arti sepuas-puasnya, melaksanakan apa saja yang dikehendaki Alloh SWT. Puas sepuas-puasnya menjauhi apa saja yang dilarang oleh Alloh SWT !. Seandainya disuruh bunuh diri sekalipun, dia tetap merasa puas sepuas-puasnya, gembira seriang-riangnya !. Karena ini diperintah oleh Alloh SWT, Tuhan kita yang rohman-rohim.
“WA BI MOHAMMADIN NABYYAN”
            Puas sepuas-puasnya Kanjeng Nabi Mohammad Rosuululloh SAW sebagai Nabi kita. Nabi yang penghabisan. “SAYYIDDUL ANBIYAK WAL MURSALIN”. Puas sepuas-puasnya kita dijadikan ummatnya Rosullulloh SAW !.
            Begitu seharusnya para hadirin-hadirot !. Jangan sampai hanya kita baca di bibir saja !. Di samping kita baca, kita harus fahami benar-benar, kita rasakan benar, para hadirin-hadirot. Sudahkah kita merasakannya para hadirin-hadirot ?. Mari para hadirin-hadirot kita usaha sekuat mungkin !.
“UKHURUJ MIN AUSHOOFI BASYARIYYATIKA” ......
Jika engkau ingin menjadi hamba Alloh yang sejati yang senantiasa diperkenankan sowan menghadap dihadapan Alloh SWT, ingin di ridloi oleh Alloh SWT, ingin dikumpulkan para Kekasih Alloh SWT, ingin diselamatkan dari godaan iblis dan nafsu yang selalu menjerumuskan kita, maka kita harus berjuang sekuat mungkin untuk mengikis habis sifat-sifat nafsu yang senantiasa merugikan itu !. Kita kikis habis ! kita bunuh, apabila tidak bisa kita arahkan ! kalau tidak manfaatkan ! Harus kita kikis habis !. Tapi kalau tidak mampu untuk mengarahkan untuk memanfaatkan harus kita manfaatkan kita arahkan untuk mengabdikan diri kepada Alloh SWT !.
            Sedangkan sifat-sifat nafsu yang diridloi Alloh SWT harus kita pupuk kita suburkan terus dan harus terus ditingkatkan, ditingkatkan mutunya, ditingkatkan kebaikannya !. Itu bisa dilaksanakan oleh mereka yang sudah bebas dari nafsunya !
            Alloh SWT,... senantiasa mengundang memanggil-manggil. “Wahai hamba-KU,... wahai hamba-KU !."
            Para hadirin-hadirot, jika seandainya orang tahu, mengerti kepada firman-Nya Alloh SWT yang tanpa huruf dan suara dan tanpa susunan, hamba-Nya yang dipanggil yang ditimbali, jika sekiranya tahu, ... mati seketika para hadirin-hadirot !. Saking nikmatnya, saking lezatnya, saking terharunya, para hadirin-hadirot !. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Kita diundang oleh Kepala Desa misalnya. Undangan yang tidak merugikan, yang tidak menakutkan ini bangga kita. Seorang rakyat desa dipanggil, ditimbali oleh Kepala Desanya, Oleh Pak Lurahnya, diajak jagongan, ini bangga para hadirin-hadirot. Ini baru kepala desa yang memanggil !. sudah begitu kemaremannya lebih-lebih makin atas. Lebih-lebih para hadirin-hadirot. Alloh SWT yang Maha Luhur para hadirin-hadirot !. Maha Sempurna !. Maha Pemurah dan Pemberi selalu, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih para hadirin-hadirot, dipanggil oleh Tuhan yang, hidup kita ini tergantung hanya kepada-NYA, para hadirin-hadirot !. Betapa para hadirin-hadirot !. Mari para hadirin-hadirot. Sekalipun kita jauh dari pada itu, mari para hadirin-hadirot, kita sadari !. Kalau tidak, kita sudah keterlaluan para hadirin-hadirot !.     
            Kalau orang sudah bebas dari imperialis nafsu, “WA TAKUUNU MIN HADROTIHI QORIBAN”. Dekat, dekat dari Alloh SWT. Kalau orang dekat dari Alloh SWT jangan ditanyakan lagi kebahagiaan dan keuntungannya.
Seorang rakyat yang dekat dengan pamong, lebih-lebih kepada Kepala Desanya, rakyat lainnya yang bermaksud berbuat jahat kepadanya tidak berani !. Lebih-lebih makin dekat dengan pejabat yang lebih atas lagi, makin ditakuti dan disegani oleh lainnya !. Orang lain tidak berani sembarangan. Lebih-lebih dekat kepada Alloh SWT,... lebih-lebih para hadirin-hadirot !.
            Begitulah nabi Ibrohim ‘alahis salam. “MAQOM IBROHIM”. Beliau, disebutkan
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
            Barang siapa masuk kedalamnya pasti aman. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Sebab orang yang masuk kesitu otomatis menjadi Kekasih Alloh SWT yang Maha Kasih Sayang, Maha Kuasa !. Maha Menjaga, para hadirin-hadirot !. Lha Nabi Ibrohim ‘alaihis salam kok dimasukkan api tersiksa begitu ?. Ini lain bidang lain hal para hadirin-hadirot !.
            Para hadirin-hadirot !. Mengenai soal yang merugikan. Tidak selalu hal yang enak itu menguntungkan. Tapi banyak soal yang enak dan kepenak malah merugikan, ... banyak, para hadirin-hadirot !.. Sebaliknya soal yang tidak mengenakkan itu kok mesti merugikan, belum tentu para hadirin-hadirot!. Banyak soal-soal yang tidak enak tapi menguntuhkan !. Seorang petani, mencangkul, rekoso, payah, tapi menguntungkan baginya !. Seorang yang bekerja berat, tapi menguntungkan pada mereka !. Malah disamping itu mereka puas !. Puas menjalankan apa yang nampaknya sengsara dan berat itu !. Kanjeng Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dimasukkan api yang mulat-mulat,itu menguntungkan sekali kepada beliau para hadirin-hadirot !.Dan toh ketika beliau dimasukkan kedalam api itu sama sekali tidak merasa panas  sedikitpun !. terasa dingin nikmat hadirin-hadirat ! tidak terasa panas sedikitpun !. Terasa disyurga para  hadirin-hadirot makin dekat sekali kepada Alloh SWT !. Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot di samping syafaat dari Rosululloh SAW , kita mendapatkan barokahnya dari Nabi Ibrohim ‘alaihis salam yang
“WAMAN BAKHOLAHUKAANA AAMINAN” !. Amiin !
            Jadi kalau kita sungguh-sungguh ingin hidup yang semestinya, kita harus .... yang seperti itu tadi !. istilah lain kita harus senantiasa menghancurkan, mengusir, membongkar ... soal negatif yang tidak semestinya itu tadi ! Kita isi soal-soal yang semestinya, yang menguntungkan !. senantiasa “TAKHOLLI”, ... yaitu mengosongkan, menggempur yang negatif dan senantiasa membangun !. Bangunan-bangunan yang negatif harus kita gempur !. Selanjutnya kita harus senantiasa membangunan bangunan-bangunan yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW Bangunan-bangunan yang diridloi Alloh SWT kita suburkan, kita sempurnakan, kita up grade istilah sekarang !. Yaitu bangunan “ikhlas”, bangunan “ridlo”, bangunan “tawakkal”, bangunan -bangunan yang diridloi Alloh SWT !.
            Bangunan-bangunan yang merugikan harus kita buldoser, kita hancurkan !. Bangunan “Linnafsi binnafsi” serta takabbur, ujub riya' dan sebagainya harus kita hancur leburkan!.
            Para hadirin-hadirot, kalau kita memang sungguh-sungguh ada kemauan, otomatis senantiasa usaha !. Senantiasa menggali, senantiasa berinisiatif !. Mari para hadirin-hadirot kita koreksi Dan mari kemampuan yang ada pada kita ini kita laksanakan Para hadirin-hadirot, sekalipun sudah maklum, dan saya sendiri mengobrolkan disamping uraian-uraian dari Pusat, mari para hadirin-hadirot, kesempatan yang kita milili ini kita gunakan untuk itu para hadirin-hadirot !
            Para hadirin-hadirot!. Sesugguhnya kemampuan yang kita miliki ini adalah justru untuk itu mari hadirin-hadirot !. Kalau tidak untuk itu, namanya kaki dibuat kepala  kepala di buat kaki. Kaki mestinya di bawah  kita balik diatas. Kepala seharusnya diatas, kok kita taruh, di bawah jadi kaki para hadirin-hadirot!. Kita akan, tahu benar-benar, nanti kalu sudah mati, para hadirin-hadirot !. Kalau kita memang ragu-ragu, silakan teruskan ragu-ragu, tapi nanti awas ! Kalau sudah datang saatnya, tidak bisa diundur lagi sekalipun setengah detik, para hadirin-hadirot !..
            Mari para hadirin-hadirot !. Ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar mendapat fadlol dari Alloh SWT yang sebanyak-banykanya ! Dari, Rosuulillahi SAW yang sebanyak-banyaknya, dari Ghousi Hadhaz-Zamani Ra yang sebanyak-banyaknya, dari ... seluruh Kekasih Alloh ta’ala yang sebanyak-banyaknya ! Amiin ! Amiin ! Amiin ! Yaa Robbal Alammin !
            Ya maaf, mohon maaf yang sebanyak-banyak ! Dan kiranya cukup sekian dulu pengajian Minggu pagi ini, selanjutnya soal waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat

Monday, 6 January 2014

MUJAHADAH MILADIYYAH KUBRO

Pelaksanaan Mujahadah Miladiyyah Kubro akan dilaksanakan pada Hari Kamis malam jum'at Wage Tanggal 9 Januari 20014, Kepada seluruh pengamal Sholawat wahidiyah Dimana pun Berada untuk mempersipkan diri dhohiron wa bathinan guna menghadiri acara tersebut dan dimohon untuk mengadakan/ mengikuti mujahadah penyongsongan yang dilaksanakan di lokasi Miladiyyah bagi yang berada di karisidenan Kediri mulai tanggal 6 Januari 2014 jam 21.00 WIB, atau di daerah masing-masing sesuai dengan jadwal yang telah di sampaikan dari Pusat.